Senin, 15 Juli 2013

Sex & City; Jakarta Under Cover : I (Bag 19 s/d 21)


19
Bisnis "Kolam Susu'
GM Super
Germo-germo wanita, ternyata mendominasi jaringan bisnis wanita penghibur, dari kelas menengah sampai atas . odus operandinya rapi dan terorganisasi Ada juga yang khususmenangani kalangan artis. Uang panas pun berlimpah di bisnis 'kolamsusu'.
Dalam bisnis seks, ada satu mata rantai yang tak bisa dipisahkan. Selain ada barang —dalam hal ini wanita atau pria pekerja seks profesional, juga dibutuhkan pembeli. Cukup? Belum. Ternyata, ada satu mata rantai yang menjadi jembatan keduanya, yaitu germo atau biasanya cukup disingakat GM. Ada juga yang menyebutnya mami, mucikari, brokerdan sederet sebutan lain.
Dalam skala fungsi operasi, ternyata para germo ini memegang peranan yang sangat dominan. Dari menentukan proses perekrutan, marketing sampai sale. Boleh dibilang, mereka adalah kartu truf yang mesti ikuti bermain di dalam tiap permainan.
Dulu, nama Hartono pernah menghebohkan publik. Germo kaliber internasional yang terkenal memiliki ratusan wanita penghibur kelas atas itu sempat menggegerkan Bali dengan mega proyek Planet Bali-nya, sebuah tempat hiburan kelas atas yang di dalamnya terdapat ratusan wanita cantik yang kapan pun bisa diorder dan diboking.
Hartono, kini mungkin hanya tinggal nama. Karena kabar terakhir, pria Surabaya itu terkena masalah demi masalah. Terakhir, rumahnya di Jl. Darmo menjadi sengketa dan sekarang tengah jadi rebutan. Malah, Hartono akhirnya memutuskan membakar rumah itu lantaran putus asa. Dalam sebuah berita yang dilansir media cetak Ibu kota, Hartono mengaku sudah jatuh miskin. Tak heran kalau banyak orang menyebutkan, era Hartono sebagai big GM sudah tamat.
Cerita Hartono, barangkali hanya satu lembar yang terbuka dari sekian ratus lembar yang tertutup. Dalam ratusan Bisnis 'Kolam Susu' GM Super lembaran yang masih tertutup itu, di dalamnya masih banyak terdapat catatan tentang kisah sejumlah GM yang sampai kini masih jaya dan terus menjalankan operasinya. Dan sejumlah GM itu banyak yang berstatus wanita.
GM Wanita. Dalam skala kecil saja, di beberapa tempat hiburan di Jakarta yang menawarkan jasa wanita penghibur, hampir kebanyakan GM-nya adalah wanita. Di diskotek-karaoke LM, kawasan Hayam Wuruk misalnya, lima 'mami' yang membawahi sedikitnya 100 wanita penghibur adalah GM wanita. Dan jangan salah, para GM ini mempunyai wilayah kekuasaan yang luas.Mereka pada garis besarnya bertindak sebagai manager. Dalam prakteknya, seperti di panti plus DK, kawasan Grogol, Jakarta Barat misalnya, semua wanita penghibur yang jumlahnya mencapai 300 wanita, di bawah kendali GM.
Sekitar 300 wanita pekerja seks profesional itu diorganisir oleh beberapa orang GM yang membawahi beberapa puluh orang. Biasanya, satu GM mengorganisir sekitar 50-100 orang. Tengok saja pembagian keuangan yang berlaku di panti plus, DK. Tarif yang berlaku di situ Rp. 80 ribu/jam untuk kelas biasa dan Rp. 90 ribu/jam untuk kelas VIP. Untuk tarif Rp. 80 ribu, setorannya terbagi menjadi Rp. 30 ribu untuk GM, Rp. 30 ribu lagi masuk ke rekening GM sebagai uang tabungan dan jaminan, Rp. 40 ribu masuk ke manajemen panti, Rp. 2.500 untuk uang "keamanan"dan Rp. 7.500 diterima casholeh si wanita penghibur. Itu hanya satu kasus dalam skala kecil. Dari situ saja, tampak dominasi GM yang paling tidak mendapatkan masuknya uang dalam jumlah yang paling besar. Meskipun Rp. 30 ribu dihitung sebagai simpanan dan jaminan untuk si wanita penghibur, tapi arus masuk keluar itu tetap saja di bawah GM.
 Bayangkan saja, sekali transaksi, satu wanita penghibur hanya mendapat Rp. 7.500 di tangan. Sisa uang Rp. 30 ribu, menjadi simpanan yang berada dalam pengawasan GM. Hebatnya, uang sejumlah Rp. 30 ribu itu juga menjadi semacam garansi untuk kelangsungan hidup si wanita penghibur. Paling tidak, keberadaan uang tersebut membuat mereka tak bisa sembarangan kabur atau berbuat sekehendak yang mereka inginkan. Begitu superior GM di DK, sampaisampai wanita penghibur yang bekerja, hampir pasti berada di bawah kendalinya. Bisa dibayangkan, satu GM bisa membawahi sedikitnya 50 orang. Mereka ditampung dalam sebuah rumah besar milik  GM. Status mereka tidak gratis. Uang sewa rumah pun langsung diambil dari penghasilan. GM mengawasi semua gerakgerak anak buahnya. Untuk keperluan belanja saja, mereka selalu ditemani sopir. Kemana­mana mesti sepengatahuan GM. Jam kerja mereka berlangsung dari pukul 14.00 WIB sampai 04.00 WIB dini hari. Selepas dari jam kerja, mereka harus berada di rumah penampungan, di bawah pengawasan GM. 
Salah seorang wanita penghibur di diskotek-karaoke DK, sebut Wiwin, 24 tahun, gadis asli Malang, Jatim mengatakan, sudah hampir dua tahun ia bekerja di DK. Win mengaku menjadi anak buah 'Mami' Tien, 38 tahun. Menurutnya, ada sedikitnya 25 wanita yang tinggal bersamanya. Mami Tien inilah yang mengontrol kendali hidup dan pekerjaannya.
"Semua diurus Mami Hen. Mau beli bedak saja, mesti lewat dia dan dikawal. Apalagi barang mewah seperti perhiasan," ungkap Wiwin terus terang.
Di rumah penampungan 2XX, di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, GM Joyce, 42 tahun, tak kalah 'basah'nya. Wanita setengah baya yang sudah meng-geluti bisnis 'kolam susu' selama hampir lima tahun itu, mempunyai anak buah tak kurang dari 25 wanita. Mereka ini di-tempatkan dalam sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal sehari-hari.
Di rumah itulah, Joyce menjalankan roda bisnisnya. Saban hari, puluhan laki-laki mampir untuk mencari pasangan tidur. Dengan tarif Rp. 300 ribu untuk one short time, Joyce memburu laki-laki kalangan menengah sebagai ladang bisnis 'kolam susu'nya. Rumah Joyce sebenarnya hanya berfungsi sebagai rumah penampungan untuk bertransaksi, lain tidak! Fasilitas rumah itu dilengkapi dengan halaman parkir yang muat untuk lima sampai delapan mobil, ruangan ber-AC dan interior rumah yang cukup mewah. Ruangan tamu yang menjadi tempat bersantai untuk tamu cukup lebar dilengkapi sofa empuk memanjang dengan meja kaca. Begitu damu datang, langsung dipersilakan me-milih gadis yang dikehendaki. Biasanya, Joyce sendiri yang mengkoordinir proses transaksi itu sampai mencapai kata sepakat. Begitu deal, bayar kontan di tempat dan tamu bebas membawa wanita penghibur kemana mereka suka. Untuk transaksi one short time, tarifnya memang Rp. 350 ribu. Tapi dalam prakteknya, banyak tamu yang boking untuk long time,bisa all nitebahkan tak jarang berharihari. Tarif long time, satu malam, biasanya berkisar dari harga Rp. 750 ribu sampai Rp. 2 juta. Dalam sehari, Joyce bisa melakukan transaksi tak kurang dari 5-10 orang. Bahkan, kalau lagi musim gajian, transaksi tersebut bisa naik dua kali lipat. Para gadis yang menjadi anak didik Joyce mempunyai usia yang beragam.
