9
"Sex Drive Thru"
Rumah Cinta 20x
"Sex Drive Thru"
Rumah Cinta 20x
Puluhan gadis seksi siap menerima boking order cinta. Mereka ditempatkan dalam satu rumah besar bernomor 20X.Layanan cinta kilat ala "drive thru" : datang, bayar dantake away!
Suara manja dan canda tawa menyeruak dari ruangan tamu seluas 12 X 12 meter persegi. Lampu menyala terang. Puluhan gadis cantik nan seksi memasang senyum genit menggoda. Seorang wanita separuh baya berusia sekitar 35 tahun setia mengobral kata pada dua pria berpakaian casual yang duduk sambil menebar pandangan.
Mata mereka terus meneliti dengan seksama. Sekitar dua belas wanita muda dengan pakaian ketat melekat Rata-rata masih muda-muda. Umurnya di atas ratarata 20 sampai 25 tahun. Sekilas mereka bak
peragawati yang mempertontonkan dandanannya. Tapi yang pasti, mereka lebih banyak mempertontonkan tubuh dan sensualitas penggoda karena wanita-wanita seksi itu memang hamba dahaga cinta?
Malam baru saja beranjak dari pukul 20.25 WIB ketika dua tamu itu belum juga memberi keputusan. Nyonya rumah segera menyuruh dua belas gadis tadi untuk bubar.
Berikutnya, dari ruangan dalam yang tertutup kelambu merah menyala muncul sepuluh gadis lain. Mereka seperti gadisgadis sebelumnya. Mengenakan dandanan seksi dan sedikit mencolok. Polesan gincu menghias bibir mereka. Bau harum parfum yang berbeda tercium hangat di hidung. Dua tamu itu duduk santai sembari menebar pandangan. Yang satu pria muda berusia 30 tahun mengenakan kemeja hitam dengan sisiran rambut rapi, semen-tara satunya lagi mengenakan busana casual kaos krah dan celana jins, kira-kira usianya 32 tahun. Mata mereka nanar dan rakus seolah mau menerkam dan menelannya. Ya, ampun. Kami risih juga melihat polah lakilaki itu. Seperti mau menaksir sapi atau badak. Seorang pelayan menyuguhkan minuman. Pria berkemeja hitam menunjuk pilihannya. Gadis bergincu merah dengan rambut panjang sebahu dan mengenakan kaos panjang ketat. Sementara pria berbusana casual memilih gadis dengan rok kulit hitam mengkilat dengan rambut di gelung ke atas. Dua gadis yang dipilih pamit sebentar mengambil tas. Sang Nyonya sibuk menyelesaikan administrasi. Tak lama kemudian, tamu pria itu membawa dua wanita keluar. Entah kemana, Anda tentu bisa menebak. Rumah 20X! Begitulah para lelaki petualang cinta menyebut rumah penampungan yang berisikan gadis-gadis cantik untuk order cinta. Awalnya, gambaran sebagaimana di atas adalah cerita yang kerap menjadi bahan pembicaraan beberapa kawan kami. Obrolan tentang 20X kerap muncul di selasela pembicaraan seputar seks di kalangan pria malam di kafe-kafe. Sebenarnya, soal wanita pemburu cinta bukan hal yang baru kalau tidak bisa dibilang basi. Wanita malam pemburu uang itu sebagian bisa ditemui di diskotek, kafe, bar, pub atau lewat perantara yang berkeliarandi antara tamutamu tempat hiburan. Tapi 'wanita 20X' tampaknya menjadi pembicaraan hangat lima enam bulan ini. "Mereka modis dan cantik lah. Bayar di tempat baru bisa dibawa. Selanjutnya terserah Anda," ujar seorang teman, Ardian, anak seorang pejabat yang tetap saja gaul dan rajin foya-foya meski usahanya di bidang restoran tidak lagi mengeruk untung.
Rumah Cinta.
Lantaran didorong rasa ingin tahu yang besar, bersama dua esmud yang baru saja menghadiri pesta ulang tahun di sebuah kafe, saya mencoba menelusuri rumah 20X. Dua teman saya, sebut saja Rudy, 28 tahun, dan Andre, 30 tahun, keduanya bekerja satu kantor di PT PTI, sebuah perusahaan ekspor-impor onderdil mobil, tak asing di dunia malam. Bahkan, mereka mengaku pernah ke rumah cinta tersebut.
Tidak terlalu sulit menemukan rumah 20X. Awalnya, 20X berada di Jl. SW, tak jauh dari lampu merah di pertigaan besar yang menghubungkan Mangga Besar, Hayam Wuruk dan Mangga Dua. Sekarang pindah di Taman Sari, kawasan Mangga Besar .
Rumah itu berada tak jauh dari jalan besar dan dikelilingi ruko-ruko untuk tokoperkantoran dan tempat hiburan dari kafe sampai diskotek. Kalau siang, suasana di sekitar rumah cinta 20X sangat ramai. Di waktu malam pun tak kalah ramainya karena aktivitas diskotek, kafe, pub, bar dan penjaja cinta 'sex on the street'. Belum lagi pedagang makanan-minuman yang membuka outlethingga dini hari.
Sekitar lima mobil parkir di depan rumah. Pelataran parkirnya tidak terlalu lebar, paling-paling hanya muat untuk sepuluh atau dua belas mobil. Dua petugas parkir sudah siap menjaga mobil-mobil tamu yang datang.
Ruangan rumah itu lumayan besar, berukuran tak kurang dari 30 X 30 meter persegi. Ruang tamunya cukup besar, dominan dibanding ruangan lain.
Sex & City; Jakarta Under Cover : I Ruangan tamu dilengkapi meja kursi, TV dan kamar mandi. Seorang wanita paruh baya, yang ternyata Mami, menyambut kami dengan ramah. tidak ada interior khas. Hanya saja suasana bersih dan nyaman. Hawa dingin AC menyebar mendinginkan suasana. Di dinding terpajang beberapa lukisan dan poster. Di atas meja, tertata rapi tumpukan majalah dalam dan luar negeri. Majalah-majalah itu rata-rata berisi fotofoto wanita seksi. Memang tidak ada Playboy atau Penthouse. Kebanyakan berisi gambar wanita seksi dalam pose seksi dan menantang. Ada juga beberapa majalah dan tabloid lokal. TV 24 inci merelayprogramprogram stasiun tv dalam negeri. Ada tiga pria di ruang tamu selain kami.Selang beberapa lama, ketiganya keluar diikuti tiga gadis yang memang seksi-seksi menguntit di belakang. Kami acuh tak acuh membiarkan mereka melintasi ruang tamu. Rudy dan Andre malah bercakap dengan nyonya rumah, Mami Tety. Tampaknya, Rudy dan Andre termasuk familiar di rumah cinta bercat putih. Mami Tety menyindirnya lama tak datang, lalu dengan bahasa lembutnya, menyebutkan beberapa koleksi baru.
"Masih muda-muda dan cantik. Pokoknya dijamin oke," ujarnya. Aduh, seperti barang saja, pikir saya tak habis mengerti. Benar juga! Tak lama setelah itu, Mami Tety datang dengan membawa lima wanita. Mereka langsung disuruh duduk berjajar di kursi berwarna biru tua. Mam Tety kemudian menyebutkan nama mereka satu per satu. Kelima wanita yang diperkenalkan itu masing-masing bernama Karin, Ana, Indah, Sonya dan Besty. itu mempunyai wajah yang di atas rata-rata. Karin dan Sonya, malah masuk katagori cantik. Keduanya punya sexappeal yang relatif menonjol dibanding Indah, Ana dan Besty. Menurut Mam Tety, mereka masuk Top Tendi 20X. "Ini koleksi terbaik lho. Khusus untuk tamu spesial saja," tandas Mam Tety. Dapat diartikan, itu kalimat yang jadi label untuk laki-laki pemburu nafsu setan. Tapi menurut Andre, wanita-wanita itu memang baru. Melihat Karin dan Sonya, Andre mengatakan, tampaknya mereka memang koleksi terbaru. "Boleh juga koleksi Mami," puji Andre, gombal. Padahal, hampir semua Mami akan selalu memuji anak-anak didiknya, tanpa terkecuali. Gadis-gadis itu tersenyum genit mendengar pujian gombal itu. Mereka mengenakan pakaian layaknya busana wanita yang biasa kelayapan di diskotek atau kafe. Busana seksi dengan dandanan sedikit mencolok.
Kebanyakan mengenakan rok mini yang memperlihatkan ketelanjangan kaki, sementara pakaian atas, kalau tidak ketat, pasti terbuka di beberapa bagian sensitif. Untuk yang satu itu, kami cukup mafhum. Maklum, eksploitasi busana dan dandanan itu menjadi salah satu kunci untuk menarik klien. Ketika mereka datang ke ruang tamu, lampu sengaja dibuat bernuansa kuning. Sekilas memang mirip dengan suasana diskotek atau pub. Karin dan Sonya akhirnya memang menjadi pilihan Rudy dan Andre. Dua gadis yang sedari tadi hanya duduk sambil sesekali ikut terlibat pembicaraan itu langsung hengkang dari duduknya. Sementara tiga gadis lainnya pun menyusul kemudian. Kami tak bisa membayangkan bagaimana perasaan ketiga wanita yang tak terpilih itu. Apakah mereka merasa sedih dan tersinggung.
" Jangan canggung dan sentimentil dong! Mereka sudah biasa kok. Ini soal jual beli," kata Andre.
DriveThru.
Untuk selanjutnya adalah proses administrasi. Kali ini Mam Tety langsung membuka laci dan mengambil buku order. Transaksi Rp. 350 ribu untuk hitungan tiga jam harus dibayar, lunas! Selesai pembayaran, Mam Tety langsung menginstruksikan Karin dan Sonya untuk menjalankan tugas.
Model pelayanan yang berlaku di 20X, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan rumah cinta di tempat lain, apakah itu di Solo, Surabaya atau Bandung. Untuk tamu yang datang harus membayar tunai lebih dulu. Untuk pesanan, biasanya pihak rumah penampungan akan mengikut-sertakan mobil plus sopir yang berfungsi ganda sebagai pengawas. Tentu saja, terlebih dulu transaksi viatelepon harus mencapai kata sepakat soal harga. Dan ini rata-rata berlaku untuk member-guest.
Di Bandung misalnya, di sepanjang ruas jalan terusan Pasteur, terdapat dua rumah cinta yang modus operandinya tak beda jauh dengan rumah 20X. Tamu datang, tuan rumah menyilakan menunggu di ruang tamu, lalu tuan rumah memanggil satu per satu 'anak didik'nya.
Di rumah 20X pun tidak jauh beda. Dalam hal modus operandi, untuk tamu yang datang langsung diberi kesempatan untuk memilih. Gadis-gadis 20X secara bertahap akan dipertemukan dengan calon klien di ruang tamu. Biasanya, mereka diperkenalkan secara bertahap dan berkelompok.
Di ruang tamu, calon klien diberi kesempatan untuk sekadar bercakapcakap dan meneliti gadis pilihan. Begitu jua lah yang kami lakukan malam itu. Sebelum sampai ke tahap transaksi, kami diberi kesempatan untuk mengenal kelima gadiscantik yang dipertemukan dengan kami di ruang tamu.
Tapi harus diakui, wanita-wanita 20X itu rata-rata memang masih muda, antara 20 hingga 25 tahun. Seperti sosok Karin, Sonya, Indah dan kawankawan. Mereka tampak dewasa di balik dandanan yang modis. Usia dewasa itulah, tampaknya yang memberi kesan wanita-wanita ini terbilang ma tang. Walaupun menggoda tapi tidak terkesan genit atau ganjen layak-nya wanita pemburu uang yang biasa berkeliaran di jalanan.
Dalam bercakap pun rata-rata dapat berkomunikasi dengan baik meskipun tidak dalam bahasa tinggi. Artinya, mereka bias memberikan pelayanan pada tamu yang rata-rata berpendidikan cukup dan dari kalangan menengah ke atas.
"Mereka bisa diajak bicara dan nyambung. Asal bukan soal politik," kata Andre.
Memang, mereka terlibat dalam pembicaraan yang cukup hangat. Mereka akrab, tertawa seakan tanpa ada ke-susahan. Dan tentu saja, tampak mesra, ciri utama wanita penghibur yang memang mengandalkan pelayanan.
Padahal wanita-wanita tersebut ternyata direkrut dari daerah, seperti wanitawanita penghibur di sejumlah diskotek di bilangan Kota. Sonya misalnya, berasal dari sebuah desa di wilayah Cirebon. Ia ber- gabung dengan dua temannya yang telah lebih dulu terjun ke dunia wanita pemburu cinta. Bahkan, Karin yang berasal dari Indramayu mengaku pernah bekerja di panti pijat di kawasan Kebayoran Jakarta Selatan. "Tapi pijat beneran lho," ujarnya. Bedanya adalah, yang bisa masuk ke rumah 20X adalah yang terpilih, di sam-ping usia juga penampilan; rata-rata bertubuh di atas 160 cm dan bagus. Tidak cukup itu, mereka dipoles dan di'training' agar bisa berpenampilan lebih menarik, mampu berkomunikasi dengan lancar dan terkesan bersahaja. Bekerja di rumah penampungan 20X, menurut Besty, berumur kira-kira 26 tahun, dirasakan olehnya lebih enjoydaripada menjadi "gadis order" di panti pijat. Katanya, di 20X lebih mudah dalam segala hal. Misalnya saja potongan dari hasil keringat tidak terlalu besar. Dari total Rp. 350 ribu untuk tarif satu kali transaksi, ia bisa mendapatkan minimal Rp 200 ribu. "Sisanya diserahkan Mam Tety," tukas gadis yang punya hidung mancung itu. Entah dioperasi atau asli, kami tidak tahu pasti.
0 0 0
Pendapatan Plus.
Detak jam terus merambat. Malam pun mendekati pukul 21.15 WIB, ketika Karin dan Sonya berada di dalam mobil. Rudy dan Andre duduk di kursi tengah, sementara kami di bangku depan memegang kemudi. Mobil merek Terano yang kami kemudikan, mengarah ke kawasan Cibubur, Bogor.
Di kawasan itu, Rudy memang punya sebuah rumah. Ia hanya tinggal bersama dua pembantunya. Maklum, Rudy masih bujangan. Selama dalam perjalanan, Karindan Sonya banyak bertutur seputar kehidupan malam yang ia jalani selama hampir tiga tahun.
Obrolan yang sempat terputus di ruang tamu 20X, akhirnya berlanjut di perjalanan. Kali ini, Karin dan Sonya lebih terbuka karena bebas dari pengawasan Mam Tety. Senada dengan pengakuan Besty, Karin juga merasa lebih suka berada di 20X. Gadis berkulit kuning langsat itu, awalnya bekerja di panti pijat.