Dari  yang muda sampai yang punya jam terbang tinggi. "Yang paling tua umurnya 28 tahun. Itu pun dua atau tiga orang. Yang lain, masih muda-muda dong," tukas Joyce sembari mempromosikan anak buahnya. Bisa dikira-kira, berapa banyak uang yang masuk ke kantong dari bisnis kolam susu yang digeluti Joyce? Yang pasti, bisnis-nya amatlah basah. Bayangkan saja kalau dalam sehari terjadi transaksi minimal 5 kali dengan total Rp. 350 ribu per orang. Jumlahnya Rp. 1.750.000,-. Itu baru ukuran minimal atau transaksi dengan estimasi rendah. Dalam transaksi besar, jumlah uang yang beredar, dari transaksi short timesampai long time,pastilah puluhan juta jumlah uang yang terkumpul. Gambaran layaknya wanita kaya yang hidup makmur segera terbayang. Wanita yang masih tampak cantik dan terawat itu, tinggal bersama dua anak lelakinya, —tanpa suami, dua orang staf yang membantu menjalankan roda bisnis sehari-hari dan tiga orang pembantu rumah tangga.
Sebuah mobil New Ice dan BWM Seri 5 tampak mengisi garasi di sudut kiri rumahnya. Dari penampilannya saja tampak sekali barangbarang bermerek menempel di tubuh Joyce. Penampilan sehari-hari tampak selalu mewah. Dari baju yang dikenakan, jam tangan sampai sepatu yang membungkus dua kaki. Para anak didik Joyce sebagian ada yang tinggal di rumah, sebagian lagi dikontrakkan di sebuah apartemen, tak jauh dari rumah penampungan. Meski kebanyakan berstatus freelance, setiap harinya ada sekitar 10-15 wanita yang stand-by di rumah penampungan sedari siang. Kalau tidak begitu, sebuah album ekslusif diletakkan di ruang tamu untuk membantu tamu memilih pasangan. Jadi, kalau wanita yang dikehendaki tamu tidak ada di tempat, Wati atau stafnya tinggal memberikan album foto. Jaringan bisnis Joyce tidak hanya berhenti sampai di 'rumah penampungan'.
Sebagai GM, dia mempunyai akses yang solid dan jaringan bisnis yang luas. Selain sibuk mengelola bisnis rumah penampungan, Joyce juga terkenal sebagai pemasok wanita-wanita penghibur di sejumlah karaoke dan tempat­tempat hiburan lain. Di karaoke & panti plus RM, kawasan Ancol misalnya, Joyce sedikitnya memasok 20 wanita penghibur yang siap melayani tamu sampai ke tempat tidur. Nama Joyce di kalangan laki-laki petualang cinta di Jakarta, sudah tak begitu asing. Maklum, selama bertahun-tahun menjalankan roda bisnisnya, wanita yang datang merantau dari Manado dan hanya tamatan SMA itu pun, menggaruk untung di bisnis prostitusi. Soal jam terbang, Joyce sudah kenyang makan asam garam kehidupan, terutama dengan dunia malam yang ia geluti. Sebelum mengelola rumah penampungan cinta dan menjadi GM, Joyce selama masih mudanya, juga 'pemain'. Pada masa-masa kecantikannya, Joyce dikenal sebagai salah satu primadona di jajaran wanita highclass callgirl. Selain Joyce, salah satu GM wanita yang cukup punya nama di Jakarta adalah mami Irene, 43 tahun. Wanita berdarah Indo-Mandarin ini mempunyai anak buah yang menyebar di tiga panti pijat hotel berbintang di Jakarta; hotel TL di Jakarta Pusat, AR dan GL di Jakarta Selatan.
Di ketiga tersebut, Irene memasok tak kurang dari 50 wanita pemijat. Mereka ini diputar sesuai dengan shift satu minggu sekali. Dalam hitungan kasar saja, tarif per satu jam untuk jasa massage di hotel TL adalah Rp. 125 ribu net. Sedangkan di hotel AR Rp. 115 ribu net dan di hotel GL, Rp 132 ribu net. Hampir semua wanita anak didik Irene, rata-rata siap dengan pelayanan plus. Artinya, mereka selain di-trainingtata cara pijat profesional, mereka juga menyediakan jasa pelayanan seks, langsung di tempat atau boking selepas jam kerja. Untuk sekali transaksi di luar, satu wanita harus menyetor Rp 200 ribu ke Irene. Makanya, tarif rata-rata yang dipatok para anak didiknya Irene untuk transaksi seks biasanya di atas Rp. 300 ribu per one short time.Sementara dari tiap panti pijat hotel, Irene mendapat komisi 25% per transaksi.

GM Model &Artis.
Dalam skala lebih besar, bisnis kolam susu para GM ini lebih gila lagi. Sejumlah GM yang beroperasi di kelas menengah-atas, bisa mengeruk uang dalam jumlah yang tak tidak tanggungtanggung. Sebut saja Sisca, 31 tahun. Lajang kelahiran
Bandung yang awalnya membuka bisnis agency ini, ternyata adalah seorang GM yang mempunyai koleksi gadis-gadis penghibur dari kalangan model belia yang usianya berkisar dari 18 tahun sampai 25 tahun. Koleksi Sisca kebanyakan modelmodel kelas menengah, yang harus diakui namanya belum begitu populer. Tapi, ukuran fisik gadis-gadis yang dimiliki Sisca di atas rata-rata.
Menempati sebuah rumah di Jl. BR, kawasan Tebet Jakarta Selatan, Sisca membawahi sedikitnya 20 model dari Jakarta dan Bandung. Di rumah mewah yang sekaligus dijadikan sebagai kantor itulah, Sisca menjalankan roda bisnis 'kolam susu'nya. Agency hanya menjadi bagian kecil dari aktifitas bisnis. Sisca mempunyai dua staf yang membantu menjalankan bisnis agency. Sementara untuk urusan bisnis 'kolam susu'nya, Sisca langsung menanganinya sendiri. Hampir semua operasi Sisca dipusatkan di Jakarta. Modus transaksi yang diguna- kan Sisca melalui dua tahapan. Pertama, begitu tamu order lewat telepon, ia akan mengajak tamu untuk nge-date lebih dahulu. Pada saat bertemu itulah, Sisca akan membawa gadis pesanan yang dikehendakitamu. Biasanya, Sisca akan membawa dua atau tiga gadis. "Kalau pesannya cuma satu, palingpaling aku bawa dua atau tiga. Biar klien punya pilihan," ujarnya gadis yang sudah lebih dari empat tahun menjalankan roda bisnisnya. Janji ketemu dengan klien itu lebih banyak dilakukan dengan setting dinner atau lunch. Sederhana sekali! Di situlah semua transaksi berlangsung, termasuk pembayaran kontan. Untuk tarif, Sisca mempunyai dua kelas model. Untuk katagori model A, tarif untuk satu malam Rp. 5 juta. Sementara untuk katagori B, tarifnya Rp. 3 juta. Soal klien, boleh dibilang jumlahnya seperti tak ada habisnya. Dari sekian tamu yang memboking anak didiknya, banyak yang berstatus 'member' atau pelanggan tetap. Dalam sehari, minimal Sisca bisa melakukan dua sampai tiga transaksi. Untuk transaksi kelas A, Sisca mendapat-kan Rp. 1,5 juta.