Meski berprofesi sebagai pemijat, kalau malam, ia sering jalan bersama kawankawan gadisnya ke beberapa diskotek. Nah, beberapa teman Karin diakuinya ada yang berprofesi sebagai 'gadis order' di salah satu tempat hiburan malam di Mabes. Dari temannya itulah, Karin mulai melirik bisnis seksual itu. Faktor uang menjadi penyebab utama. Hanya saja, ia tak mau terlalu mencolok seperti di panti-panti plus yang ada di Jakarta. Oleh temannya, Karin dibawa ke Mam Tety yang punya rumah penampungan 20X. Sejak itulah, ia alih profesi menjadi 'gadis order'.
Profesi pemijat yang ia lakoni selama kurang lebih satu tahun, membuat Karin tidak terlalu grogi menekuni pekerjaan barunya. Yang namanya laki-laki hampir tiap hari menjadi tamunya. Kalau sebelumnya ajakan 'tempra' —istilah untuk kencan ranjang, selalu ditolak, maka di 20X, mau tidak mau ia harus bersedia menjalaninya.
Pendapatan yang direguknya semenjak menjadi penghuni 20X tentu jauh meningkat. Ketika bekerja di panti pijat, dalam sehari paling-paling ia hanya melayani tamu dua sampai tiga orang. Standar tips yang biasa ia dapat sehari tidak lebih dari Rp 100 ribu. Ya, maklum, pemijatan yang dilakoninya memang beneran, tidak ada embel-embel mesum di belakangnya. Di 20X, dalam sehari minimal ia bisa transaksi cinta dua kali. Itupun tidak seminggu penuh. Sebenarnya, keuntungan lebih di 20X bukan terletak pada tarif, tapi pada tipstamu. Angka Rp. 350 ribu untuk tarif per satu transaksi itu boleh dibilang hanya uang sebagai tanda jadi dengan pihak nyonya rumah 20X. Uang dalam jumlah besar, bisa didapat ketika menjalani plesir cinta bersama tamu, entah di rumah pribadi, apartemen atau kamar hotel. "Ya, pendapatannya bisa dua tiga kali lipat. Siapa yang nggak mau," aku Karin. Mayoritas tamu yang mengajak kencan Karin, statusnya pelanggan setia. Makanya, soal tips besar, ia hampir pasti mendapatkannya. Paling-paling, dalam seminggu ia hanya bekerja lima hari. Dan uang yang masuk ke kantongnya tak kurang dari Rp 3 juta dalam seminggu. "Kalau lagi apes, seminggu paling dapat Rp. 1 juta," ujarnya. Sementara Sonya punya cerita lain. Awalnya memang sudah melanglang dunia cewek panggilan middle-class di kotanya. Order hotel dan private menjadi pekerjaan sehari-hari. Sebagai sales-marketing, Sonya mengaku punya kontak personyang setiap saat akan meng-hubunginya. "Kebetulan ia orang hotel. Jadi gampang dapat order," akunya. Sayangnya, imbas krismon membuat tuntutan hidup makin mahal. Dan ia merasa sudah saatnya mesti pindah ke Jakarta. Menurut penuturan gadis berkulit kecoklatan itu, teman teman satu profesi sudah punya jam terbang tinggi di Jakarta. Makanya, ia tidak terlalu sulit menembus rimba malam Jakarta. Ada dua teman dekat yang sudah dua tahun menjalani profesi sebagai gadis panggilan di Jakarta. Makanya, begitu di Jakarta, ia langsung masuk grup mereka. Dalam menjalankan order, ia dan dua temannya punya seorang GM yang dalam seminggu bisa memberikan dua sampai tiga pekerjaan dengan sekali transaksi Rp. 500 ribu sampai Rp. 1 juta. Dalam perjalanannya, Sonya merasa susah dapat order lantaran harus bersaing dengan puluhan gadis lain. Maklum, GM yang menjadi sales marketing-nya punya koleksi lebih dari dua belas wanita. Dan ratarata punya kelebihan di jam terbang dan kecantikan sampai akhirnya ia memutuskan masuk 20X. "Tempatnya tidak mencolok, tapi ordernya terus-terusan. Itu memang yang kita cari," akunya. Keuntungan lain yang didapat di 20X, menurut Sonya, transaksi short timebukan harga mati. Artinya, tamu bisa menego ulang untuk transaksi lebih lanjut dengan harga baru. Dari situ, ia bisa mendapat tips yang jumlahnya lebih besar. "Kalau beruntung, sekali kencan bisa Rp. 1-2 juta," tandasnya. Dan itulah yang dilakukan Rudy dan Andre. Dari transaksi short time dengan tarif Rp 350 ribu, malam itu juga berubah menjadi transaksi long night.
Ketika sampai di rumah, Rudy membuat penyambutan sedikit istimewa dengan menyuguhkan hidangan makan dan minuman beralkohol. Keakraban dan kehangatan Karin dan Sonya membuat Rudy merubah rencana. Diputarnya nomor telepon Mam Tety. Dan saat itu juga transaksi short timemenjadi long night dengan menambah uang Rp. 1 juta per orang. Status member-guest mem-buat Rudy dan Andre tak menemui kesulitan. Transaksi yang dilakukan Rudy dan Andre, bukan yang kedua atau ketiga. Sebelumnya, sudah terjadi transaksi kencan empat atau barangkali malah tujuh kali. Transaksi normal yang terjadi 20X, dalam sehari bisa mencapai 10 kali. Kalau sedang ramai, biasanya pada hari weekend,bisa melambung sampai 20 kali. "Ini memang bisnis basah dan tak ada matinya," kilah Rudy. Dalam hitungan kasar saja, rumah cinta 20X bisa mengeruk Rp. 15 juta per bulan untuk 20 transaksi. Itu baru hitungan tarif belum termasuk tips yang diberikan pada wanita penghibur. Kalau wanita sekelas Karin dan Sonya dalam sekali kencan bisa mengantongi Rp. 500 sampai Rp. 1 juta, betapa uang mudah tumpah untuk pelampiasan dahaga cinta. Uang itu tidak saja tumpah di 20X. Ditempat-tempat lain, kalau dihitung secarakolektif, jumlahnya mungkin sudah miliaran. Padahal, itu bisnis gelap dan dilarang. Tapi apa lacur, pria petualang cinta tak lagi mempersoalkan hal itu. Ada uang, semua bisa didapat. Dan wanita pemburu uang, sedia setiap saat menanti datangnya kumbang. Salah satunya, ya wanita-wanita di 20X yang setiap hari selalu menanti dengan setia dan penuh goda.[]
10
Roadshow Charlie
Wanita2 Jet Set
Roadshow Charlie
Wanita2 Jet Set
Wanita-wanita kaya yang hobi pesta. Menghabiskan malam denganhurahura. Dari club, diskotek, kafe dan berakhir di rumah pribadi. Malam berlalu hingga pagi menjemput, dengan suguhan utama: Charlie yang menggoda dan penuh janji surga.
Malam perlahan beranjak dari pukul 21.00 WIB. Detak jam di dinding berjalan seperti menghitung jengkalan malam. Hujan gerimis baru saja mengguyur Jakarta. Di sebuah rumah mewah, empat wanita dan seorang laki-laki bule berperawakan tinggi besar tertawa gelak. Dentum musik garage menyusup deras di telinga. Hawa dingin AC menusuk ruangan, melelapkan tubuh dalam kenyamanan.
Di atas meja kaca, beberapa hidangan minuman terhampar. Ada minuman beralkohol jenis whiskey dengan dua merek branded, XO Hannesey dan Chivas. Ada juga beberapa butir pil warna-warni terbungkus dalam plastik tipis.
Setidaknya, ada tiga gelas yang terisi minuman penuh dengan es. Di samping botol whisky, terdapat nampan hitam kecil yang setiap saat menjadi 'persinggahan' utama.
Gelak tawa dan dansa dengan gerakan tak beraturan, mewarnai malam yang telah menginjak dini. Toh, wajah-wajah cantik itu tak nampak kelelahan. Hawa dingin airconditioner terus saja menusuk pori-pori menjadi teman setia yang menyejukkan badan dan melenakan mata. Saya hanya bisa tersenyum kecut karena menahan kantuk. Sesekali, saya ikut bergoyang, berusaha membunuh kantuk yang sudah menggantung di mata.
0 0 0
Lonely Women.
Itu memang malam gila. Tak pernah saya perkirakan undangan makan malam Dewita, sebut saja begitu, 32 Roadshow Charlie Wanita2 Jet Set tahun, seorang wanita kaya, mantan model dan penyanyi tahun 80-an, berubah menjadi pesta semalam suntuk.
Semua berawal dari pertemuan saya dengan Putri. Wanita berumur 28 tahun yang sehari-hari menjadi foto model dan beberapa saudara perempuannya juga menjadi selebriti terkenal, mengajak saya menghadiri sebuah acara yang digelar di salah satu kafe top, Manna Lounge, di kawasan Taman Ria Senayan, pada pertengahan Januari 2002 lalu.
Sudah cukup lama saya mengenal Putri karena profesinya sebagai wanita publik figur dengan gampang dikenali. Lagi pula, di kala senggang, wanita yang masih aktif membintang sejumlah sinetron itu —meski bukan pemeran utama, selalu menyempatkan diri mampir ke tempat-tempat hiburan elit. Salah satu tempat favoritnya adalah kafe-kafe gaul di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
Nah, dari ajang clubbing itulah saya mengenal Putri. Dan pada kesempatan di bulan Januari, Putri mengajak saya menghadiri pesta di kafe Manna Lounge.
Dalam acara yang berlangsung megah penuh dengan gebyar pesta dan dihadiri ratusan nite-society itulah, Putri mengenalkan tiga orang karib wanitanya dan seorang laki-laki bule berpostur tinggi dengan kumis tipis dan berkepala plontos, sebut saja Richard, 30 tahun yang berprofesi sebagai DJ,
Tiga wanita itu masing-masing bernama Dewita, Leni, dan Mary. Leni kira-kira berumur 27 tahun dengan potongan rambut pendek dan memiliki badan sedikit gemuk. Wanita yang sehari-harinya menyukai rok mini ini adalah anak seorang mantan pejabat teras di masa Orde Baru dan kini mempunyai usaha sendiri di bidang restoran. Salah satu restoran yang dikelolanya berada I kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Mary sendiri berstatus janda beranak satu, berumur 34 tahun dan mempunyai usaha sendiri di bidang jual beli barangbarang antik. Mary mempunyai dua outletbesar di kawasan Ciputat, Jakarta Selatan.
Dan satu outletdi Jl. Surabaya. Mantan suaminya meninggalkan warisan dalam jumlah besar. Cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya selama puluhan tahun.
Sementara Dewita seperti disebut di atas adalah mantan penyanyi dan model yang menikah dengan seorang pria kaya. Kabarnya, pria itu seorang pengusaha keturunan yang mempunyai perusahaan di manamana.
Hanya saja, statusnya hanya men-jadi istri kedua. Dewita menempati sebuah rumah besar di kawasan Kemang dan apartemen mewah di bilangan Kuningan. Status istri kedua, membuatnya lebih banyak menjalani hidup keseharian layaknya wanita-wanita single. Tak heran, kalau Dewita lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kawan-kawan dekat-nya. Praktis, Dewita hidup layaknya 'membujang'. Makanya, ia lebih sering menghabiskan hari-harinya di apartemen. Dewita Cs termasuk familiar di lingkungan nite-society. Apalagi, bagi mereka yang masuk katagori clubbers murni. Dari kafe ke kafe maupun dari klub ke klub. Maklum, menurutnya, ia tak punya kegiatan apa pun, sementara di rumah ia tinggal seorang diri. Dan salah satu kegiatan untuk membunuh sepinya, tak lain dengan pergi dari kafe ke kafe atau dari klub ke klub. Bisa dipastikan, dalam satu minggu Dewita Cs bisa melanglang malam dari satu tempat hiburan ke hiburan lain. Dalam semalam, mereka bisa mampir ke tiga sampai empat tempat sekaligus. Ini bisa dimaklumi.
Sebagai wanita, mereka barangkali memang kesepian dan butuh pelampiasan. Dewita misalnya, status istri kedua membuatnya lebih banyak menjalani hidup sendirian. Hidupnya yang serba kecukupan, ternyata bukan jaminan Dewita merasa memiliki makna hidup yang sebenarnya. Apa yang disebut kebahagia-an, baginya seperti sebuah misteri. Dalam sepinya, ia merasa menjadi wanita yang hidup di awang-awang. Perasaan itu makin membuncah dengan tidak kunjung datangnya seorang momongan. Rumah tangga yang telah ia bangun selama lima tahun lebih, tak berbuah apaapa. Ya, apalagi kalau bukan rasa sepi dan keputusasaan yang kian menghimpit perasaannya. Secara finansial, Dewita tidak kekurangan.Malah boleh dibilang, berlebih. Begitu juga dengan Leni, Mary dan Putri.
Mobil mewah, rumah mewah, apartemen mewah dan uang berlimpah. Semua ada pada diri Dewita. Usaha restoran yang dikelola Leni meski tak ramai saban hari, tapi baginya cukup untuk biaya hidup mewah sehari-hari. Rumah besar, mobil BMW Seri 5, perhiasan mahal dan sebagainya. Sementara Mary yang berstatus janda, mempunyai kekayaan lebih dari cukup. Usaha barang antiknya, sejauh ini memberi keuntungan yang berlipat. Dan Putri, meski belum setenar selebriti papan atas, tapi ia mempunyai seorang suami bule yang selalu memberinya nafkah hidup. Meski jarang berada di Jakarta, ribuan dolar selalu diperolehnya saban bulan. Ya, begitulah mereka. Secara materi, mereka serba kecukupan. Uang ada, apa-apa tersedia. Namun, ada yang hilang dari mereka: kebutuhan batin! Masalah yang satu ini, dirasakan mereka jauh dari cukup, bahkan sangat kurang. Dewita yang selalu kesepian karena hanya mendapati suaminya sebulan dua atau tiga kali. Belum lagi rasa frustasi karena anak yang ia dambakan tak kunjung datang. Begitu juga dengan Leni yang 'jarang' menemukan cinta tulus laki-laki. Atau Mary yang hictup dalam kemewahan tapi jiwanya kosong karena tak tahu mesti kemana membawanya hidupnya.
Atau seorang Putri yang kehilangan kepercayaan diri karena karir artisnya tak kunjung memuncak, ditambah dengan jarangnya suami di sisinya. Roadshow Party. Perasaan senasib itulah, pada akhirnya membuat mereka merasa cocok. Dan jadilah mereka seperti sebuah grup wanita kaya yang kesepian tanpa laki-laki dan selalu mencari hiburan dengan pergi dari satu kafe, diskotek, pub dan ujung-ujungnya mereka larut dalam rayuan kenimatan drug. Dengan uang, mereka mudah mendapatkan laki-laki. Tapi, apalah arti kebahagiaan sesaat yang hanya berlandaskan nafsu. Mereka pun masih memiliki perasaan ingin dicinta, dimanja dan dibelai pria-pria terkasih, bukan pria yang hanya memberi cinta sesaat dengan mengharap imbalan uang jutaan, atau taruhlah sebuah mobil. Seperti yang sudah direncanakan, kami bertemu di apartemen Dewita di bilanganKuningan pada pukul 19.00 WIB. Apartemen itu berada di lantai 12. Kami bertemu di lobi dimana Dewita sudah stand-bymenunggu. Setelah semua kumpul, kami langsung naik ke atas. Apartemen Dewita bernomor 1216. Ruangannya memang tak begitu luas tapi terasa mewah. Ada ruang tamu dengan sofa kulit warna hitam-kecoklatan, televisi dan meja-meja kecil di bebera sudut dengan vas bunga di atasnya. Ruang utamanya adalah sebuah kamar dengan ranjang besar bersprei warna biru langit. Kamar inilah yang menjadi istana Dewita. Sementara tak jauh dari meja makan dan dapur, terdapat satu kamar lagi dengan ukuran lebih kecil. Dewita, Leni, Mary dan Putri tampak begitu akrab. Sambil menyalakan sebatang rokok putih, Dewita menyilakan saya memilih minuman favorit. Di rak lemari, tersedia beberapa botol minuman yang tertata rapi. Dalam beberapa menit, kamar Dewita mulai hidup. Leni dengan cekatan menghidangkan segelas Chivas Regal plus ginderel. Sementara Dewita memesan makan malam lewat telepon. Mary sendiri asyik membetulkan dandanannya. Hanya sekitar 25 menit kemudian, di meja sudah terhidang makan malam.
Layaknya sebuah keluarga, kami menikmati makan malam bersama. Ada menu Ayam Nanking, ada salad segar, ada juga steik. Musikmusik berirama RnB menyusup perlahan ke dinding-dinding ruangan. Makan malam itu pun usai dalam hitungan menit. Sesi berikutnya adalah bincang-bincang santai sambil tak hentihenti menghembuskan asap rokok. Canda manja kerap mewarnai obrolan malam itu. Meski dibalut rasa sepi, tapi wajah mereka tetap segar dan tampak cantik terpoles makeupbermerek. Belum lagi aneka perhiasan mahal yang melekat di badan, menambah pesona tersendiri. Cerita demi cerita tentang mereka, sedikit banyak mulai terkuak.
Gambaran tentang siapa Dewita, Leni dan Mary mulai nyata di mata saya. Wanita-wanita kesepian yang hidup tanpa pijakan pasti. Wanita-wanita yang hidup dalam kebahagiaan semu. Begitulah kira-kira gambaran sederhananya. Cerita makan malam itu pun sontak berubah. Mendekati pukul 21.00 WIB, di atas meja sudah bukan lagi aneka makanan dan buah segar yang terhidang. Tapi, di atas meja kaca itu sudah tersedia sebuah nampan hitam yang di dalamnya berisi serbuk putih lengkap dengan uang lembaran US $100 yang tergulung rapi dengan dua lubang. "It's time for Charlie,"teriak Dewita. Pada detik berikutnya, Dewita, Leni, Mary dan Putri sudah duduk berkumpul di meja. Dewita terlebih dahalu memanas-kan nampan hitam itu ke dalam microwavesekitar satu menit. Dan tak lama setelah itu, ia membagi serbuk putih itu ke dalam beberapa bagian dalam bentuk memanjang.
Dengan bergantian, mereka mulai menyisir bagian demi bagian serbuk putih itu dengan uang seratus dolar yang tergulung rapi. Rupanya, Charlie yang disebut Dewita itu tak lain adalah serbuk kokain. Entah sudah berapa kali, mereka silih berganti menghirupnya dan sesekali mengusapkannya ke dalam mulut. Wajah-wajah mereka tampak lebih segar. Musik yang awalnya pelan melan-tun, mulai berubah sedikit keras. Musik-musik berirama trance dan garagemeng-iringi mereka berdansa. Baru pada pukul 23.00 WIB, mereka mengajak keluar. Tempat yang menjadi persinggahan pertama adalah klub JC di hotel LM, kawasan Senayan. Di situlah mereka berjoget dan menghabiskan bergelas-gelas minuman. Beberapa kenalan, sesekali mampir dan bergabung. Pukul 01.00 WIB dini hari, mereka keluar dari klub JC dan lanjut ke RT, sebuah bardiskotek di kawasan Gatot Subroto. Di dalam mobil, mereka masing-masing berbagi pil ecstasy. Dewita menenggak setengah, Leni, Mary dan Putri hanya sepertiganya. Katanya, pil setan itu didapat langsung dari Belanda. "Ini barang asli lho, jangan over dosis," pesan Dewita mengingatkan temantemannya.
Di dalam diskotek RT, mereka langsung larut dalam irama musik garage dan tranceyang menyentak. Seolah tak ada capeknya mereka terus bergoyang mengikuti detik demi detik lagu. Beberapa butir keringa tampak membasahi wajah mereka. Di sinilah, mereka bertemu dengan Richard, DJ asal London yang beberapa kali menyuguhkan suguhan apik di sejumlah kafe gaul di Jakarta dan Bali. Pukul 03.30 WIB, RT tutup. Dan mereka memutuskan melanjutkan roadshowmalam ke diskotek SD di kawasan Kota. Di dalam perjalanan, Dewita lagi-lagi saling membagikan pil setan. "Gue udah sedikit ngedrop nih, bagi sepertiga lagi dong," bisik Wina dan langsung melarutkan diri diantara kerumunan tamu yang tengah berajojing kesetanan.
Musik house yang mendominasi ruangan SD, sontak membuat mereka pun makin larut pesta gila. Saya hanya bisa gelenggeleng kepala dan tak habis mengerti apa yang didapat dari semua itu. Malam itu mereka tampak bahagia dengan senyum lepas dan wajah bersemangat. Ketika melihat jam, saya baru tersadar kalau hari sudah pagi. Sudah pukul 07.45 WIB. Selama berjam-jam mereka masih saja asyik dan enjoy dengan bergoyang. Sekitar pukul 08.00 WIB, mereka beranjak pulang menuju apartemen Dewita. Tak ketinggalan, Richard pun ikut serta. Rasa kantuk sudah sejak dari pukul 05.00 WIB, menggelayut di mata saya. Tapi, karena tak enak, saya berusaha mem-bunuhnya dan sebisa mungkin ikut enjoy bersama mereka. Sesampainya di apartemen, ternyata pesta belum juga usai. Dewita mengeluarkan nampan hitamnya lagi. Tiga butir pil setan ia letakkan di atas meja. Richard membaginya dalam beberapa potongan kecil. Saya hanya geleng-geleng kepala ketika Richard menyodorkan satu potongan kecil. "Nggak biasa. Saya minum saja, ok," tolak saya, halus. Dan pesta pun berlanjut. Lagi-lagi, mereka bergantian menghirup Charlie alias kokain secara bergantian. Pil setan yang sudah terbagi dalam beberapa potongan tak luput menjadi 'hidangan' tambahan. Musik terus saja mengalun. Mereka melanjutkan goyangnya. Pagi menjelang siang itu pun,makin terasa gerah. Jam sudah menginjak pukul 11.00 WIB. Richard yang memang mempunyai wajah ganteng, menjadi most target. Entah siapa yang memulai, Dewita dan Leni bergantian menciumnya dalamdalam. Saya tak tahu, adegan apa lagi yang terjadi, karena sofa empuk membuat saya terlelap. Dan ketika terbangun pada pukul 16.00 WIB, saya mendapati Leni dan Dewita berada di kamar utama. Mereka berada dalam satu ranjang. Entah apa yang terjadi, tapi tampaknya sebuah adegan pesta seks sudah terjadi. Saya hanya bisa mendugaduga, lain tidak! Baju yang melekat di tubuh mereka, tak ada yang beraturan. Sementara Mary dan Putri masih lelap di kamar samping. Apa yang mereka dapat dari semua itu, saya belum menemukan jawaban pasti. Tapi, tampaknya untuk sejenak mereka bisa lari dari beberapa persoalan yang menghimpit. Ya, hanya untuk sejenak, barangkali malah dalam hitungan detik. Tapi kemudian, persoalan itu akan datang lagi dan mereka akan kembali melakoni malammalam nista.[]
11
"Melrose Place"
High Callgirls
"Melrose Place"
High Callgirls
Sebuah hunian ala Melrose Place hadir dimetro-city, Jakarta. Sewanya, Rp 2 juta sebulan. Priawanita berbaurjadi satu. Dariwanita malam, GM sampai wanita simpanan. Seks bebas dan obat-obatan menjadi menu sehari-hari.Beberapa diantaranya jadi model dan bintang sinetron.
Sebenarnya, kami tak sengaja harus berkunjung ke Apartemen Mawar, sebut saja begitu, tempat hunian gaya hotel dan tempat kost di bilangan Mangga Dua, daerah hunian dan perdagangan di metropolitan Jakarta.
Levy, seorang model baru yang wajahnya menghiasi beberapa tabloid dan majalah hiburan, mengundang kami ke 'apartemen'nya tersebut. "Nanti saya kenalkan beberapa teman. Cantik-cantik," katanya setengah bergurau. Levy memang gampang akrab. Sebagai pendatang baru di dunia 'keartisan', gadis berusia 20 tahun berasal dari Semarang ini cukup ramah dan agresif. la mudah diajak berbincang, makan dan ke diskotek. Selama tak bentrok dengan kegiatan yang lain. Entah, apakah ia mudah akrab karena dengan wartawan atau pergi dengan orang lain. Tapi undangan makan malam seorang wanita cantik macam Levy jelas tak kami lewatkan.
Mini Melrose Place.
Apartemen Mawar itu terletak di jalan SM di kawasan dan perdagangan Mangga Dua. Bangunan tersebut kiranya cukup mewah dengan pagar tinggi dan pintu gerbang mentereng. Sebutan mini Melrose Place tampaknya cukup pantas. Pintu masuk dijaga dua sekuriti. Memasuki halaman depan, kami melihat sekitar 20 mobil diparkir rapi. Dari jenis BMW sampai Kijang Baru. Tak ada papan nama. Orang sekitar dan penghuni mini-MP itu menyebutnya
sebagai apartemen SM. Di ruang jaga sekuriti, tertulis papan peraturan bagi penghuni dan tamu. Salah satunya, tamu dilarang berkunjung di atas pukul 00.00 WIB. "Ala, nggak berlaku. Cuek aja," sergah Levy yang menjemput di bawah begitu kami menghubunginya per telepon.
Kami melewati deretan kamar-kamar layaknya di hotel. Masing-masing kamar, tertulis nomor di pintu berwarna biru muda.
Dinding serba putih. Di samping pintu di lorong selebar 25 meter itu, masing-masing tertata meja-kursi. Kala itu jam sudah menunjuk pukul 20.00 WIB. Di meja-kursi itu tampak beberapa pasang pria-wanita asyik bercengkrama. Beberapa wanitanya hanya mengenakan celana pendek dengan T-shirt. Ada juga yang mengenakan T-shirt terusan tipis. Sebelum sampai di tangga, terdapat sebuah taman mini yang berisi aquarium besar lengkap dengan meja kursi. Tak jauh dari aquarium, terdapat kantin. Beberapa pria bermata sipit duduk meja kursi itu.
"Kita naik ke lantai lima," ajak Levy. Tak ada lift. Kami secara beriringan menaiki anak tangga berlantai porselin putih itu. Di lantai dua, tiga dan empat, kami menyempatkan diri untuk mengamati lorong yang diisi deretan kamar dengan desain dan model serupa. Sama seperti pemandangan di lantai dasar. Tiap kamar punya nomor dengan pintu warna biru muda.
"Kamar aku paling ujung."
Kami melihatnomor 408 di pintu kamar Levy. Di sebelah kanan pintu, terdapat pintu terbuat dari besi menerawang. Dari sini, kami dapat melongok pemandangan di bawah dan pemukiman sekitar gedung berluas sekitar 1000 meter persegi. Terdapat meja kursi dan tanam-tanaman. Sekilas tampak seperti garden-terrace. Interior serupa bisa juga ditemukan di keempat lantai lainnya. Levy mempersilahkan kami masuk. Lampu neon menyala terang. Udara AC menyebar ke seluruh ruangan. Suasana kamar yang luasnya tak lebih dari 7X7meter per segi dengan sewa Rp. 2 juta per bulan itu penuh sesak oleh aneka perabotan dan baju.
Sebuah spring-bed bersprei warna jingga terhampar. Ruangan kamar itu tidak seperti apartemen kebanyakan yang punya prototype kamar studio dengan tata ruang serba terbuka. Namanya juga semi apartemen. Ruangan itu terdiri dari kamar tidur terletak di ruang utama dan kamar mandi dekat pintu masuk. Tentu saja, tampak sangat penuh sesak. Ada almari, meja televisi, kulkas, rak baju dan meja rias. Tapi yang menarik untuk seorang lakilaki adalah beberapa foto Levy yang terpampang dinding bercat serba putih. Semua seksi. Malah, dua diantaranya nyaristanpa busana sehelai benang pun. Kami terkejut untuk sesaat. Foto-foto itu dipajang dalam bungkusan frame besar. Di kamar mandi seluas lxl meter itu, foto-foto Levy yang termuat di beberapa majalah/tabloid Ibukota memenuhi dinding dan pintu. "Aku ganti baju dulu ya." Suara Levy memecah keheningan. Gadis dengan tinggi 172 cm dan berambut ikal sebahu itu membuka lemari. Astaga! Entah berapa ratus baju yang dikoleksi. Sebuah daster tipis diambilnya. Levy menghambur ke kamar mandi. Gemericik air shower terdenga perlahan. Di atas pembaringan yang seharusnya jadi tempat tidur, kami menyalakan tv ukuran 29 inci. Rupanya, fasilitas chanel tv pun lengkap. Kami memilih chanel Cinemax. Di meja tv itu ada peralatan multi media yang lumayan komplit. Video CD, Laser Disc dan tape recorder menyatu dalam meja kaca. Empat sound system, dua berdampingan dengan tv dan dua lainnya menggantung di sudut ruangan kanan-kiri. Tumpukan VCD dan laser disc tertata rapi di sebelah tv. Kami mencoba melihat beberapa judul VCD itu. Astaga, bergambar adegan seks. Hanya satu kesimpulan, VCD porno! Pintu kamar mandi terkuak. Levy muncul dengan handuk di kepala. Daster tipis membalut tubuhnya yang ramping dan seksi. Di dalamnya ada celana mini. Dadanya tampak membusung di atas ukuran 36 B. Wajahnya tanpa rasa jengah dan malu. Padahal, dihadapannya adalah laki-laki asing. Atau mungkin ia percaya, kami tidak akan berbuat macam-macam. "Aku panggil Vivi dan Anita." Jemari Levy yang disepuh kutek cokelat tanah menekan angka 419 dan 212. Rupanya, Levy hendak mengundang beberapa temannya.Levy menghenyakkan pantatnya di atas kasur. Cuek! Sambil menyalakan rokokDunhill Light kegemarannya, Levy memindahkan channel. "Kita karaoke saja. Seru," tawarnya sambil bangun dari duduknya. Ia mengambil CD koleksi lagulagu nasional terpopuler. Ketika lagu Alda, Aku Tak Biasa, mengalun di bibir. Vivi dan Anita muncul bersamaan. Kedua gadis itu langsung ikut nimbrung di atas tempat tidur. Vivi mengenakan celana pendek dengan T-shirt putih, sementara Anita membungkus tubuhnya yang sintal dengan baju terusan warna biru. Ketiga gadis itu bergantian menyanyikan lagu-lagu kesukaan mereka, Anita terdengar fasih dan merdu melagukan "Tenda Biru", Desy Ratnasari. Setelah sekitar dua-enam lagu terdengar, mereka menyudahi karaoke dengan lagu penutup "Pernikahan Dini" milik Agnes Monica.