Sedangkan untuk model B, per satu transaksi Rp. 1 juta masuk ke kantongnya. Selain Sisca, ada GM wanita yang main di kalangan selebriti. Namanya, Febby, berusia sekitar 29 tahun. Gadis asli Surabaya ini, dulunya adalah salah satu aktris yang sering membintangi film-film panas. Wajahnya juga sering muncul di media cetak dengan pose-pose menantang di tahun 1995. Di masa jayanya, dengan body seksi dan wajah cantik, Febby termasuk katagori artis yang dengan label "bispak", kepanjangan dari "bisa dipakai" istilah populernya. Di kalangan pengusaha berduit, namanya sudah tak asing lagi. Dengan tarif Rp. 10 juta per satu transaksi, Febby bisa hidup enak. Sebuah mobil Corolla dan rumah besar di kawasan Cibubur sudah di­dapatnya. Namun di usianya yang terus merambat, wanita beranak satu yang sudah bercerai dari suaminya ini, akhirnya alih profesi. Dia yang memang akrab dengan beberapa selebriti, menjadi semacam 'mak comblang' bagi beberapa artis yang memang mau melayani laki-laki berduit di atas ranjang. Sepukul dua pukul, Febby juga masih melayani tamu yang berkehendak bobok dengan dirinya. Dalam perjalanannya, Febby ternyata sukses sebagai broker. Terbukti, dia berhasil menjadi penghubung laki-laki kaya yang ingin 'bercinta' dengan artis terkenal. Sebut saja nama KY, aktris sinetron yang sempat menggegerkan dunia film nasional dengan aktingnya yang berani dan vulgar. Atau AY, artis sinetron yang namanya kini menempati deretan selebriti papan atas dan sinetronnya hampir menghiasi layar kaca setiap hari. KY dan AY adalah dua artis yang sampai kini masih dengan tangan terbuka menerima transaksi melalui jasanya. Dengan tarif Rp. 25 juta untuk satu malam, Febby mengaku banyak laki-laki berduit yang rebutan. Selain KY dan AY, Indah juga punya akses ke beberapa artis lain yang ratarata sudah punya nama dan populer.
 Dari setiap transaksi, Febby biasanya bebas menaikkan tarif semau dia. Dari tarif sebelumnya yang hanya Rp. 25 juta, Febby mengaku bisa menaikkannya menjadi Rp. 30 juta. Rp. 5 juta itulah yang berhak masuk kantongnya. Modus operandi yang dilakukan Indah cukup sederhana. Begitu ada klien menelpon dan menginginkan artis A, Indah tinggal mengontak 'artis' yang bersangkutan. Langkah berikutnya, Febby akan mengajak janji dinner terlebih dulu. Dari situlah, semua transaksi di-selesaikan. Modus dengan bertatap muka itu, diakui Febby biasanya memang dikehendaki si artis. Pasalnya, beberapa artis memang mau transaksi berlangsung serba terselubung dan aman. Pertemuan itu pun diakui Febby untuk menjaga hal-hal yang ditakutkan si artis. "Kalau artisnya kenal pria yang memboking, kan berabe urusannya,"' ungkap gadis yang kini punya akses sedikitnya ke 15 selebriti terkenal Ibu kota. Betapa uang dengan gampang masuk kantong para GM wanita ini. Bisnis 'kolam susu' yang mereka jalani, tiap hari selalu mengeruk uang dalam jumlah besar: jutaan rupiah, bahkan ratusan juta! Kemampuan mereka mengendalikan dan melakukan operasi, sangatlah jeli dan licin.  Seorang seperti Sisca mampu mengkoordinir model-model kelas menengah denga tarif tinggi. Joyce dengan rumah penampungannya, bisa mempunyai jaringan pelanggan yang tak ada habisnya dan selama ini aman­aman saja. Seorang Irene mampu memasok wanita-wanita penghibur ke hotel berbintang.
Belum lagi dengan Febby yang mempunyai akses ke kalangan selebriti. Bisnis 'kolam susu' memang gampang menarik uang. Siapa yang tak membutuhkan seks, tak ada. Semua membutuhkannya. Mungkin itu jawabannya. Cerita tentang Joyce, Sisca, Irene dan Febby, hanyalah secuil dari puluhan bahkan ratusan GM wanita yang setiap hari memeras keringat menangguk uang di bisnis prostitusi. Tetapi, paling tidak, cerita secuil itu, mungkin bisa memberi gambaran tentang liku-liku hidup GM wanita menggeluti roda bisnis 'kolam susu'nya.[]
20
Sex-game
Gadis-gadis Gaul
Sebuah permainan sensasional dan 'naked' yang menjadi hobi pria­wanita dari kalangan anak-anak gaul.Truth & Dare, istilah gaulnya. Beberapa orang melakukannya sekedar iseng, tapi yang sungguh-sunguh pun tak kalah banyak
Jam terus beranjak memburu malam. Tiba-tiba, terdengar teriakan­teriakan dari sebuah kamar. "Buka terus. Ayo, buka. Nggak boleh malu-malu...!!!" Suara tawa manja itu terus menyeruak dari sebuah kamar hotel berbintang empat di Jl. GT, Jakarta Selatan. Sesekali, terdengar jerit-jerit nakal. Terkadang, suasana berubah senyap. Hanya terdengar pembicaraan lamatlamat. Detik berikutnya, suara musik mengalun dan yang terlihat kemudian adalah pemandangan dua gadis dengan sedikit malu-malu menari dalam keadaan tanpa busana dengan disaksikan dua temannya yang juga sama-sama berjenis kelamin wanita.
Sementara di ruangan lain, di malam Sabtu pada pertengahan bulan Januari 2002 menjelang pukul 02.00 WIB dini hari, di Apartemen Bunga, sebut saja begitu — sebuah apartemen berlantai sepuluh di Jl. Raya CP, Jakarta Timur yang terjadi malah lebih berani. Dua laki-laki, tiga perempuan bermain kartu di dalam kamar tertutup. Suasana yang tergambar tak berbeda jauh dengan empat gadis yang bermain nakal dan berani. Hanya saja, kali ini, permainan itu harus kami akui berlangsung lebih berani. Dua laki-laki dan tiga gadis itu saling memegang kartu masing-masing satu buah. Setiap kali terdengar kata Truth, maka yang terdengar adalah sebuah cerita yang diungkap secara blak-blakan tanpa data yang disembunyikan. Lucunya, cerita itu selalu berkaitan dengan hal-hal pribadi yang sifatnya sangat rahasia. Namun begitu terdengar kata Dare, yang terjadi adalah sebaliknya. Karena kebetulan yang terkena kata Dareadalah sang gadis, maka pada detik itu pula dua laki-laki yang hadir dalam kamar tertutup itu dengan perlahan memerintahkan sang gadis untuk melepas busana yang melekat di badannya. Sampai akhirnya, tubuh gadis itu tanpa tertutup selembar benang pun. Dan uniknya, dua laki-laki dan dua wanita yang menjadi 'lawan' bermain itu, bergantian menantang keberanian sang gadis untuk beraksi lebih heboh. Awalnya memang sekedar iseng-iseng dan permainan, tapi semakin lama, permainan iseng itu berubah menjadi ajang pesta nafsu. Pesta sungguhan, bukan main-main!!!
0 0 0
DaeTruth&Dr.
Sebenarnya, kami tak sengaja harus berkunjung ke Apartemen Bunga, tempat hunian bergaya hotel di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur. Semuanya berawal dari Bertha, seorang model baru yang wajahnya menghiasi beberapa tabloid dan majalah hiburan, mengundang kami ke 'apartemen'nya tersebut.
"Nanti saya kenalkan beberapa orang teman. Dijamin cantik-cantik dan OKlho," katanya setengah bergurau.
Bertha ternyata tipikal orang yang gampang akrab. Kami mengenalnya dalam beberapa kali pertemuan di kafe MA, kawasan Jl. Sudirman, Jakarta Pusat. Sebagai pendatang baru di dunia 'keartisan', gadis berusia 22 tahun berasal dari Surabaya ini cukup ramah dan tergolong gadis aktif. Bertha mudah diajak berbincang, makan dan pergi jalan malam ke sejumlah kafe gaul. Tentu saja, selama tak bentrok dengan kegiatan yang lain. Tetapi undangan makan malam seorang wanita cantik semacam Bertha jelas tak kami lewatkan. Sayang benar kalau kami sampai menolaknya. Toh, selama ini pun kami sering makan malam bareng. Hanya saja kali ini surprise karena Bertha mengajak kami ke apartemennya. Apartemen Bunga itu terletak di jalan besar, persisnya berada tak jauh dari sebuah by-passyang menghubungkan sebuah supermarket franchise asing dengan sebuah terminal besar antar kota di Jakarta. Apartemen tersebut kiranya cukup mewah dengan prototype bangunan modern.