Gadis Malam.
Jam 21.15 WIB. Di atas kasur itu kami mulai mendengarkan cerita ketiga gadis yang sama-sama menebar bau harum dari tubuhnya. Pembicaraan malam itu berpusat pada masalah laki-laki. Mungkin karena merasa akrab, mereka tanpa malu-malu bercerita apa adanya. Laki-laki. Satu kata itu seperti menjadi kata wajib bagi Levy, Vivi dan Anita tiap kali mengurai cerita. Levy, yang mengaku asli Malang itu bercerita ihwal perjalanan hidup. Mengapa ia sampai ke Jakarta, tak lain lantaran laki-laki juga. Levy mau dijodohkan oleh orang tua, sementara ia telah punya pujaan hati sendiri. Akhirnya, ia nekad kabur bersama lelakinya, Agus, nama samaran. Padahal, kala itu usianya baru 17 tahun. Enam bulan mengarungi hidup di Ibukota, selama itu Levy dan Agus tinggal di sebuah kontrakan layaknya suami-istri. Levy pun hamil. Terjadi cekcok, Levy kabur dan menggugurkan kandungannya. Sampai akhirnya, ia bertemu seorang papi dan dipekerjakan sebagai gadis malam. "Aku menemani tamu untuk karaoke atau berjoget," akunya. Dari situlah, hidup Levy perlahan mulai berubah. Postur tubuh seksi dan wajah cantik membawa Levy ke dunia model. Vivi yang baru berusia 21 tahun dan Anita, 23 tahun, ternyata berprofesi sama dengan Levy. Keduanya gadis malam. Hanya saja, selain menemani tamu berkaraoke, Anita yang dikaruniai suara merdu sukses merambah jalur penyanyi pub. Gadis asli Manado itu sukses menciptakan beberapa lagu dangdut. Bahkan, ia mengaku hampir menelorkan album pada usia 18 tahun andai saja ia menerima "ajakan" seorang produser ke tempat tidur. Sementara Vivi yang mengaku asli Jakarta itu saban hari menunggu untuk diajak bosbos bergoyang atau sekadar makan malam. Lewat percakapan itu, kami tahu mereka adalah gadis malam. Menariknya, sebutan wanita malam bagi ketiga gadis itu tidak seperti wanita malam kebanyakan yang konotasinya pekerja seks komersial. Bagi Levy, Vivian dan Anita, profesi wanita malam yang dilakoni seharihari lebih banyak berkecimpung dari karaoke, arena kasino dan diskotek. Aktivitas itu praktis mereka jalan pada malam hari hingga dini. Kala siang, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Sekadar menonton acara televisi, meng-obrol dengan tetangga kamar atau terlelap dibuai mimpi. Namun bukan berarti mereka menolak transaksi cinta. Tidak, namanya juga gadis bayaran. Hanya saja, transaksi cinta itu menjadi prioritas nomor sekian ketika mereka tengah menjalankan profesi. Maklum, Anita dan Levy misalnya, telah mempunya pria sendiri. Pria-pria itulah yang memberi mereka nafkah lahir dan batin. Sementara Vivi baru saja putus dengan pria-nya dan kini ia sendiri. Pria-pria yang menjadi "suami" Levy dan Anita, termasuk golongan kaya raya. “Suami" Levy bukan seorang keturunan tapi berwarga negara asing dan namanya cukup populer lantaran mempunyai perusahaan rumah produksi kelap atas. Sedangkan Anita menggaet pria bermata sipit yang punya toko alat-alat elektronik di kawasan Mangga Dua.
Drug&Buie.
BleVdo
Malam Minggu, suasana apartemen Edelweis lebih ramai. Puluhan pasangan pria-wanita memenuhi meja-kursi depan kamar. Dari halaman depan, kami dapat melihat, gardenterrace yang ada di tiap lantai, disesaki dengan canda-tawa pria-wanita yang berbaur. Sesekali terdengar denting gelas dan desah manja di lantai dua. Di depan kamar bernomor 212 kami melihat
Anita tengah dipangku seorang pria sipit berkulit putih. Begitu melihat kedatangan kami, Anita mempersilahkan kami singgah sejenak. Kami diperkenalkan dengan pacarnya, Dick (34), pemilik tokok elektronik itu. Kami diajak masuk ke kamar Anita. Interiornya sama persis dengan kamar Levy. Hanya saja, kamar Anita lebih ramping lantaran perabotan tidak terlalu banyak. TV 29 inci, laser-disc, video CD, tape recorderdanlain sebagainya. Di atas meja tv, kami menemukan dua bong yang bisa dipakai untuk menghisap shabu-shabu. "Mau nonton BF nggak. Cuek saja. Suami-ku orangnya asyik kok," tawarnya sambil melirik ke arah Dick yang mengulum senyum simpul. Dan benar saja! Film BF Mandarin diputar. Anita dan Dick tampak biasabiasa saja, menikmati tontonan mesum itu dengan santai. Volume tv dipatok pada angka 25. Nyaring terdengar di telinga. Kedua pasangan "suami-istri" itu duduk berpelukan. "Film beginian di sini menjadi tontonan sehari-hari. Cek saja, di kamar sebelah pasti lagi nonton film 'unyil' juga," kata Anita. Kamar itu memang tak kedap suara. Desahan di kamar sebelah, bisa terdengar jelas di kamar Anita. Dari atas tempat tidur itu, Anita bangun dan mengambil bong di atas tv. Dari dalam laci meja rias, Anita mengambil sebungkus plastik kecil berisi butiran warna perak mengkilat yang tak lain shabu-shabu, lembaran timah tipis yang sudah terpotongpotong rapi dengan lekuk lurus di tengah dan sebuah kompor kecil terbuat dari botol parfum dengan sumbu. Dengan bong itulah Anita mulai menyedot shabu-shabu dari mulutnya. Dick melakukan hal yang sama. Sesekali mata keduanya menyaksikan adegan film porno yang masih berjalan. Karena merasa tidak enak, kami pamit ke kamar Levy. Keduanya mengantar kami sampai depan pintu.
"Ntar aku nyusul. Aku lagi sange nih," ceplosnya enteng. Istilah "sange" itu bermakna sakaw ber-hubungan badan dengan lawan jenis. Keduanya segera menutup pintu. Kami naik ke lantai lima. Begitu menapaki lantai empat, kami malah bertemu Vivi yang tengah memberi uang pada seorang office boy. Kami diminta mampir ke kamarnya, 419. Kamar Vivi berada di tengah-tengah. Ketika kami hendak masuk, kami melewati sedikitnya empat-lima kamar. Di depan kamar 215, kami bertemu dengan beberapa pemuda yang asyik mengobrol dengan seorang wanita. "Itu Ayu. Biasa bertugas di JM," tandas Vivi memberi keterangan. Rupanya, menurut Vivi, Ayu dikenal sering menggelar pesta shabu-shabu rame-rame di dalam kamar. Para pemuda itu menyedia-kan "barang", sementara Ayu menyiapkan kamar sebagai tempat pesta. "Gila juga!" pikir kami. Sebelum masuk ke kamar Vivi, persis di sebelahnya, terdengar house musicmenghentak dengan pintu kamar tertutup. "Paling-paling si Angel triping bareng "pria" barunya." Lagi-lagi Vivi memberi penjelasan. Pintu kamar Vivi terbuka. Dan kami dikagetkan dengan hadirnya pemuda yang hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada tengah tiduran di atas kasur tengah menonton film porno gaya triple.
"Sorry, aku lupa bilang," tandas Vivi. Kami lantas dikenalkan pada pemuda bernama Jo (27) itu. Jo buru-buru mengambil kaos dan pamit turun ke bawah. Jo, ternyata tinggal satu apartemen dengan Vivi. la tinggal di lantai satu. Pemuda yang memiliki paras lumayan ganteng itu bekerja di sebuah studio foto. Hobinya main judi dan pengguna drug. "Aku lagi pengin. Ya udah, aku telepon Jo," akunya. Astaga! Vivi tidak hanya sekadar menelepon Jo untuk bercakap-cakap. Rupa-nya, waktu berpapasan dengan kami, Vivi baru saja selesai bermain cinta dengan Jo. Di atas meja rias Vivi, kami menemukan kartu voucher handphone bekas. Di atas kartu itu masih tersisa serbuk putih yang kami pastikan kokain. Di dekat kartu itu terdapat sedotan dalam ukuran pendek yang biasa digunakan untuk minum teh botol. "Jo yang bawa. Aku tinggal makai," ujarnya. Di atas pembaringan, Vivi menghabiskan sisa kokain. Gadis berambut lurus dan berbadan langsing itu lantas masuk ke kamar mandi. "Aku mandi dulu. Soalnya, jam 23.00 nanti aku ada janji," tukasnya. Kami mengamati isi kamar Vivi. Ada sebuah piala besar dipajang tak jauh dari meja tv. Piala penghargaan untuk prestasi Vivi dalam bidang modelling yang diraih pada Agustus 1999. Pemilik badan betinggi 168 cm itu pernah menghiasi layar kaca lewat beberapa sinetron meski bukan pemeran utama. Di dinding kamar Vivi terpampang fotofotonya dalam ukuran besar hasil jepretan studio terkenal, ZT. Dalam lemari kaca, tampak puluhan VCD porno. Uniknya, beberapa sampul VCD itu telah berganti wajah Vivi dalam keadaan nudies, tanpa busana. "Bagus nggak? Aku yang membuat-nya." Suara Vivi yang baru saja keluar dari kamar mandi mengagetkan kami. Diambil-nya gaun panjang hitam dari almari. Dengan cueknya, Vivi duduk di kursi depan cermin. Hanya mengenakan handuk bra dan celana dalam dan menutup tubuhnya dengan handuk putih. Dibiarkannya kami menunggu sambil menonton program acara CNN. "Kok film 'unyil'-nya dimati-kan," sergahnya sembari mengoles badan dengan hand body lotion merek terkenal. Wajah oval berdagu lancip dipoles dengan masker sebelum dibumbuhi bedak tipis. Bibir yang tampak ranum itu disepuh lipstickwarna marun. Lewat jam 23.25 WIB, handphone Vivi berdering. Sambil berbicara, Vivi merapikan gaun malam. Sepatu hak tinggi, tas mungil melingkar di pinggang. Bau parfum semerbak terimbas hembusan AC. "Aku mesti pergi. Kita ke kamar Levy," ajak Vivi.
Ganti Pasangan.
Bertiga kami naik ke lantai lima. Terdengar suara orang berdebat. Kami melihat Levy tengah cek-cok dengan seorang wanita. Di samping wanita itu tampak pria ganteng berkumis tipis. Rupanya, Levy berantem dengan gadis bermana, Mona (25) lantaran Levy tidur dengan "suami"nya. Beberapa penghuni yang mangkir di kursi, tampak acuh tak acuh. Mona menuduh Levy tak tahu malu merebut pria orang. Levy tak mau kalah.
Yang mengajak tidur pertama kali bukan dirinya, tapi suami Mona yang bernama Jefry (31). Bertiga kami menunggu Levy menyelesaikan masalah. Mona dan Jefry menutup pintu keras-keras. Levy sedikit kaget melihat kedatangan kami. "Sorry, lagiada masalah sedikit," tegasnya. Vivi singgah sesaat lantas menghambur keluar. Maklum, ia harus menemui tamu yang sudah terlanjur janji. Levy lantas mengajak kami masuk kamar. Lampu besar sengaja tidak ia nyalakan. Ia memilih memilih bola lampu yang menempel diantara bunga ma war hias di atas kulkas. Diputarnya lagu J SHU Believemilik Mariah Carey. Tidak seperti hari kemarin, malam itu wajah Levy tampak lusuh. Tanpa kami minta, Levy menceritakan hari-hari "buruk" yang dialami. Pacarnya sudah dua minggu tak menelepon. Janji mau menjemput dan mengajaknya jalanjalan tak ditepati. Jatah uang bulanan yang biasanya mencapai Rp 0 juta sebulan, belum juga disetor. Kekecewaan itu ia tumpahkan dengan mengajak tidur "suami" Mona. Padahal, selama 6 bulan dipelihara, Levy nyaris menjadi wanita setia. Artinya, status malam yang ia lakoni tak lebih dari peneman tamu di meja dinneratau sofa karaoke. Itupun ia batasi, se-minggu 1-2 kali. Levy selalu menolak ajakan transaksi cinta. Padahal sebelumnya, Levy termasuk gadis malam yang ready foreverything. Makanya, kesetiaan yang dipupuk itu membludak begitu mendapati pacarnya tak menghiraukan. Levy menggoda pria milik teman satu apartemen. Dan terjadilah percekcokan Levy dan Mona. Suami Mona sendiri sebenarnya berstatus sebagai GM yang memasok gadis-gadis penghibur kelas atas. Malah, sehari sebelumnya, Jefry baru mengirim tiga gadis untuk menemani dua pengusaha sukses dan ternama untuk berkaraoke di hotel TA.