Apartemen itu terbagi dalam beberapa blok. Bertha sendiri berada di Blok B. Di halaman depan, tampak beberapa mobil parkir. Pintu masuk dijaga dua sekuriti. Cukup ketat karena tamu yang datang mesti dulu mendapat ijin dari tuan rumah, baru diperbolehkan masuk. Atau kalau tidak, tuan rumah sudah memberitahu petugas keamanan yang berjaga-jaga di bawah. Malam itu, kami datang pukul 20.15 WIB. Sehari sebelumnya,kami memang menghabiskan malam di kafe ZB, di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Waktu itu, Bertha ditemani salah satu teman wanitanya yang tak kalah menarik. Gadis itu oleh Bertha dikenalkan kepada kami sebagai Susi, 24 tahun. Di situlah, Bertha mengundang kami untuk makan malam keesokan malamnya. Pintu masuk ke apartemen itu menggunakan sistem elektronik.
Meski jarum jam telah menunjuk pukul angka delapan lebih, tapi suasana di sekitar apartemen Bunga itu tampak ramai. Beberapa outlet makanan yang buka masih didatangi beberapa pembeli. Sementara di sudut lain, sebuah supermarket franchise asing yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari apartemen Bunga, menunjukkan aktifitas tinggi. Kami menaiki lift menuju lantai 9. Kami melewati deretan kamar-kamar layaknya di hotel. Di masing-masing pintu kamar, tertulis nomor lengkap dengan bloknya.
Mata kami tak lepas mengamati keadaan sekeliling. Tampak sepi. Beberapa puluh pintu kamar tertutup rapat. Tampaknya, mereka yang tinggal di sini lebih senang dengan kehidupan privacy. Di pintu bernomor B/93 kami berhenti. Bertha menyambut kami. Mengenakan baju terusan warna pink, Bertha menyilakan kami duduk. Di dalam kamar berbentuk studio itu ternyata sudah ada dua wanita dan seorang pria. Yang satu sudah kami kenal  sebelumnya, Susi dan satunya lagi bernama Dona, 21 tahun. Sementara yang laki-laki mengaku bernama James, 28 tahun.  Susi mengenakan T-shirt biru ketat dengan celana model tank-top. Sedangkan Dona —gadis berkulit kuning sawo matang dengan tahi lalat di kening, membalut raganya dengan sack-dress selutut warna ungu muda. Susi sendiri,yang biasanya memang menjadi teman seperjalanan Bertha, ternyata tinggal di apartemen yang sama, hanya saja dia berada di lantai tujuh. Sedangkan Dona, mengaku sering menginap di apartemen Bertha. James biasanya selalu ikut serta kalau kebetulan tidak punya acara. Pria yang katanya punya usaha di bidang jasa angkutan ini, termasuk salah satu laki-laki yang sering menemani Bertha. "Ini bukan dinnerbeneran lho. Hanya makan-makan biasa," kilah Bertha sambil ikut bergabung di ruang tamu. 
Di dinding, kami melihat beberapa foto Bertha dipajang dalam ukuran besar. Beberapa diantaranya mengenakan busana seksi dengan pose-pose menantang. Sebuah televisi 29 inci lengkap dengan peralatan audio lainnya seperti CD player dan VCD. Malam itu, Bertha memang menjamu kami dengan beberapa hidangan makanan. Lumayan untuk sebuah dinner di apartemen, pikir kami. Buah anggur pluspir, menjadi penutup jamuan malam. Jam sudah menunjuk angka 21.30 WIB ketika kami dan Bertha Cs menyelesaikan makan malam dan kembali bercengkrama di ruang tamu. Untuk sesaat lamanya, Bertha memperlihatkan kamarnya yang serba bernuansa pink. Apartemen yang ditempat Bertha bertipe studio dengan dua kamar. Bertha sendiri menempati kamar yang menghadap langsung ke jalan besar. Di dalam kamar seluas 5X5 meter persegi itu terdapat spring-bedwarna pink. Di dinding kamar yang juga berwarna pink itu terpajang sebuah foto wanita hitam putih dalam keadaan nndies.
Tampak artistik tanpa menampakkan secara jelas wajah di balik wanita telanjang itu. "Itu foto aku tiga tahun lalu," sergah Bertha mengagetkan kami. Hanya lima menit kami diajak Bertha melihat­lihat kamar untuk kemudian kami sudah berkumpul di ruang tamu. Kali ini, kami sengaja memilih duduk di karpet. Bertha, Susi, Dona dan James pun melakukan yang sama. "Main kartu yuk. Dari pada bengong?" Tiba-tiba saja, Bertha melontarkan ide itu. Kami hanya menganggukkan kepala pertanda setuju. Siapa takut? pikir kami. Soal main kartu, kami bukannya bodohbodoh amat. Teman-teman kami dari ka-langan 'anak gaul', banyak juga yang do-yan bermain kartu, dari yang sekedar iseng sampai menggunakan uang jutaan rupiah. Susi, Dona dan James pun mengiyakan. Kata mereka, sudah jadi tradisi kalau lagi  berkumpul mereka iseng-iseng bermain kartu. "Paling tidak, ada sesuatu yang dikerjakan," kata Dona malu-malu. Di atas karpet kami membentuk formasi lingkaran. Chanel televisi dirubah Bertha menjadi tayangan musik mancanegara non stop.
Bertha mengenalkan jenis permainan truth & dare. Kartu pertama bergambar seperti kartu King, hanya saja bentuknya tidak sama seperti kartu remi kebanyakan. Sedangkan kartu kedua bergambar mirip Queen hati. Hanya saja kedua kartu itu warnanya lebih gelap, tidak terlalu banyak warna-warna mencolok. Kartu bergambar King berarti Dare, sementara kartu bergambar Queen hati berarti Truth. Begitu aturan mainnya. Dua kartu 'truth & dare' itu dalam permainan-nya dikocok menjadi satu dengan kartu-kartu remi biasa. Mendengar itu, tentu saja kami sedikit terkejut. Karena ternyata, permainan yang satu ini berbeda dari biasanya. Ketika seseorang mendapat kartu Dare, maka si pemegang kartu harus bersedia melakukan apapun. Dan ketika mendapatkan kartu 'truth', si pemegang kartu harus mau bercerita tentang segala hal —termasuk sesuatu yang sifatnya privatesekali pun. Itulah aturannya. Dan malam itu, kami ditemani iringan lagu-lagu Jennifer Lopez, Madonna, Britney Spears dan sederet 'diva dunia', permainan 'truth & dare' itupun dimulai.
Bertha menjadi leader yang pertamatama membagi-bagikan kartu. Masingmasing pemain mendapat bagian satu kartu selama tiga kali putaran ber-turut-turut. Pada putaran ketiga itulah, masingmasing pemain harus memperlihatkan kartu yang didapatnya. Kalau kebetulan belum ada satu pemain pun yang terbukti mempunyai kartu 'truth' atau 'dare', maka kartu akan dibagikan kembali sampai ada salah satu pemain yang 'tersangkut'. Namun, ada juga yang melakukan permainan 'truth & dare' tanpa kartu. Itu dilakukan, kalau kebetulan memang tidak ada kartu. Biasanya, permainan itu dilakukan dengan beradu telapak tangan. Telapak tangan atas berarti 'dare', bawah berarti 'truth'. Dalam aturannya, pemain saling menebak ketika mereka beradu sampai tebakannya benar. Begitu seterusnya. Sex-game. Pada awalnya, permainan iseng-iseng itu berlangsung biasa. Ketika Bertha dan Dona misalnya men-dapatkan kartu 'truth',kami hanya me­nyuruhnya untuk bercerita soal umur, berat dan tinggi badan.