Jam sudah menunjuk pukul 00.55 WIB. Levy yang hanya mengenakan celana super pendek dengan kaos ketat warna hitam. Rambut ikalnya diikat ke atas dengan syal hitam. Levy yang sejak tadi menemani berbincang dengan kami di atas pembaringan, membuka laci meja rias. Dikeluarkannya sebuah bong dan timah tipis. Seperti yang dilakukan Anita, Levy pun ternyata pengguna shabu-shabu. Asap putih mengepul di ruangan kamar Levy. Setelah menyedot sedikitnya empat-lima kali, Levy mengajak kami duduk di kursi luar. Meskipun sudah larut, tampak beberapa pria-wanita, sekitar enam orang, dudukduduk dan bercengkrama. Di garden-terrace, sepasang pria-wanita asyik bermain kartu. Kami duduk sambil terus menghisap rokok. Dari sini, kami dengan bebas mengamati polah tingkah para penghuni apartemen itu. Sembari mendengarkan Levy terus bercerita, kami tak memicingkan melihat ke lorong kamar. Dari tangga lan-tai 4 muncul sepasang pria-wanita yang berjalan berpelukan memasuki kamar bernomor 412. "Sudah ganti pasangan lagi," timpal Levy. Rupanya, wanita itu bernama Susi (24), bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Hanya saja, kalau siang ia bekerja kantoran,malamnya Susi bekerja sebagai gadis malam.
"Lakinya banyak banget. Hari ini sama siapa, besok sama yang lain lagi," ujar Levi memberi keterangan. Menjelang pukul 01.45 WIB, Levy mengatakan mau pergi ke diskotek DS di kawasan Kota. "Aku mau triping sambil nyari uang receh. Siapa tahu dapat kakap," ucapnya polos. Kami berpamitan. Kami menolak bergabung. Sepanjang perjalanan pulang, kami lagilagi tak habis mengerti dengan gaya kehidupan metropolitan yang makin gila. Benar-benar tak ada bedanya dengan gaya hidup di negara-negara Barat. Gaya hidup ala Melrose Place yang sarat akan free sex gonta-ganti pasangan dan hamba drug tergambar jelas di apartemen Edelweis. Apartemen itu kabarnya milik seorang pengusaha keturunan yang namanya cukup disegani di kalangan pemilik tempat hiburan di Jakarta. Beberapa kali, apar-temen Edelweis di'gerebek' aparat keaman-an, namun sejauh ini apartemen itu tetap diminati. Semua kamar terisi. Tampaknya, lokasinya yang sedikit tersembunyi, dekat dengan pusat kota dan kebebasan yang diberikan pada penghuni, membuat apartemen itu laris. Apartemen yang penuh cerita tentang kehidupan wanita malam dengan gaya hidup bebas yang penuh fatamorgana. Tampak gebyar, tapi sangat muram. []
12
Order Orgy
Rumah Cinta XXX
Order Orgy
Rumah Cinta XXX
Sebuah place of massage dengan gadisgadis cantik, supel dan perayu. Tak hanya menyuguhkan layanan full service tapi juga seks dobel bahkan tripel.
Mestinya saya tak perlu repot-repot mampir di kafe Zanzibar di kawasan Kebayoran Baru Jakarta Selatan kalau saja hujan deras yang menggempur kota Jakarta sejak siang hingga sore, mau reda. Jalanan macet dengan antrean mobil panjang di jalan-jalan utama, membuat saya memilih menghabiskan saat-saat happy-hours sambi menyeruput segelas kopi panas dan menyantap sepiring roti garlichangat.
Dan mestinya, saya tak mesti berlamalama sampai pukul delapan malam, kalau saja sosok Antoni, 29 tahun, muncul di depart meja yang say a tempati. Antoni ini termasuk kawan lama, dan sudah lebih dari dua tahun saya mengenalnya. Bujangan yang sehari-hari menghabiskan waktu di sebuah kafe gaul bernama AT, di bilangan Sudirman, menjabat sebagai operationalmanager, sudah sering menemani saya road show ke sejumlah kafe dan diskotek. Dan tidak jarang, Antoni inilah yang sering banyak mensuplayinformasi seputar isuisu kehidupan malam di seputar Jakarta.
Maklum, ruang lingkup kerjanya yang banyak berhubungan dengan aneka macam tamu dari berbagai kalangan yang berbeda, yang rata-rata doyan kelayapan malam, membuatnya sedikit banyak dapatmenyerap info-info terbaru. Makanya, sore yang mestinya hanya menjadi persinggahan satu atau dua jam itu, malah molor hingga malam menjemput. Kalau dihitung-hitung, tak kurang dari empat jam kami nongkrong di kafe. Dari sekedar minum kopi sampai akhirnya tak kurang dari tiga gelas Black Russian saya tenggak, sementara Antoni tak kurang dari tiga gelas Jack Daniel, on the rock!
Rumah Cinta.
Entah sudah berapa kami bercakap dengan topik macam-macam. Dari ngobrol soal tarik menarik bisnis kaferestoran sampai isu terbaru tentang skandal cinta sejumlah artis. Dan yang pasti, kami bertukar informasi seputar gemerlap malam Jakarta yang tak pernah mati.
Tentang gadis-gadis order alias call-girls yang kini makin marak keluar sarang dengan beroperasi di kafe-kafe elit, tentang menumenu gres yang disuguhkan sejumlah tempat hiburan malam, juga tentan g gosipgosip pesta pribadi yang sempat kami dengar dan menjadi pembicaraan di kalangan nite-society.
Ini untuk kali kesekian, kami terlibat pembicaraan santai malam itu. Ketika jam berdetak di pukul tujuh malam, obrolan kami sampai pada sebuah tempat yang pernah dua sampai tiga kali kami singgahi bersama-sama.
Tempat itu sebenarnya, lebih pas disebut sebagai rumah penampungan. Di dalamnya tersedia koleksi beberapa wanita cantik. Tapi, dalam prakteknya, di rumah penampungan itu juga menyediakan kamarkamar untuk transaksi langsung di tempat.
Tak kurang dari 50 gadis dikarantina di rumah penampungan itu. Main-service yang diberikan, tak berbeda jauh dengan sejumlah panti pijat yang tersebar di sudut kota Jakarta. Ya, 'massage' memang menjadi menu utama yang ditawarkan. Dari the real massagesampai sexy massage.
Ide untuk mampir di rumah penampungan atau rumah cinta itu, tiba-tiba saja telontar dari Antoni. Katanya, sudah lama ia tak menyambangi Susi, gadis ramping berambut panjang dengan kulit bersih dan paras muka berbentuk oval telur. Atau dengan lepasnya, pria yang hobi olah raga biliar itu menyebut soal ramahnya Linda, dan pandainya melayani tamu dengan canda dan gaya tertawanya yang manja tapi menggemaskan.
"Kayaknya boleh juga kalau kita mampir. Katanya sih, ceweknya ada yang baru. Denger-denger, ada service baru yang gilagilaan," ceplos Antoni sambil terkekeh.
Mobil yang kami kendarai melaju menembus rintik-rintik air yang terus saja membasahi jalanan. Basah, sepanjang jalan yang kami lalui memang basah, dan sudah bisa dibayangkan, di beberapa ruas ada yang tergenang air. Kami memang sedang dalam perjalanan menuju rumah penampungan itu.
Dari kafe Zanzibar kami melewati perempatan besar yang memisahkan wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, sebelum akhirnya kami mengambil jalan ke kiri. Setelah melewati pasar di kawasan Mayestik kami pun melintas di JL. AP, sebuah jalan utama di Jakarta Selatan.
Kurang dua ratus meter, traffic-light memunculkan warna merah. Kami pun berhenti di sisi kiri jalan. Ketika tanda panah merah berubah hijau, kami meng-ambil arah kiri memasuki Jl. CP. Di sepanjang jalan ini, memang dikenal banyak berdiri bangunan yang di dalamnya menjual jasa pijat. Tak kurang dari lima bangunan besar dan dengan tarif luma- yan mahal, berdiri dengan papan nama besar. Setelah melewati panti PH, salah satu panti yang populer dengan gadisgadis 'massage'yang siap melayani order fullservice, kami akhirnya sampai di rumah penampungan yang kami tuju.Tidak seperti diperkirakan, rumah penampungan itu berada di deretan bangun- an ruko berlantai empat. Paling tidak, ada lima bangunan ruko yang menyatu. Rumah penampungan itu menggunakan papan nama dalam ukuran lumayan besar bertuliskan BO. Di sinilah, laju kami berhenti. Tak kurang dari lima mobil tampak parkir rapi di halaman depan. Area parkir cukup luas dan kira-kira muat untuk menampung sekitar 15-20 mobil. Di samping BO, terdapat sebuah salon kecantikan. Di pintu depan tertulis nama RT Salon, Hair & Beauty. Sementara di samping salon, kami perkirakan dipergunakan untuk ruang perkantoran. Lantai BO terbuat dari porselin putih. Di lantai dasar, hanya dijaga seorang resepsionis wanita yang malam itu tampak duduk manis sambil membaca. Hanya ada seperangkat meja-kursi yang menjadi isi perabotan di lantai dasar. Kami dipersilakan naik dan diantar ke lantai satu.
Disitu sudah menunggu sofa panjang warna hitam. Dua gadis menyambut kami dan langsung menyilakan kami duduk sejenak. Ruangan tamu atau sebut saja ruang tunggu itu tidaklah terlalu besar. Ada dua sofa pendek dan satu panjang ditambah meja kaca warna hitam. Di sampingnya, terdapat meja resepsionis yang dijaga dua wanita. Mereka inilah yang menjadi awal dari sebuah transaksi. Ah, kami tak perlu bersusah-susah karena Antoni sudah punya beberapa calon gadis pilihan yang akan menjadi teman kencannya. Sebagai tamu lama, rasa-rasanya kami tak perlu melihat-lihat foto koleksi gadis-gadis BO. Akan tetapi lantaran ada kabar, ada sejumlah gadis pendatang baru, mau nggak mau, kami menyempatkan diri meminta album foto pada resepsionis. "Ini Maya. Baru satu bulan, neng geulisdari Bandung. Kalau yang kuning langsat ini Ria, baru 22 tahun," ucap resepsionis yang berambut pendek dengan kulit sawo matang. Untuk beberapa saat lamanya, kami membolak-balik album foto. Tak banyak yang baru, paling-paling ada sekitar lima sampai delapan orang. Sementara wajahwajah yang kami kenal, dua diantaranya Susi dan Linda, masih menghiasi isi album. Bagi tamu pemula, album foto ini boleh jadi sangat berguna untuk guide tour. Ya, walau terkadang sosok dalam foto berbeda dengan aslinya, paling tidak, tamu bisa mempunyai gambaran selintas tentang gadis yang akan dikencaninya. Orgy-service. Antoni tampaknya tidak begitu tertarik dengan gadis-gadis baru yang menjadi koleksi BO.
Pilihannya tetap pada Susi. Sementara saya yang baru sekali diajak Antoni mampir di BO, lebih suka gambling dengan memilih Maya. Ya, siapa tahu saya mendapatkan berkah besar karena ditilik dari fotonya, sosok Maya tampak lebih seksi dibanding Susi. "Mau langsung di sini atau dibawa keluar. Kalau di luar harganya sedikit lebih mahal," jelas resepsionis. Kami memang sedari awal sepakat untuk menyelesaikan semuanya langsung di tempat. Makanya, tanpa banyak bicara lagi, kami memutuskan untuk transaksi langsung. Dari pada makan waktu lagi mencari hotel atau losmen, mendingan yang cepat dan siap saji saja, pikir kami. Lagi pula, hujan rintik-rintik yang tak juga berhenti membuat kami malas berlama-lama di jalan raya. Sebelum masuk, Antoni sempat berbisik kepada saya sembari tersenyumkecil. "Kalau ada tawaran yang 'aneh-aneh', coba saja. Kabarnya, cewek-cewek di sini mau diajak orgy,"bisiknya pelan-pelan sambil memukul pundak saya. Resepsionis membukakan pintu dan menyilahkan kami masuk. Kami dibiarkan memilih kamar yang sudah ada di depan mata kami. Ada sekitar 10 kamar berderet secara berhadap-hadapan. Jadi, tak kurang dari 20 kamar disediakan di BO.
Saya di ujung, sementara Antoni di tengah. Kamar itu hanya ditandai nomor. Pintu kamar tertutup kelambu warna hijau bermotif bunga. Lampu menyala cukup terang di tiap kamar. Hawa dingin AC membuat suasana menjadi sejuk dan nyaman. Musik-musik bernada lembut mengalun lamatlamat seolah menyusup diantara dinding kamar yang terbuat dari plywoodtebal bercat krem. Jam di tangan sudah menunjuk pukul delapan lebih lima ketika Maya mengetuk pintu. Tak terlalu meleset dari fotonya yang terpampang di album. Malah, jujur saya katakan, Maya lebih cantik aslinya. Bertinggi kira-kira 168 cm, berkulit sedikit kecoklatan dan berambut lurus sebahu. Dalam bahasa sederhana, Maya barangkali pantas kalau disebut cantik menurut ukuran kaca mata umum. Di balik blazer warna hitam yang membalut raganya, begitu terbuka ternyata hanya ada kaos ketat tanpa lengan warna biru bermotif garis dipadu dengan rok mininya di atas lutut. Kakinya terbungkus stocking halus warna cokelat dengan sepatu hitam berhak tinggi. Detik demi detik itu berlangsung cepat. Dengan gaya bicaranya yang kental dengan dialek Sunda, Maya mulai memperkenalkan diri, berusaha membuat tamu senyaman mungkin dengan membuka omongan demi omongan. Sesi pengenalan dan pengakraban diri itu berlangsung sambil dibumbui ulah manja. Sesekali Maya memberi sentuhan magic lewat jari-jarinya. Sentuhan itu berupa pijatan-pijatan kecil dan sesekali diselingi dengan cubitan manja. Skenario berjalan seperti layaknya sebuah transaksi cinta antara tamu dengan gadisgadis order. Transaksi cinta, ya, memang itulah layanan utama yang diberikan gadisgadis BO. Tapi, belum juga 'deadline' itu sampai di penghabisan, dari mulut Maya tiba-tiba saja menawarkan layanan yang membuat saya terkejut.
"Kalau dilayani satu cewek kan udah biasa. Kalau dua atau tiga bagaimana? Kalau oke, aku bisa panggilkan sekarang juga." Sebuah tawaran yang sebelum masuk tadi sempat dibisikkan Antoni. Rupanya inilah tawaran yang masuk katagori 'anehaneh' itu. Tawaran seks orgy! Karena penasaran, saya mengiyakan. Maya pun melesat keluar pintu. Dan dalam waktu tak kurang dari sepuluh menit, Maya sudah kembali dengan membawa temannya yang dikenalkan sebagai Linda. Ooo, rupanya inilah salah satu gadis favoritnya Antoni. Seks orgy memang sama sekali tak pernah terbayangkan bisa didapat di BO. Makanya, meski sudah sekian lama road-showke sejumlah tempat hiburan malam yang berkatagori XXX di Jakarta, tetap saja rasa kagok dan dag-dig-dug muncul dalam hitungan detik. Bayangan saya langsung tertuju pada beberapa adegan panas dan vulgar yang terjadi di film-film biru. Ketika seorang lakilaki melakukan seks orgybersama dua, tiga bahkan empat wanita. Alamak! Inikah yang bisa ditemukan di BO? Di antara bayangan temaram lampu yang membias kamar berukuran tak lebih dari 3 X 5 meter persegi, adegan cinta ala orgy itu benar-benar terbukti. Meski tidak sevulgar dan sedahsyat sebagaimana tergambar dalam lakon film biru, tapi petualangan seperti itu tampaknya memang sebuah fakta baru. BO dengan gadis-gadis orgy-nya memanjakan setiap tamunya yang datang. Meski untuk itu, uang sebesar Rp. 350 ribu untuk satu orang gadis plus uang tips, ditambah sewa kamar Rp. 95 ribu terhambur dalam hitungan menit. Lagi-lagi, inilah Jakarta. Entah apa lagi yang bakal disuguhkan sejumlah tempat hiburan plesir cinta untuk laki-laki berduit dan haus cinta wanita. Jakarta tetaplah Jakarta, dengan wajahnya yang penuh warna-warni kehidupan metropolis. Sepulangnya dari rumah cinta BO, saya dan Antoni tak habis-habisnya membicarakan ihwal orgy serviceyang diberikan gadisgadis BO. Di benak saya, selalu saja tak berhenti dijejali ragam pertanyaan: mengapa wajah Jakarta tak bisa lepas dari gincu wanita penjaja cinta, yang dengan senyum genitnya mengundang laki-laki untuk merangkul dan memberikan setumpuk rupiah.[]
13
Judi, Wanita & Seks Lintas Jakarta
Judi, Wanita & Seks Lintas Jakarta
Judi memang ilegal di Indonesia. Tidak seperti di Australia, Hongkong atau Amerika yang melegalkan bisnisadu untung tersebut. Australia misalnya punya Crown Casino dan Conrad Jupiter yang sangat terkenal dan menjadi persinggahan para gambler. Amerika punya Las Vegas yang populer sebagai 'negeri judi' di dunia Jakarta pun punya sejumlah tempat judi berkelas internasional.
Ilegal bukan berarti tak ada. Di Jakarta, bisnis perjudian tak kalah maraknya. Meski berulang kali harus berhadapan dengan petugas razia. Toh, bisnis perjudian tetap eksis keberadaannya. Sampai awal tahun 2002, paling tidak ada empat pusat perjudian besar yang saban hari beroperasi selama 24 jam penuh. Yang pertama ada di kawasan Ancol, sementara yang kedua, ketiga dan keempat, berlokasi di kawasan Kota dan Mangga Dua. Yang menarik, arena perjudian, biasanya selalu identik dengan wanita dan seks. Baik dalam skala wanita sebagai player, wanita sebagai aksesoris atau pun wanita sebagai obyek penyerta yang sering dijadikan sebagai alat barter. Siapa yang tak tahu Las Vegas, selain dijamuri arena perjudian juga menjadi ajang transaksi seks yang berlangsung setiap saat. Bagaimana dengan Jakarta? Jawaban-nya, tak ada bedanya. Judi, wanita dan ujungujungnya berakhir di transaksi seks, terjadi dari waktu ke waktu. Inilah potret sekilas ihwal kehidupan judi yang ada di Jakarta, terutama yang masuk dalam katagori terbesar dan elit.
MDR &M
Mesin.
Malam sudah beranjak dari pukul 02.45 WIB ketika saya sampai di salah satu pusat perjudian terbesar di Jakarta. Tak ada label nama yang terpampang di depan layaknya sebuah kafe atau diskotek. Tampak depan, tempatnya lebih mirip sebuah gudang besar dengan dikelilingi tembok tinggi. Orang awam, sekilas tak bakal menyangka kalau bangunan besar ak ubahnya gudang penyimpanan barang tersebut adalah arena perjudian.
Para gamblermenyebutnya dengan nama MDR. Lokasinya sangat mudah ditemukan karena sangat strategis dan berada di kawasan pusat hiburan. Persisn-ya, MDR berada tak jauh dari pusat perbelanjaan di kawasan Kelapa Gading. Di sekitar MDR juga terdapat beberapa tempat hiburan seperti kafe, diskotek dan restoran.
Ini tentu saja bukan kunjungan untuk kali pertama. Hari-hari sebelumnya, saya sudah berulang kali menjajal aneka ragam permainan judi yang entah kenapa begitu banyak diminati sejumlah orang, tidak saja laki-laki tapi juga wanita. Tidak saja datang sendirian, berkelompok bahkan ada yang datang bersama keluarga.
Begitu masuk, pemandangan pertama yang akan ditemui adalah sebuah halaman parkir yang luas, dengan kapasitas bisa menampung sekitar 200 mobil lebih. Dan dini hari itu, seperti yang sudah saya duga sebelumnya, halaman parkir MDR tampak penuh. Mobil-mobil dengan aneka merek, antri rapi dan memadati ruas parkir yang tersedia. Cukup aman, karena parkirnya dikelola Secure Parking—perusahaan parkir terkenal yang hampir menguasai 'parkir' di seluruh kota-kota besar di tanah air.
Bisa dibayangkan, jam sudah menunjuk pukul tiga dini hari dan keadaan di halaman parkir masih padat. Dan benar saja, ketika saya melangkah masuk me-masuki arena perjudian, ratusan kepala tampak sibuk dengan permainannya masing-masing. Ada asyik memencet knop komputer mengadu untung dengan permainan judi bola tangkas. Ada juga yang sibuk mengamati kartu di layar mesin memainkan judi ala mickey mouse —permainan judi sejenis 'capsah' tapi menggunakan 7 kartu.
Sementara para wasit dan penjaga, sibuk hilir mudik melayani para player. Maklum, MDR dikenal sebagai arena perjudian yang semuanya serba mesin. Mickey Mouse misalnya tidak dilayani dengan seorang bandar yang membagikan kartu, tapi oleh mesin. Di MDR terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama, per-mainannya judinya adalah mickey mouse. Di lantai pertama ini terdapat sekitar 150 mesin yang terbagi dalam empat jenis permainan. Pertama, permainan dengan betRp 25, Rp 50, Rp 100 bahkan sampai lima kali lipatnya. Di lantai pertama ini, untuk jenis permainan mesin seperti mickey mouse hanya menggunakan bet—serupa dengan coin,50. Bet50 berarti sama dengan Rp. 5 ribu. Ketika seorang playeringin bermain, pertama kali ia mesti membeli kredit terlebih dahulu. Biasanya, transaksi itu akan dilayani seorang wasit atau penjaga. Kredit 500 sama dengan uang Rp. 50 ribu, begitu seterusnya. Sementara di lantai kedua, selain terdapat beberapa permainan seperti mickey mouse dengan bet20, juga terdapat permainan mesin lain berupa Bola Tangkas. Di MDR terkenal dengan sebutan UFO atau 'Keno'. Cara bermainnya cukup sederhana, seorang player tinggal memencet merah atau biru, ganjil atau genap, besar atau kecil dan menebak angka bola tangkas yang keluar. Tak kurang dari 100 mesin siap dimainkan dan tiap malam tak pernah sepi dari tamu. Tak jauh dari mesin-mesin UFO, terdapat mesin-mesin judi mickey mouse . Jumlahnya lebih kurang 100 buah. Sama dengan di lantai pertama, sistem permainan dan jenis bet yang berlaku pun sama. Begitu banyak jenis permainan mesin yang ditawarkan di MDR. Dan tentu saja iming-iming yang diberikan amat menggiurkan. Tiga jenis kemenangan yang amat dinanti dan terus diburu para player adalah royal flush, goki, STR dan siki. Dengan bet50 misalnya, seorang player yang mendapatkan royal flush bisa membawa uang sebesar Rp. 12 juta, untuk goki sekitar 6 juta. STR flus sekitar Rp. 3 juta dan siki sebesar Rp. 1 juta. Belum keuntungan dari undian berhadiah berupa mobil yang langsung diberikan kepada seorang player yang berhasil menembus royal flush dari pukul 09.00 WIB sampai 22.00 WIB. Iming-iming yang menggiurkan dari permainan adu nasib itulah, yang membuat MDR selalu padat selama 24 jam. Dan yang menarik, tentu saja adalah kisi-kisi lain yang terjadi dari balik permainan judi. Pergumulan nasib di meja judi selama 24 jam tersebut, membawa aneka cerita tersendiri, terutama cerita tentang transaksi seks yang kerap terjadi. Para gambler yang biasa bermain di Kunir, hampir 40%-nya adalah wanita. Para wanita pengadu untung ini, tentu saja datang setiap waktu ke MDR dan seperti tak kenal jam.Bisa dibayangkan, selama hampir 24 jam, wanita yang datang untuk bermain judi, silih berganti. Bahkan ada yang bertahan, dari pagi hingga pagi lagi. Dan sudah bukan rahasia, kalau di antara mereka banyak yang mencaricarikesempatan untuk mencari pasangan kencan. Tentu saja bukan free of charge, tapi dengan tarif lumayan tinggi. Biasanya, mereka akan melakuka shopping mal dari satu mesin ke mesin berikutnya, mencari-cari siapa pria-pria yang beruntung mendapatkan Royal Flush, Goki, STRataupun Siki.
Bukan rahasia kalau pria yangmendapatkan keuntungan dari meja judi ujung-ujungnya ingin berfoya-foya. Nah, salah satunya adalah dengan mencari kesenangan dari sejumlah wanita yang mangkal di MDR dan setiap waktu bisa diajak kencan semalam dengan tarif tertentu. Modus sejumlah wanita yang ingin menggaet pasangan kencan di mesin judi tersebut, boleh dibilang sangat sederhana. Seperti diceritakan di awal tulisan, Kunir selama ini memang terkenal sebagai pusat judi mesin. Dan hampir kebanyakan, mereka yang datang adalah player,entah itu prianya atau wanitanya. Meski sebagian besar yang datang adalah player, namun mereka mempunyai latar belakang yang berbeda. Para player pria misalnya kebanyakan memang di-dominasi mata sipit yang rata-rata punya usaha perdagangan, sementara para wanita banyak diantaranya yang berstatus plus. Mereka ada yang bekerja di beberapa karaoke dengan menjadi lady-escortdan ada juga yang diam-diam berpraktek sebagai call girl.
Di lokasi UFO atau 'keno' misalnya, suasananya memang sangat mengenakkan. Semua player diberi kursi sofa empuk dengan dua mesin berjajar. Sofanya berbentuk memanjang dan muat untuk 4 orang. Ketika saya untuk kesekian kalinya mengamati keadaan di sekeliling sambil — tentu saja, mencoba ikut bermain, di beberapa sofa tersebut terdapat sejumlah wanita yang asyik bermain. Sementara di sebelahnya, terdapat pria yang tak kalah khusuknya. Nah, dalam beberapa kali kesempatan, sejumlah player wanita yang memang profesi sebenarnya sebagai call girl, biasanya akan memanfaatkan setiap peluang untuk menggaet pasangan pria. Sudah barang tentu, para ca girl ini akan memilih pria yang lagi beruntung besar, menang taruhan. Siapa yang tak tahu, kalau pria-pria penjudi, apalagi lagi untung besar, selalu berakhir di transaksi seks. Dan apa yang saya saksikan, selama kurang lebih satu bulan mengamati gebyar malam di Kunir, tak ubahnya seperti melihat fenomena pergumulan anak manusia mengadu nasib. Seperti yang terjadi pada Sabtu dini hari, di meja Mickey Mouse ketika saya mendapati dua gadis 'penjaja cinta' yang mengaku baru saja pulang dari diskotek dan iseng mencoba mengadu untung di mesin bola tangkas. Yang menarik, sambil bermain, mata mereka tak henti-hentinya melirik kiri kanan, mengamati beberapa pria yang tengah asyik dan sibuk mengitungngitung kartu di layar mesin.
Dan tanpa malu-malu, dua gadis / yang mengaku sebagai Susan, 26 tahun, bekerja di karaoke "Menang taruhan, Bang. Wah, pesta dong kita. Mau ditemenin nggak sama kita," goda Susan. Tentu saja, mendapat tawaran seperti itu, pria berambut pendek dengan dandanan kasual yang malam itu mendapat keuntungan meraih royal flush, atau paling tidak mengantongi uang sedikitnya Rp. 10 juta, tersenyum balik dan dengan nada jantan langsung menimpali. "Siapa takut. Mau sekarang?" sergahnya balik bertanya. Yang terjadi kemudian, sudah bisa ditebak. Mereka bergerak dari kawasan Kunir sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Palingpaling, transaksi seks akan berakhir di kamar hotel. Dan kejadian seperti itu, tidak hanya terjadi sekali duakali dalam semalam. Di sisi lain, ratusan wasit dan penjaga yang stand-by penuh selama 24 jam, hamper 60%-nya adalah wanita. Dan banyak diantara mereka yang mempunyai paras cantik, menggoda. Banyak diantara memberguestKunir yang akrab dengan mereka. Tengok saja pemandangan sejumlah wasita dan penjaga wanita yang asyik bercanda ria dengan sejumlah tamu pria yang tengah bermain mesin.
Setiap kali menang, tip besar selalu mengalir ke tangan sejumlah gadis yang berjaga. Dari sekian gadis yang menjadi wasit dan penjaga di MDR, banyak diantaranya yang pandai memanfaatkan kesempatan, apalagi mereka yang punya paras cantik dan secara ekonomi memang mem-butuhkan uang. Seringkali, ketika mereka ganti shift pagi, beberapa diantara gadis penjaga sudah punya janji kencan dengan salah seorang member. Melongok kehidupan ratusan wasit dan penjaga di MDR saja, demikian penuh warna. Bisa dibayangkan, perputaran tenaga kerja yang terjadi selama 24 jam beroperasi. Ketika pagi menjemput, ratusan karyawankaryawati standbydi MDR sambil duduk santai menunggu pergantian shift. Para karyawati tak segan-segan berdandan di ruang terbuka, sementara wanitawanita yang lain ada yang asyik tiduran di lantai, ada yang benar-benar tertidur lelap dan ada juga yang asyik memberi senyum manis kepada tamu yang baru saja kelar bermain judi. Saat-saat seperti itulah yang bisa menjadi satu momentum spesial, baik buat tamu, maupun buat penjaga wanita. Ya, seperti yang sudah-sudah, momen itu menjadi ajang perkenalan untuk kemudian berlanjut ke transaksi lain.