Begitu juga ketika kami yang kebetulan ketiban apes mendapatkan kartu 'dare', kami hanya disuruh jongkok atau memegang hidung hingga permainan menemukan korban berikutnya. Mungkin karena masih kagok kali ya—maklum, dari tiga gadis yang kami kenal, baru Bertha yang boleh dibilang 'akrab', permainan awal itu terasa enteng dan biasabiasa saja.Tapi semakin malam, diselingi hidangan makanan kecil, buah-buahan dan beberapa minuman seperti winedan bir, permainan itu merambat panas. Detik demi detik yang menegangkan itu pun terjadi juga. Manakala si cantik molig Dona kedapatan memegang kartu 'dare',maka James, Bertha dan Susi, langsung menyuruhnya berdiri. Kemudian, dengan menahan senyum, bibir Bertha yang tampak dipoles lipstick cokelat matang itu meminta Bertha untuk menari dan me-lepaskan ikatan rambut di kepala. Detik berikutnya, giliran Susi meminta Dona melepaskan kaos ketat yang menutupi tubuhnya. Uniknya, Dona pun dengan serta merta melakukannya, sehingga tinggal bra yang menutup bagian dadanya.
Alamak, kami terus terang kaget juga melihat aksi itu. Walau beberapa kali, kami pernah diajak beberapa teman berduit untuk nonton striptis, tapi tetap saja rasa kaget itu datang. Hanya sampai di situ, Dona kembali ikut bermain. Biasanya, dalam aturan mainnya, pemenang hanya boleh mengajukan satu permintaan, tidak boleh lebih. Maka ketika giliran Bertha yang ketiban apes meme-gang kartu 'truth', kami memintanya bercerita terus terang soal perjalanan karirnya sebagai pendatang baru di dunia keartisan. "Pahit dan susah!" Itulah jawaban pertama yang keluar dari bibir Bertha. Awal karirnya harus ia lalui lewat jalur pintas. Bermula dari sebuah peran figuran dalam sebuah film, Bertha mesti merelakan di Sedih memang. Menyusuri jalur model lewat sebuah ajang pemilihan putri sebuah produk kecantikan di Surabaya, Bertha mendapat Juara II.
Sejak itu,beberapa tawaran mulai datang. Dari pemotretan untuk majalah sampai untuk brosur iklan. Sampai akhirnya, ia memutuskan hijrah ke Jakarta karena ada teman yang membukakan jalan. Keputusan pindah itu, juga lantaran keluarganya tak lagi menerimanya karena ia ketahuan mengandung seorang bayi hasil karya pacarnya. Meskipun akhirnya, ia memutuskan untuk menggugurkannya. Dan datanglah tawaran untuk main film. Namun yang terjadi, tidak lah jauh beda. Tawaran demi tawaran selalu ujungujungnya selalu terkait dengan service pribadi. Dan itulah yang mesti ia jalani di awal karir. Bertha mengaku, jatuh dari satu pria ke pria berikutnya. Hasilnya, beberapa sinetron dan film telah dibintangi meski hanya pemeran pembantu. Salah satunya film RTG, yang kebanyakan mengekspos adegan-adegan syur dan panas. Stop! Cerita itu berhenti.
Permainan pun berlanjut. Kini, lagi-lagi Dona yang harus mendapatkan kartu 'dare'.Gadis yang mengaku dari Bandung yang hanya tinggal mengenakan bra dan celana jins itu pun untuk kesekian kalinya mesti melepaskan sisa pakaian yang melekat di tubuhnya. Pada gilirannya, Bertha pun mendapat jatah kartu 'dare'. Dan dengan serta merta, baju sack-dressyang ia kenakan, ditanggalkan. Hingga menjelang pukul 01.00 WIB dini hari, dua gadis itu tak lagi berbusana. Sementara Susi hanya tinggal mengenakan underwear, dan James pun tinggal menyisakan celana pendek dengan dada terbuka. Sungguh tidak disangka, kami pikir permainan itu bakal usai. Namun, kenyataannya jauh permainan iseng malah lebih gila dan jadi sungguhan. Entah sudah berapa kali, Dona dan Bertha memperaga-kan adegan layaknya dua pasang kekasih sesama jenis. Begitu pun Susi yang berulang kali men'service' James. Detik detik menegangkan itu, pada gilirannya memang berubah menjadi ajang permainan nakal yang sarat dengan ulah dan perilaku 'gilagilaan'. Bayangkan saja, selama hampir dua jam terakhir, permainan itu telah berubah menjadi ajang pesta nafsu yang menggebu.
Permainan awal yang hanya penuh canda tawa itu, lambat laun menjadi sungguhan. Itulah yang terjadi. Dan ternyata, permainan sejenis 'truth & dare' ini sudah jadi satu hobi yang trenddi beberapa orang dari kalangan nitesociety. Berulang kali —memang tidak terlalu sering sih, setiap kami habis menghabiskan malam di sejumlah kafe trend-setter,terdengar cerita seru ihwal permainan nakal sejenis 'truth & dare' dari beberapa muda-mudi yang melakukannya. Bahkan, tak jarang, kami pun diajak untuk bergabung. Cerita yang kami dengar dari sejumlah teman dari anak-anak gaul —bahkan beberapa diantaranya kami saksikan dengan mata-kepala sendiri, memang tak beda jauh dengan apa yang terjadi di apartemen Bertha. Dan ternyata, bagi Bertha permainan itu sudah berulangkali ia lakukan bersama teman-temannya. Truth & Dare, permainan nakal yang ujung-ujungnya memang tidak jauh dari persoalan petualangan seksual. "Hanya beda di menu foreplay-nya saja," ujar Bagus, seorang esmud kawan kami yang juga terkenal sebagai anak malam. Benarkah?[] 

 
21
Shopping Date
Cewek2 Highclass
Mereka bukancallgirl. Wanita-wanita cantik yang juga berprofesisebagai model ini, mengencani pria eksekutif untuk mengeruk harta sebanyak mungkin. Triknya, dari'shopping date' sampai'honeymoon' cinta ke mancanegara.
Transaksi cinta gadis-gadis callgirl kelas atas ternyata amat beragam. Callgirl yang buka praktek terselubung misalnya, cukup menerima order telepon via GM kemudian dilanjutkan dengan dinner dan setelah itu, transaksi terakhir. Ada juga yang langsung mendatangi tamunya di tempat kencan. Ada juga yang sudah punya pelanggan tetap yang setiap saat bisa mengajak kencan.
Tapi untuk yang satu ini, sedikit berbeda. Mereka bukan callgirl. Mereka lebih suka disebut wanita-wanita highclass. Sebutan itu bisa berarti mereka adalah wanita-wanita yang suka hidup glamour dengan bermodal kecantikan. Caranya, dengan memacari pria-pria berduit.
Di sebuah mal elit, PN di Jakarta Selatan, dua gadis cantik yang di mata saya sudah tak asing, Maria (22) dan Linda (24), ber-jalan digandeng dua pria berpakaian rapi. Kirakira baru pukul 18.00 WIB, jam pulang kantor. Maria dan Linda saya tahu karena beberapa kali saya melihat wajah mereka di sampul media cetak Ibu Kota. Yang membuat saya terperangah, dua pria yang bersama mereka juga saya kenal baik. Saya malah beberapa kali sering bertemu di meja kafe dan ajojing bersama. Mereka adalah Remy (29) dan Jose (31).
Dua pria itu saya tahu cukup beken di kalangan komunitas kafe. Maklum, mereka termasuk eksekutif muda sukses. Remy masuk board of director di PT AR, sebuah holding company yang berkantor di Jl. SD. Sedangkan, Jose sendiri punya usaha di bidang onderdil mobil yang berkantor di Jl.TR, Jakarta Pusat. Yang saya tahu, ia termasuk salah satu pemegang saham.
Untuk beberapa saat lamanya saya memperhatikan dari jauh. Kedua pasangan itu masuk ke counter baju bermerek, kemudian keluar membawa tentengan. Berikutnya, mereka masuk lagi counter jam tangan. Begitu keluar, di tangan Maria dan Linda sudah membawa bungkusan.
Saya mengucap sapa ketika mereka saya temui tengah ber-dinnerdi kafe LN di mal yang sama. LN termasuk kafe elit karena yang datang kebanyakan kalangan eksekutif. Remy dan Jose sedikit terperangah dengan kehadiran saya. Tentu saja, mereka masih ingat saya dengan baik. Saya diperkenalkan dengan pasangan mereka.
Maria dan Linda mereka akui sebagai 'pacar'. Tebakan saya tidak meleset. Dari situlah, saya akhirnya terlibat pembicaraan akrab. Maria memang seorang model baru yang wajahnya menghiasi beberapa tabloid dan majalah hiburan. Sementara Linda tak jauh beda. Gadis yang sudah membintangi sedikitnya lima sampai enam sinetron itu, di antaranya PDK, SPM dan LDC, tak kalah ramah dibanding Linda. Maria dan Linda memang tipikal orang yang gampang akrab. Dalam pertemuan yang berlangsung tak lebih dari satu jam itu, mereka enak saja mengurai cerita dan membuat saya tak kesulitan berbagi omongan. Sebagai pendatang baru di dunia 'keartisan', mereka cukup ramah dan agresif. Remy dan Jose yang sudah tahu saya sebelumnya, ikut larut dalam pem-bicaraan santai dan sesekali derai tawa terlepas pelan.
Setelah pertemuan itu, lima hari kemudian Remy dan Jose bertemu saya di kafe JC, Jakarta Pusat, pada malam Sabtu. Di kafe yang berada di hotel berbintang lima itu, mereka bercerita tentang Maria dan Linda yang mereka akui sebagai pacar. Saya sebenarnya bukan tidak mengenal Maria dan Linda karena gosip yang beredar mereka termasuk gadis-gadis yang suka 'mlorotin' pria berduit. Beberapa kali, saya memang melihat mereka makan ditemani pria-pria rapi di restoran mahal. Kalau tidak, mereka minum hot tea dan ber­cengkrama dengan pria kencanannya di kafe mal. Begitu seterusnya. Namun rupanya, bagi Remy dan Jose, gosip itu tak begitu berarti. Kata Remy, dia tak peduli tujuan dari Maria me-macarinya. "Yang penting bisa happy.Ya nggak?" sergahnya, enteng. Lantaran Remy dan Jose itulah, saya jadi mengenal Maria dan Linda secara detail. Bagaimana mereka mencari pasangan kencan pria berduit sampai kehidupan pribadinya? Setidaknya, selama tiga bulan saya jadi dekat dengan mereka.
M o d u s Operandi.
Dalam masa tiga bulan itulah, akhirnya saya jadi tahu sepak terjang Maria dan Linda sebagai wanita hi-class.Sebelumnya, di kepala saya memang muncul pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Hubungan aktif dengan mereka, lambat laun memang menciptakan suasana yang seolah tanpa batas.
Mereka tak lagi sembunyi-sembunyi atau berusaha tampil dengan topeng. Saya pun sering diundang makan malam di rumahnya. Tentu saja, undangan itu tak saya lewatkan. Jam 21.05 WIB. Ini malam kunjungan saya untuk yang ke sekian kalinya. Di atas karpet tebal di ruang santai, saya mulai mendengarkan cerita kedua gadis yang sama-sama menebar bau  harum dari tubuhnya. Pembicaraan malam itu berpusat pada masalah laki-laki. Mungkin karena merasa akrab, mereka tanpa malu-malu bercerita apa adanya.
Laki-laki berduit seperti menjadi kata wajib bagi Maria dan Linda tiap kali mengurai cerita. Maria, yang mengaku anak orang kaya di Surabaya itu bercerita ihwal perjalanan hidup. Mengapa ia sampai ke Jakarta, tak lain lantaran laki-laki juga. Maria akan dijodohkan oleh orang tua, sementara ia telah punya pujaan hati sendiri. Akhirnya, ia nekad kabur bersama lelakinya, Doni (27).
Enam bulan mengarungi hidup di Ibukota, selama itu Maria dan Doni tinggal di sebuah kontrakan layaknya suami-istri. Mariapun hamil. Terjadi cekcok, Maria kabur dan menggugurkan kandungannya. Sampai akhirnya, ia bertemu Linda di salah satu diskotek di Jakarta. Ternyata Linda berprofesi sebagai model. Paling tidak, itulah pengakuan pertama ketika Maria berkenalan dengannya. Dari Linda itulah, ia mulai diperkenalkan dengan dunia model. Postur tubuh seksi dan wajah cantik membawa Maria memasuki dunia baru. Shopping Date Cewek2 Highclass Selama kurang lebih tiga bulan, Maria ditampung Linda di apartemen CM, Jakarta Timur. Keseksian dan kecantikan Maria ternyata membawa berkah. Tak kurang dari enam bulan, wajahnya sudah terpampang di beberapa media cetak. Hampir semua pose seksi dan gemulai. Dari situlah, Maria mulai merambah dunia peran meski belum mendapatkan peran utama. Linda ternyata tidak sekedar model biasa. Ia punya pekerjaan sampingan.
Dan justeru pekerjaan sampingan itulah yang membuat Linda mengeruk duit dalam jumlah besar. Sebagai model dan artis sinetron kelas menengah, wajahnya cukup dikenal. Ditambah dengan pergaulannya dari kafe ke kafe, diskotek ke diskotek membuat Linda familiar. Dan itulah yang dijadikan modal Linda dalam menekuni pekerjaan sampingan, yang tak lain sebagai wanita hi-class. Mariapun akhirnya mengikuti jejak Linda. Dunia sinetron dan model ternyata hanya dijadikan sebagai media belaka, lain tidak. Setelah setahun, Mariamelebarkan sayap dengan menjadi wanita hi-class. Proses menekuni pekerjaan barunya itu tidaklah rumit. Wajah cantik, cukup populer dan 'gaul', membuat Maria berjalan mulus menapak jalan. Ditambah luka pahit akibat korban laki-laki yang tak ber-tanggung jawab, makin mengukukuhkan tekad Non. Yang menarik, profesi wanita hi-classyang dilakoni Maria dan Linda boleh dibilang istimewa.
Mereka tidak sekadar callgirl biasa, tapi lebih dari itu, mereka tak mau disebut callgirl. Dalam mencari pasangan cinta, mereka tidak menerima order via telepon atau memakai GM. Tapi, mereka sendiri lah yang mencari dan memutuskan 'kencan' dengan siapa. Biasanya, modus operandi mereka dilakukan dengan mendatangi beberapa kafe-pub-klub yang sering menjadi ajang kumpul pria-pria berduit. Di situlah, mereka menjerat pria berduit. Beberapa kali saya menyempatkan diri jalan bareng dengan mereka ke kafe. Dan saya tak menyangka, begitu datang mereka sudah ditunggu pasangan masing-masing. Tapi rupanya, pria milik Maria dan Linda bukan sekedar pria yang berhubungan ala cash & carry. Artinya, mereka Shopping Date Cewek2 Highclass janjian, kemudian terjadi transaksi dan malam itu juga 'deal' tuntas. Tidak! Pria-pria yang menjadi kencan Maria maupun Linda, mereka sebut sebagai pacar. Pantas saja, baik Maria maupun Linda, bisa janjian dengan pria yang sama selama satu bulan penuh. "Mas Edo itu orangnya pengertian. Gue habis dibeliin jam Bvlgari dan diajak ke Singapura minggu lalu," ungkap Maria di sela-sela musik yang membungkus ruangan. Rupanya, yang disebut Maria dengan Mas Edo itu adalah teman kencan tetap.Hampir sebulan, Maria menjalin cinta dengan pria muda yang bekerja di bidang otomotif. Edo ternyata bukan asli Indonesia, tapi keturunan Pakistan-Singapura. Dan selama sebulan, Maria menjadi pasangan tetap Edo.