HR & Lady Escort Kunir barangkali JLXmemang menjadi arena perjudian terbesar di Jakarta, tapi kalau dibandingkan dengan HR, Kunir mungkin masih kalah dalam hal kelas, jenis permainan dan 'special service'yang diberikan. Dalam hal luas area bangunan, Kunir memang terbesar. Tapi, jenis permainan judi yang ditawarkan Kunir hanya mesin dan mesin. Berbeda dengan HR yang selama ini menjadi trade-markdan barometer arena perjudian di Jakarta. Dalam satu kesempatan di awal bulan Oktober 2001, saya beberapa kali menyempatkan diri mampir di HR. Tempatnya sangat mudah ditemukan karena berada di sebuah gedung berbelanjaan atau lebih enaknya, plaza, di kawasan Mangga Dua, tepatnya berada di lantaitiga. Di HR inilah, segala jenis permainan judi bisa ditemukan. Tidak saja, aneka permainan judi mesin, tapi juga ada kasino dan yang tak kalah menarik adalah special service yang bisa diberikan di ruangan VIP untuk player berkantong tebal. Sama seperti di Kunir, HR juga menyediakan aneka permainan judi mesin dari seperti bola tangkas, mickey mouse dan happy royal. Tentu saja, jenisjenis permainan tersebut tidak jauh berbeda dengan menu yang tersaji di Kunir. Yang paling menarik dari HR adalah permainan kasino yang ditawarkan. Standarnya tak kalah jauh bila dibandingkan dengan kasino-kasino yang ada di Crown Complex maupun Conrad Jupiter, Australia.
Kalau sekedar judi biasa, HR mungkin tak ada bedanya dengan Kunir. Yang membuat HR istimewa dan menjadi trade-mark di kalangan gambler, selain sudah punya standar internasional, HR juga menyediakan ruangan VIP kasino yang menawarkan ladies-escortplus-plus. Saya masih ingat ketika pada satu malam diajak seorang kawan, sebut saja Christian, 31 tahun, yang kebetulan punya sebuah pabrik elektronik. Pria beranak satu keturunan Mandarin yang sering menghabiskan malam-malam weekend dari kafe ke kafe dan klub to klub itu, mengajak saya untuk melongok specialservice yang diberikan di VIP kasino Harco. Waktu itu pas di bulan Mei 2001, jam 23.00 WIB. saya bersama Christian dan seorang ajudan tiba di HR. Sebagai memberguest berkantong tebal, Christian langsung dijemput seorang penjaga berpakaian safari. Malam itu, menurut Chris —begitu ia disapa, janjian dengan beberapa orang bigbossuntuk bermain di VIP kasino. Ruangan VIP tersebut, menyatu dengan aneka permainan judi yang lain. Hanya saja, tempatnya lebih menjorok ke sudut. Setelah melewati barisan ratusan mesin yang yang ada di ruangan utama, Chris sampai di ruangan VIP. Tempatnya ekslusif dengan pintu tertutup dan dijaga beberapa petugas keamanan. Begitu masuk ke dalam, sebuah meja kasino berbentuk bulat sudah tersedia. Tiga orang pria paruh baya sudah menunggu dan langsung memberi salam hangatnya. Di VIP kasino inilah, mereka mulai bermain mengadu untung. Tentu saja uang yang dipertaruhkan tak kepalang tanggung. Jumlahnya yang jelas ratusan juta. Tapi, bukan soal uang ratusan juta yang menarik perhatian saya. Boleh percaya boleh tidak, permainan yang berlangsung hingga pagi menjemput itu dilayani empat orang lady-escort yang cantik dan seksi. Tidak hanya itu, selama hampir 12 jam melayani para tamu spesial tersebut, para lady-escort itu diperlakukan layaknya seorang pacar. Sebagai penghibur pro-fesional, mereka bisa 'diapa-apakan'. Bisa dibayangkan, peristiwa seperti apa yang terjadi di VIP kasino. Inilah salah satu special service yang bias didapat pria berkantong tebal yang ingin bermain di VIP kasino.
Dan para lady-escort tersebut, tidak sekadar menjadi pelayan yang setia menemani tapi mereka juga siap setiap saat untuk diajak berkencan, setiap saat.Maklum, tips yang mereka terima tidak tanggung-tanggung. Tiap kali salah seorang player menang, mereka pasti kebagian tips. Begitu seterusnya. Dan seringkali, para player iseng menggoda sambil menyelipkan lembaran ratusan ribu. Layanan spesial dari ladies-escort inilah yang sampai kini menjadi incaran para big-boss. Bermain judi dan menikmati suguhan seks!
SS &1
1 Stop Entertainment.
Lain HR, lain 1001 atau terkenal juga dengan sebutan SS. Meski hanya mempunyai area perjudian mesin yang luasnya sekitar 10 X 15 meter dengan total mesin judi sekitar 100 buah, dengan jenis permainan seperti bola tangkas, mickey mousedan royal super,SS tak kalah ramainya. Malah, SS menjadi area paling strategis bagi para gambler yang ingin mereguk kenikmatan duniawi dalam satu tempat. Arena judi di SS beroperasi selama 24 jam penuh, setiap hari. Lokasinya sangat strategis karena berada di gedung pusat perbelanjaan, persisnya berada di lantai 4, di Jl. Hayam Wuruk, kawasan Kota. Di sinilah, para player wanita dengan paras cantik, biasa bermain di mesin judi. Mereka kebanyakan datang dari berbagai tempat hiburan yang tersebar di kawasan Kota. Ada yang berprofesi sebagai lady-escort karaoke, ada yang menjadi strip-dancer,ada juga yang terang-terang berpraktek sebagai call girl di beberapa hotel plus.
Ketika saya berkunjung ke SS sekitar pukul 02.35 WIB dini hari, wajahwajah wanita cantik dengan dandanan seksi tampak asyik mengutak-ngutak mesin judi. Ada yang datang dengan pasangannya, tapi banyak juga yang datang ramai-ramai. Tak segan-segan, para wanita tersebut akan menggabungkan diri di antara kerumunan pria yang tengah bermain judi. Dan mereka dengan cepat akan mengakrabkan diri dengan beberapa pria yang duduk di dekatnya. Di sinilah, biasanya transaksi seks akan terjadi. Sambil terus bermain, para wanita itu akan terus menebar pesona hingga ada pria yang tertarik.
Pemandangan seperti itu, sudah tak begitu asing di SS. Hampir setiap malam, bisa ditemui. Yang tak kalah menarik, selain menyediakan arena perjudian, SS juga dilengkapi dengan Karaoke plus, diskotek dan Private Club. Beberapa sarana tersebut menjadikan SS lengkap sebagai persinggahan untuk menikmati layanan one stop entertainment. Selain judi mesin, SS juga dilengkapi permaian judi bakarat yang langsung dimainkan oleh bandar. Tak hanya itu, di ruangan VIP, SS juga menyediakan casino untuk player yang datang dengan modal besar. Di karaoke plus, layanan yang diberikan ujung-ujungnya memang tidak jauh seks. Bagaimana tidak? Para lady-escort, biasa juga disebut singer atau madame yang ada di SS, rata-rata mau memberikan layanan spesial berupa tarian striptis. Kalau tidak begitu, mereka hampir semua bisa diajak kencan semalam dengan bayaran one short time, Rp. 1 juta. Dan bisa langsung di tempat. Layanan cinta itu tidak diberikan di luar, tapi langsung di tempat. Soal boking untuk di luar SS, tarifnya tentu saja berbeda dan yang jelas lebih mahal. Nah, biasanya layanan spesial inilah yang menjadi terminal akhir yang akan dituju para player yang berhasil mengeruk untung besar. Hal seperti ini sudah tak asing lagi di SS. Ketika ada seorang playermenembus royal flush, biasanya setelah berhenti bermain, akan melanjutkan ke permainan berikutnya di private clubdengan ditemani ladies-escortplus-plus. Gambaran tentang SS, bisa juga ditemukan di CPBN, kawasan Ancol. Lokasi CPBN yang menyatu dengan hotel, menjadi pilihan tersendiri bagi para player. Selain suasananya lebih nyaman, para tamu biasanya lebih suka menyewa kamar. Maklum, banyak player yang kuat bermain di meja judi selama seharian penuh atau bahkan, ada yang sampai dua atau tiga hari berturut-turut.
Jenis-jenis permainan judi yang tersaji di CPBN tak ada bedanya dengan yang disuguhkan di Kunir, SS maupun HR. Permainan seperti bola tangkas, mickey mouse, black jack dan Iain-lain, bisa ditemukan di CPBN. Hanya saja, CPBN punya kelebihan tersendiri dalam hal sarana pelengkap. Selain arena judi, CPBN juga dilengkapi dengan VIP Sauna. Kalau sekedar VIP Sauna tentu saja di beberapa tempat di Jakarta juga ada. Tapi yang spesial dan beda dari yang sudah lazim, CPBN lah tempatnya. Di VIP Sauna CPBN, tamu bisa memilih teman kencan untuk diajak mandi bersama, atau paling tidak memandikan tamu. Dan mereka bisa langsung didapat dengan melihat secara langsung. Para playeryang kerap menghabiskan waktu di mesin judi CPBN, hampir kebanyakan selalu menjadikan VIP Sauna sebagai persinggahan. Biasanya, aktifitas layanan cinta itu dilakukan setelah bermain judi. Dengan tarif sekitar Rp. 400 ribu per jamnya, tentu bukanlah jumlah yang besar bagi para player yang biasa menghabiskan uang jutaan rupiah. Judi dan VIP Sauna di CPBN sepertinya saling melengkapi satu sama lain. Para playeryang mengeruk keuntungan, sudah bisa dipastikan akan menikmati kemenangannya dengan berfoya-foya ditemani wanita-wanita cantik di kolam uap.
Begitu juga dengan yang terjadi di SS. Para player digoda dengan puluhan gadis cantik yang siap memberi layanan plus di private room. Dan di HR, para ladies-escort siap menanggalkan busana sampai memberikan layanan cinta di VIP Kasino. Sebenarnya, arena perjudian mesin yang populer tak hanya di Kunir, SS, HR ataupun CPBN. Di sepanjang Jalan Gajah Mada, arena judi mesin jumlahnya seabrek. Sebut saja nama-nama seperti Raja Kota, Tahiti dan Cassanova. Belum lagi, yang menggunakan nama dengan angka. Ada 82, 85, 88 dan seterusnya yang berdiri ber-jajar di sepanjang Jl. Hayam Wuruk. Setiap harinya, arena perjudian tersebut, selalu dipenuhi puluhan pasang mata yang mencoba mengadu untung. Potret arena judi yang ada di keempat tersebut, sepertinya mempertegas satu pernyataan, bahwa judi tak bisa dilepaskan dengan wanita. Dan ketika keduanya bertemu, ujung-ujungnya hanya satu kata:seks!!! Dan ketika saya untuk kali terakhir beranjak pulang dari SS, seorang gadis dengan sack-dress hitam terbelah V, memberi senyum hangatnya. Hanya satu kata yang terucap: Selamat malam, boleh saya ikut berpesta? Bisa dibayangkan, berapa banyak orang yang merasa rugi ketika pada pertengahan tahun 2002, pihak yang berwenang memaksa tutup semua tempat perjudian, tanpa terkecuali. Meskipun masih ada beberapa tempat yang beroperasi secara sembunyisembunyi. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja semua tempat judi berhenti operasi. Meski begitu, tetap saja ada yang nekad buka meski dengan cara sembunyi-bunyi seperti wanita malam mencari cinta lelaki dengan bahasa mata, bibir, belahan dada hingga rok mini.[]
14
Blue Nite Cowboy Striper
Blue Nite Cowboy Striper
Pria-pria berotot dan berbadan atletis Menjual jasa cinta sesaat pada wanita-wanita girang dan kesepian. Ujung-ujungnya, transaksifull service juga!
Dua laki-laki gagah dengan dada bidang dan berbadan atletis itu duduk santai di kafe VT, di mal SG kawasan Jakarta Pusat. Di disampingnya ada tiga wanita paruh baya dengan dandanan
modis. Dari baju yang dikenakan, tampak wah dan mahal. Mereka terlibat percakapan santai. Di meja beralaskan kertas warna cokelat tua, terhidang soft drinkdan beberapa makanan kecil.
Waktu itu, jam baru saja menunjuk pukul 16.00 Wib. Mal SG seperti biasa pada jamjam itu selalu ramai. Apalagi, letak SG yang memang strategis mengundang ratusan muda-mudi untuk shopping mal. Saya termasuk dari sekian orang yang memadati mal. Dan saya berada tak jauh meja dua laki dengan tiga wanita itu. Saya memang ada janji dengan kawan dekat yang bekerja di sebuah perusahaan talentdan model agency.Sebut saja, Bram,
28 tahun. Ceritanya, Bram mau memperlihatkan beberapa modelnya, cowok dan cewek. Bram datang tak lama setelah saya memesan minuman ice-cappuccino. Mengenakan stelan celana hitam dengan kemeja biru tua dan sebuah tas kulit, pemuda berambut klimis yang mengaku gay itu langsung mengambil duduk santai. Itu untuk kali kedua kami bertemu.
Sebelumnya, saya mengenalnya dalam sebuah acara party yang digelar di kafe Mata Bar & Cafe di Jalan Sudirman. Di situ-lah, Bram mengenalkan diri dan mengaku mempunyai beberapa model pria-wanita yang tampang dan body-nyaproporsional dan menarik.
Di kafe VT itulah, seminggu kemudian kami bertemu. Seperti biasa, dengan gaya bicaranya yang sedikit lemah gemulai, Bram dengan penuh percaya diri membuka lembar demi lembar foto para modelnya. Dari yang pembicaraan yang baru berlangsung sekitar 20 menit itu mendadak terganggu.
Persis di belakang meja yang kami tempati, Bram rupanya juga sesekali memperhatikan dua laki-laki dan tiga wanita yang tengah berbincang-bincang sambil menikmati makanan sore. Dua dari tiga wanita itu, memberi senyuman dan Bram pun sedikit terkejut. Lantas, Bram beranjak dari duduknya dan menemui mereka.
Astaga, ternyata Bram mengenalnya.
Wanita pertama, bernama Tante Rie dan kedua, Tante Sus. Begitulah Bram memanggil kedua wanita yang meski dari raut wajah menandakan sudah berumur tapi tetap kelihatan segar dan bergairah. Saya pun pada akhirnya dikenalkan pada mereka. Sekitar tiga puluh menit kemudian, dua laki-laki yang bersama Tante Rie dan Tante Sus itu pun berlalu pergi. Dan kami pun diajak bergabung satu meja.