Entah menghadiri pesta, dinneratau menjamu relasi. Tidak hanya itu, Maria dan Edo sudah seperti sepasang partner. "Minggu depan gue mau diajak ke Hawaii," ceplos Maria. Begitulah gaya kencan Maria sebagai wanita hi-class.Seperti pada malam Sabtu itu, saya diajak menjumpai dua kencan  baru Maria dan Linda. Mereka janjian ketemu di kafe CI, Jl. AA, Jakarta Selatan. Maria sudah tak lagi 'pacaran' dengan Edo. Padahal, dalam beberapa kali percakapan, gadis yang memang doyan ngobrol dan selalu berpenampilan seksi itu sudah tak lagi menjalin hubungan dengan Edo. Satu bulan sudah cukup. Dan yang penting, tabungan dan koleksi barang-barang bermerek dan brand-minded sudah tertampung. Dua pria yang ditemui Maria dan Linda malam itu, rata-rata masih muda. Umur-nya berkisar antara 28-32 tahun. Pe-nampilannya rapi dan tampak berkelas. Begitu duduk,  saya diperkenalkan sebagai teman dekat pada dua pria itu, sebut saja Rick dan Bram. Saya sempat berpikir, Maria dan Linda akan menemui Remy dan Jose. Tapi rupanya, mereka sudah tak lagi berhubungan. "Cukup sebulan saja. Itu lebih dari cukup," kilah Linda.
Di meja segera terhidang beberapa botol minuman mahal. Maria sendiri maniak white-wine, sementara Linda tak bisa lepas dari margarita dan BV2. Sementara Rick dan Bram menenggak minuman khas laki-laki, dari Jackdie sampai Cinamon dan beberapa minuman andalan buatan kafe CI. Mereka menghabiskan malam hingga kafe bubar pada pukul 03.00 WIB dini hari. Tak kurang dari Rp. 5 juta habis di meja kafe untuk satu malam. Uang sejumlah itu, enteng saja mereka keluarkan hanya untuk mentraktir di kafe. Setelah itu, Maria dan Linda diantar  pulang. "Ini kencan pertama. Baru seminggu lalu kenalan. Baru tahap uji coba," kilah Linda begitu sampai di rumah. Rupanya, yang dimaksud tahap uji coba itu tak lain bagian dari penjajakan. Pantas tidak pria seperti Rick dan Bram dikencani, dilihat dari penampilan dan tentu saja materi. "Kalau salah tangkap, buang-buang waktu," canda Maria diikuti derai tawa lepas. Apa yang Maria dan Linda lakukan, mengingatkan saya dengan beberapa escortgirl di karaoke atau pub yang lebih suka menjadi pacar atau simpanan pria-pria berduit dari pada menerima order kencan semalam. Beberapa wanita pen-damping di karaoke yang ada di Jl. M, Jakarta Selatan misalnya banyak yang menjadi 'pasangan' resmi beberapa pria ekspat dari Jepang, Korea atau Singapura. Dari sisi materi, jelas lebih menguntungkan.
ShoppingKencan.
Tabir kencan hi-class Maria dan Linda makin terkuak ketika seminggu berikutnya, saya diajak jalan lagi. Hari masih sore, sekitar pukul 17.30 WIB ketika Rick dan Bram memarkir mobil New Ice-nyadi depan pintu rumah Maria dan Linda.
Rick dan Bram tampaknya bukan sembarang pria. Sama seperti Remy dan Jose yang kata orang 'duitnya tak berseri', mereka pun termasuk wirausahawan muda sukses. Rick mempunyai usaha dagang di bidang perkayuan, sementara Bram sendiri sukses menggeluti usaha kontraktor. Yang
Sex & City; Jakarta Under Cover : I jelasnya, mereka laki-laki yang punya cita rasa. Entah dalam penampilan maupun lifestylesehari-hari, terutama dalam hal memilih pasangan kencan. Saya sedikit sungkan berada dalam satu mobil dengan mereka. Makanya, saya sengaja jalan duluan menuju pusat mal PN di wilayah Jakarta Selatan, yang memang dikenal segmented untuk kalangan menengah atas. Saya menunggu di kafe NN untuk sekedar menyantap tiramisu dan hangatnya cappuccino. Maria dan Linda bersama pria kencannya tiba selang beberapa menit kemudian. Melalui ponsel Maria mengatakan mau shopping terlebih dahulu.
Dengan ditemani dentingan musikmusik latino, saya menghabiskan waktu menunggu Maria dan Linda shoppingmal mencari-cari barang bermerek. Aha, cukup lama saya menanti dengan setia. Sampai pada gelas ketiga, Maria dan Linda akhirnya muncul juga menapaki tangga lift digandeng Rick dan Bram . Maria dan Linda menenteng beberapa bungkusan. Alamak, saya hanya gelenggeleng kepala. Sedikitnya ada tiga bungkusan yang ditenteng. Masing­masing berisi sepatu merek Versace dan baju koleksi Prada. Mereka bergabung dengan meja saya dan memesan makanan untuk dinner. Malamnya, saya diajak bergabunguntuk menghabiskam malam di kafe OL, Jakarta Pusat. Menikmati sajian live-music sambil makan minum sepuasnya. Ini mungkin agenda yang entah sudah berapa dilakukan Maria dan Linda bersama priaprianya. Bayangan layaknya sepasang kekasih yang tengah memadu cinta, tercipta sudah. Mariadan Linda, masing-masing duduk mesra di pangkuan Rick dan Bram. Sesekali mereka berciuman. Lama sekali. Lalu terbahak dan menenggak minuman untuk ke sekian kali. Derai canda-tawa, pelukan mesra sepasang merpati yang memab buaian kata-kata manis yang menghanyutkan,semua tumpah ruah menjadi satu. Musik yang berdetak, denting gelas yang beradu dan temaram cahaya lampu kafe seperti menjadi saksi bisu. Dari menit ke menit, semua aktifitas itu mewarnai malam.
"Kita mau check-in. Lu mau ikutan nggak? Gue yang tanggung deh?" Suara parau Maria sekonyong-konyong mengagetkan saya. Malam memang telah beranjak pagi. Pukul 03.00 WIB. Saatnya tamu-tamu kafe harus beranjak dari buaian tawa, wanita atau minuman. Semua memabukkan, tanpa terkecuali. Hanya beberapa tamu saja yang tersisa. Sebagian masih asyik mendengarkan lagu penghabisan, sebagian lagi berbenah diri, bersiapsiap untuk angkat kaki. Maria dan Linda bersama pasangan- nya berjalan bergandengan. Tentu saja saya tahu diri. Tak mungkin saya mengikuti kencan mereka. Ya, urusan check-in, so pasti sifatnya private. Kumbang jantan bertemu bunga mekar di dalam kamar, apalagi yang akan terjadi, tentu bisa dibayangkan. Pukul 04.35 WIB saya sedang menikmati sajian makanan lesehan khas Yogyakarta dikawasan Blok M ketika Maria lewat ponsel menghubungi saya. Sekadar bilang terima kasih telah ditemani, selanjutnya saya terlelap dibuai mimpi, seorang diri.
Keesokan harinya, Maria mengajak saya minum hot-tea di kafe BS, Kebayoran Baru. Mengendarai mobil BWM seri 5 warna silver, wajahnya tampak sumringah. Senyum simpul selalu mengembang dari bibirnya yang disepuh lipstik marun. Linda tidak ikut. Teman karib Maria itu sedang luluran di sebuah salon. "Hari Senin, gue diajak Rick ke Belanda. Ada urusan bisnis sekalian plesir," ungkapnya. Pergi ke luar negeri, berarti uang. Itu sudah pasti akan dikeruk Maria. Tidak hanya  tu, aneka barang-barang bermerek dan mahal, sudah pasti akan menambah koleksi terbaru Maria. Begitu cepat kencan itu berbuah uang melimpah. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala.