Wanita-wanita yang menarik. Begitu kesan saya ketika bertemu dan berbincangbincang dengan Tante Rie dan Tante Sus. Mereka tipikal wanita wanita yang doyang ngobrol, hidup santai, suka kebebasan, cuek dan senang hura-hura. Selama hampir satu jam duduk semeja, kami nyaris lebih banyak menjadi pendengar setia. Hanya sesekali kami menimpali dan melontarkan pertanyaan. Obrolan sore itu terus saja mengalir. Dan sampai juga akhirnya pada cerita tentang dua laki-laki yang menemani mereka setengah jam lalu. Biasalah, dengan nada merajuk Bram nyeplos kalau naksir dengan salah satu dari dua laki-laki tersebut. Sontak saja, Tante Rie langsung meresponnya. Katanya, dua laki-laki itu memang sudah beberapa kali punya bisnis dengannya. Saya pun jadi menebak-nebak bisnis apa gerangan yang mereka geluti. Tak tahunya, dua pria itu sudah punya janji menjadi pengisi acara di private party yang akan digeber di rumah Tante Sus. "Mereka itu bukan pria sembarangan lho. Mereka itu penari. Kita sudah dua kali memakai jasanya," ceplos Tante Sus menimpali. Ah, terus terang saya kaget. Maklum, kalau ditilik dari proporsi badan, mereka rata-rata paras di atas rata-rata, berbadan macho, dan atletis. Sama sekali tidak tampak kalau mereka penari. Tapi, sudahlah. Obrolan dengan Tante Rie dan Sus itu pada akhirnya berakhir menjadi sebuah undangan. Kedua wanita yang punya gaya bicara mengalir, ceplas-ceplos dan percaya diri itu mengundang kami untuk hadir di pesta mereka. Sampai berpisah, saya belum tahu sama sekali tentang latar belakang kedua wanita itu sampai akhirnya Bram membuka omongan. Katanya, Tante Rie dan Sus dikenal karena mempunyai gang yang terdiri dari para wanita kaya raya. Aktifitas mereka tidak jauh dari arisan, pesta, bisnis perhiasan atau barang antik dan nong-krong plusngerumpi di mal. Tapi jangan salah, mereka tidak semua hura-hura dengan mengandalkan keringat suami. Banyak dari mereka yang punya usaha sendiri, dari yang beromset jutaan sehari sampai puluhan juta. Tante Rie misalnya mempunyai usaha barang-barang antik dan membuka sebuah butik bernama LT dengan koleksi busana brand-minded luar negeri di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sementara Tante Sus mempunyai sebuah kafe-restoran di bilangan Sudirman. Boleh percaya boleh tidak. Mereka samasama berstatus janda dan menjadi single-parent . Dari merekalah, cerita tentang penaripenari cowboy yang hanya bisa disewa secara pribadi terungkap. Semua berawal dari sebuah pesta di malam Sabtu, di pertengahan bulan September 2000, di rumah Tante Sus di bilangan Permata Hijau.
HomeParty.
Layaknya seorang tamu undangan, kami datang tepat waktu seperti yang dikatakan Tante Sus dengan pakaian pesta. Rumah itu terletak di sebuah komplek elit dengan tipe bangunan rumah besar-besar dan tampak mewah. Rumah Tante Sus sama seperti rumah-rumah lain yang dari luar tampil mentereng. Tak terlalu susah menemukannya karena letaknya tidak jauh dari jalan utama.
Dikelilingi pagar besi tinggi warna hijau dan sebuah pos penjagaan. Kami baru saja tiba pukul 20.00 WIB ketika satpam membukakan pintu gerbang. Sudah ada sedikitnya empat mobil parkir di halaman depan. Dua diantaranya mobil mewah yang harganya sudah bisa ditaksir di atas Rp. 500 juta. Di teras depan, Tante Sus tampak bercengkrama riuh dengan beberapa orang. Sudah ada lima wanita dengan busanabusana khas pesta dan tiga lakilaki berpakaian rapi. Tante Rie mengenakan gaun panjang hitam dengan belahan V sementara Tante Sus membungkus raganya dengan sack-dress biru selutut. Canda tawa terus saja berlanjut di teras sambil menikmati hangatnya wine. Taman lengkap dengan kolam mini dan lampu hias yang ada di halaman depan menjadi pemandangan sedap. Menjelang pukul 21.00 WIB sudah ada sekitar 15 tamu. Kebanyakan wanita, tamu aki-laki hanya ada lima orang. Tamu-tamu beranjak masuk ke ruang tamu, begitu Tante Sus mengatakan pesta akan segera dimulai. Ruangan tamu itu tampah mewah. Lantai putih bermotif hitam daun. Sebuah sofa berwarna hitam mengkilat menjadi perangkat utama di tengah ruangan. Di bawahnya terhampar karpet merah. Sebuah lampu kristal membiaskan cahaya dari atas. Seperangkat alat elektronik dari televisi sampai audio visual bermerek menjadi isi lemari besar yang menghadap ke kursi tamu. Dinding ruangan berwarna krem tampak penuh dengan hiasan foto dan lukisan. Di ruang tamu utama misalnya terpampang foto Tante Sus diapit seorang laki-laki dengan anak perempuan dalam busana adat Jawa. Untuk beberapa saat lamanya, kami standing party di ruang tamu. Saya pikir, di sinilah pesta akan berlangsung.
Ternyata, kami hanya sejenak berada di ruang tamu. Tante Sus dan Rie yang menjadi tuan rumah, mengajak kami menuju pool-side.Di teras kolam renang, sudah tersedia Suska makanan dan minuman yang diletakkan di atas meja panjang. Temanteman Tante Sus yang kebanyakan wanita itu, masih saja mengumbar celoteh. Mereka seperti tak ada habis-habisnya saling bertukar cerita. Sebutan gang ngerumpi tampaknya memang cocok buat mereka. Berulangkali terdengar tawa tumpah beradu dengan iringan musik yang menebar dari ruang tamu. Pesta itu tidak urutan acara. Semua berlangsung layaknya pesta gathering keluarga. Mereka lebih banyak bercakapcakap sambil sesekali bergoyang di tepi kolam renang. Semua tamu yang diundang Tante Sus memang teman-teman dekat. Tidak heran kalau dalam pesta itu pada akhirnya minum dan bercengkrama mendominasi sepanjang malam. Semarak pesta pribadi itu baru terasa ketika Tante Sus mengundang tiga penari laki-laki.
Semua memberikan applaus ketika tiga penari itu muncul dalam balutan celana plus kaos ketat warna hitam mengkilat. Tiga penari itu langsung mengambil posisi di tepi kolam renang. Sementara Tante Sus dan kawan-kawan, masing-masing menyebar mencari sudut pandang yang enak. Ketika jarum jam menunjuk angka 22.00 WIB genderang pesta itu mulai memanas. Tiga penari pria langsung beraksi dengan
gayanya yang menggoda. Mereka yang rata-rata memiliki postur tubuh macho dan atletis, sama sekali tak menemui kesulitan mempertontonkannya dengan gerakan-gerakan erotis. Sementara Tante Sus Cs mengekspresikan rasa suka citanya dengan Suska ragam polah. Ada yang ikut bergoyang sambil berteriak kecil. Ada juga yang hanya membelalakkan mata sambil menikmati minuman. Layaknya sebuah pertunjukan, ketiga penari pria itu terus saja meliuk dalam iringan musik disco.
Say a yang berdiri tak auh dari Tante Sus, yang memilih berdiri di sisi kanan, hanya bisa senyum dan tertawa melihat polah tingkah wanitawanita malam itu. Bram yang memang berselera terhadap lakilaki, tak mampu menyembunyikan rasa sukanya. Pemuda yang malam itu mengenakan stelan celana jins dengan kaos ketat dipadu jaket kulit itu ikut larut dalam irama musik yang terus melaju. Sudah saya bayangkan sebelumnya. Tontonan pribadi tarian laki-laki itu pada akhirnya akan memasuki babak demi babak. Babak pertama, mereka menyuguh-kan tarian pembuka dengan masih mengenakan busana ketat mereka yang transparan. Pada babak berikutnya, skenario tarian itu berlanjut dengan adegan membasahi baju. Mereka serentak menceburkan diri dalam air kolam. Lalu secara bersamaan, mereka muncul dari dalam air dan langsung melanjutkan gerakan tarian mereka. Tentu saja, kali ini pemandangan berbeda. Dalam balutan baju ketat trans-paran mereka yang basah, tubuh-tubuh mereka yang pada dasarnya memang berisi, tampak menonjol. Lekuk tubuh mereka jelas tergambar. Di bawah siraman lampu kolam yang membias kuning dan tak terlalu terang menyorot area kolam, tubuh-tubuh itu atletis itu terus saja Sampai tiba gilirannya pada babak praklimaks yang dalam sebuah tontonan memang ditunggu-tunggu penonton. Mereka mulai melepas baju mereka satu per satu. Mula-mula kaos ketat yang menutupi kebidangan dada mereka. Aksi melepas baju ini, tidak hanya berlangsung begitu saja. Pada detik berikutnya, mereka mulai mendekatkan diri ke beberapa wanita yang berdiri di sekeliling kolam. Dengan masih mempertontonkan gerakan tari, masing-masing penari maju mendekat menggoda tamu wanita. Melihat tontonan itu, saya langsung teringat dengan sebuah kafe berinisial JJ di kawasan Kuningan yang sering menggelar acara Guy Nite. Dalam acara itu disuguhkan beberapa penari laki-laki yang menari-nari di atas bar di hadapan ratusan pengunjung yang kebanyakan wanita. Para penari laki-laki itu hanya mengenakan cawet untuk menutupi bagian vitalnya. Tubuh mereka dibaluri minyak. Ketika beraksi, tak jarang mereka membaurkan diri di tengah kerumunan tamu wanita. Dan aksi penari dengan gerakan tarian menggoda, bersambut hangat dengan teriakan histeris beberapa tamu wanita. Tapi, penari-penari di pesta pribadi malam itu, ternyata jauh lebih berani. Dan dari postur badan, lebih padat dan berisi. Dan benar saja. Baru saja angan saya sejenak membayangkan suasana kafe JJ, di depan mata saya, pertunjukan sudah memasuki babak yang paling mendebarkan.
Dengan gerakan bersama, mereka sedikit menjauh dari kerumunan tamu undangan. Pada detik berikutnya, mereka sengaja mencari sudut temaram di sisi kiri kolam renang. Dan perlahan-lahan, celana hitam ketat basah yang melekat di tubuh terlepas. Pada saat bersamaan, mereka masih saja meliuk-liuk seksi. Kali ini, terus terang saya yang merasa, maaf, malu sendiri. Pasalnya, ketiga penari pria itu benar-benar menari tanpa selembar benang pun di tubuhnya. Tubuh mereka masih tampak basah oleh air. Di hadapan sekitar lima belas tamu yang kebanyakan wanita, mereka dengan santai terus saja bergerak ke kiri dan ke kanan. Sementara beberapa wanita memberikan semangat. Ada yang berteriak malu-malu, namun ada juga yang spontan memberi sambutan heboh. Beberapa wanita yang sudah tipsy— setengah mabuk, malah lebih hebat lagi. Ada yang ikut menari sambil memegang gelas minuman, ada juga yang sampai mengikuti gerakan ketiga penari. Tante Rie misalnya, cuek saja ia meliuk dengan erotis sambil tertawa-tawa lepas. Dan ketika salah satu dari penari laki-laki itu mendekat, Tante Rie menyambutnya dengan menari bersama secara berdekatan. Astaga! Kalau tontonan seperti itu dilakukan di hadapan tiga atau empat wanita di sebuah ruangan tertutup, barangkali sudah bukan hal yang ekstrem. Di beberapa tempat hiburan di Jakarta, jasa layanan penari s riptis laki-laki juga disediakan. Tapi, lagilagi, itu semua berlangsung di sebuah ruangan tertutup. Makanya, saya termasuk yang terheranheran dan tak percaya menyaksikan tontonan malam itu. Ketiga penari ber-gerak seksi tanpa busana di hadapan puluhan tamu pria dan wanita dan di ruangan terbuka. Semua seperti dalam khayalan saja. Toh, malam itu semua benar-benar nyata. Sampai jam berhenti di angka
23.30 WIB, pesta itu baru terhenti. Ketiga penari itu sudah bermandikan keringat. Dan beberapa tamu wanita teman-teman Tante Sus mengalami yang sama.
Terselubung.
Ternyata, tidaklah gampang bagi wanita awam untuk mendapatkan jasa layanan striptis pria yang bisa diboking secara pribadi. Dalam prakteknya, mereka menggunakan modus operandi di bawah tanah alias terselubung. Tidak seperti penari striptis wanita, yang dalam prakteknya bisa dengan leluasa mangkal di sejumlah tempat hiburan seperti pub dan karaoke, modus operandi cowboy danceratau striptis laki-laki ini sedikit berbeda. Ketiga penari yang di-order Tante Sus malam itu misalnya tidak ditemukan di sejumlah tempat hiburan yang beberapa diantaranya juga menerima orderpenari striptis pria.
Mereka menjalankan operasi di belakang layar dengan aneka ragam kedok. Tante Sus mengorder penari yang dari sisi tampang, postur dan kepiawaian jelas di atas rata-rata itu dari seorang penata rias salon, sebut saja James, 28 tahun. Pria ini mempunyai salon sendiri berinisial SH di di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
James sendiri mempunyai klien yang dilayani secara pribadi. Artinya, dalam praktek sehari-hari, James mempercayakan salonnya kepada beberapa staf, tapi untuk urusan perawatan yang sifatnya pribadi, James lah yang menangani. Nah, beberapa wanita kaya yang menjadikan James sebagai penata rias pribadi adalah Tante Sus dan Rie. Dari sinilah, akhirnya cerita tentang cowboy dancer atau cowboy striper itu terungkap. James mengenal beberapa pria yang punya penampilan oke dan berbadan bagus. Mereka inilah yang akhirya dimanfaatkan James untuk dikelola. Mereka ditraining dan dijadikan penari yang siap menyuguh-kan ragam tarian, dari semi-hot sampai striptis. Namun mereka hanya dipasok un-tuk kalangan tertentu dan sifatnya pribadi. Karena kelas mereka berbeda, tarifnya di atas rata-rata. Kalau di sejumlah tempat hiburan yang bias memasok penari striptis pria, biasanya tarif rata-rata berkisar antara Rp. 500 ribu sampai Rp. 2 juta. Tapi Tante Sus meski membayar paket sebesar Rp 7 juta untuk mendapatkan suguhan tarian syahwat dari ketiga penari striptis pria malam itu. Dan ujung-ujungnya ternyata memang tidak jauh dari urusan seks. Pasalnya, dalam prakteknya penari-penari striptis pria atau sebagian orang menyebutnya cowboy dancertersebut juga berstatus sebagai gigolo. Artinya, selain memberikan suguhan tarian