 Di tiap menit kencan, seorang Maria bisa membuat laki-laki seperti Rick bertekuk lutut. Gaya mendekati laki-laki dengan memperlakukannya sebagai 'pacar' dalam waktu yang lumayan lama, bisa dua-tiga minggu bahkan sebulan, memberi 'peluang' besar bagi Maria atau Linda untuk mengeruk uang. Tidak ada patokan tarif pasti, karena mereka memang bukan 'gadis order'biasa. Sore itu saya bertemu Maria. Dan dua hari kemudian, Maria menghubungi saya. Tawanya terdengar empuk tiap kali mengurai cerita di telepon. Ia bercerita tentang hari-harinya di Belanda bersama Rick. Tidur di kamar hotel berbintang lima, menikmati hangatnya bath-up dan segala kenikmatan duniawi yang lain. Bahagiakah Maria dan Linda dengan hidup mereka yang serba gemerlap dan selalu tak lepas dari gonti-ganti pria berduit? Minggu ini, Maria mendekap pria lain, sebut saja Denis, tiga minggu berikut-nya dia sudah berada dalam pangkuan dengan Sebastian. Dan rninggu­rninggu lainnya, dia mendekap Jack, Wil dan seterusnya. Semuanya pria-pria berduit. Bagaimana dengan pria yang berhasil mereka 'ploroti' hartanya? Bagi Remy dan Jose, uang sepertinya bukan masalah. Remy misalnya, tak peduli sudah habis lebih dari Rp. 100 juta untuk seorang Maria. Begitu juga dengan Jose. Uang sebanyak itu habis untuk 'membahagiakan' wanita kencanannya.
Dari belanja barang-barang mahal,berlibur ke luar negeri dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. "Maria malah minta dibeliin mobil baru. Kalau sekarang masih pacaran dengan saya, pasti di rumahnya sudah ada mobil Mercy baru," ungkap Remy. Bujangan yang tinggal di apartemen elit di Jakarta Pusat itu, mengaku cukup menikmati hari-hari bersama Maria. Di tengah kesibukannya menjalankan tugasnya sebagai direktur di PT AR, holding company yang berkantor di Jl. TM, dia merasa terhibur dengan kehadiran Maria. Tidak merasa ditipu begitu ditinggalkan? "Bodo amat. Yang penting sudah dapat semua. Hilang satu, ya nyari lagi," kilahnya, lepas.
Rumah Elit. Sebagai wanita hi-class, Maria dan Linda tampaknya memang bergaya hidup mewah. Itu bisa dilihat rumah beserta isinya yang mereka tempati.
Rumah bernomor 18 itu terletak di Jalan TTD di kawasan Tebet Jakarta Selatan dan terkenal sebagai kawasan kost-kostan, rumah susun, apartemen sampai rumah kontrakan mentereng. Rumah itu berlantai satu, kiranya cukup mewah dengan pagar tinggi dan pintu gerbang tinggi. Sebutan rumah mewah tampaknya cukup pantas. Warna cat rumah serba biru muda. Memasuki halaman depan, terdapat taman mini dengan tanaman yang menghijau dan kolam berisi ikan hias. Sebuah mobil Volvo 960 hitam dan BMW seri 5 warna silverdiparkir di garasi. "Ala, cuek saja. Anggap rumah sendiri," sergah Maria sambil mengajak saya masuk. Malam baru saja menunjuk pukul 19.00 WIB ketika saya duduk di ruang tamu. Sofa berwarna pink, dengan sorot lampu kristal persis di tengah ruangan. Hiasan dinding dan lukisan wanita dengan pigura berwarna serba keemasan tertata rapi di tubuh tembok. Sebuah aquarium besar dengan ikan Arwana terpampang di sudut ruangan sebelah kanan. Setelah ruang tamu, ada ruangan santai dengan alas karpet tebal dan berbulu. Ruangan itu dibiarkan terbuka dan dilengkapi peralatan elektronik. TV 29 inci, CD Playerdan Iain-lain. "Nggak usah malu-malu. Santai saja, di sini aman kok," suara Linda yang muncul dari sebuah pintu kamar mengagetkan saya. Rupanya, kamar Linda berada dekat dengan ruangan santai. Dari lantai tangga yang berporselin putih dengan motif bintik-bintik hitam terdengar langkah-langkah Maria. "Kamar aku ada di atas. Mau lihat-lihat nggak?" tawarnya. Saya mengiyakan. Kamar Maria tampak mewah.
Spring-bed dalam ukuran besar dengan bed-cover warna biru matang bergambar bunga. Kamar itu cukup luas, dengan perabotan lengkap. Lemari besar, meja rias, peralatan elektronik sampai alat fitness.Pintu yang menghadap balkon terbuat dari kaca. Begitu terkuak, tampak sebuah garden terrace mini untuk santai. Prototype kamar Maria mengingatkan saya pada kamar-kamar suiteyang ada di hotel. Tapi yang menarik untuk seorang laki laki adalah beberapa foto Maria yang terpampang di dinding bercat serba krem itu. Semua seksi. Malah, dua diantaranya nyaris tanpa busana sehelai benang pun. Saya terkejut untuk sesaat. Foto-foto itu dipajang dalam bungkusan frame besar. Saya terus terang terpesona dengan rumah Maria. Itulah kesan pertama kali ketika saya diundang makan malam. "Makanan sudah siap." Linda muncul tiba-tiba. Gadis berambut panjang dan punya sex-appeal menantang di bagian bibir itu mengenakan busana santai, sack-dresshitam selutut. Wajahnya dipoles make-uptipis. Satu-satunya yang tampak menonjol adalah warna lipstickmerah di bibir. Maria pamit untuk membersihkan muka dan berganti baju. Saya ditemani Linda menunggu di ruang makan yang letaknya persis di belakang ruang santai. Lagu-lagu hit yang biasa diputar di beberapa kafe top Jakarta segera mengalun. Dari classic disco, Top 40 sampai RnB. Maria menuruni anak tangga dengan mengenakan sandal santai.
Gadis berdada ekstra besar dengan rambut sedikit ikal itu mengenakan terusan hitam, tali satu. Hidangan serba laut dengan sebotol winesiap santap di meja. Malam terantuk di pukul 20.25 WIB ketika saya menyelesaikan dessert berupa pancake,paduan ice-cream,pisang dan keju. Untuk model sekelas Maria dan Linda, rumah dengan peralatan lengkap itu cukup mengherankan saya. Bagaimana tidak?  Rumah mewah, perabotan wah dan mobilmobil bermerek. Dari mana mereka mendapatkan uang untuk membeli itu semua? Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya penasaran. Kunjungan saya akhirnya berlanjut cukup rutin. Bahkan, saya sering diajak jalan bareng Maria dan Linda. Sekedar jalan ke kafe, mal atau menghadiri acara-acara tertentu. Tak kurang dari dua bulan, saya terlibat akrab dengan Maria dan Linda. "Hidup ini semu." Begitu kata Maria ketika saya ngobrol di rumah mewahnya. Semua itu disebakan satu hal: dia merasa tak pernah tahu bagaimana kebahagiaan sejati.
Pria yang pernah membuatnya jatuh cinta, telah menelantarkannya dan mem-buat hidupnya tersia-sia. Itu jualah yang membuatnya menjadi sosok yang akhirnya easy going dan enjoy dalam hidup. Dia tak lagi begitu peduli akan kemana dia membawa hidupnya. Ketika berkencan dengan pria pilihannya, dia tampak begitu tegar dan percaya diri. Tapi sebenarnya, dia juga wanita biasa yang butuh kasih sayang dan cinta. Hanya saja, dia tak tahu kapan mesti mengakhiri dunia 'wanita hi-class' yang disandangnya. Karena saat ini, ia belum siap meninggalkan gemerlap hidup metropolis yang semua serba berbau materialistik. Uang dan laki­laki! Itulah hari-hari yang dilakoni seorang Maria sampai saat ini. Entah nanti! "Sekarang, nikmati dulu aja yang ada, saya sudah capek mikirin hidup. Happy sajalah," tukasnya sambil menghirup nafas dalam-dalam. []

2 komentar: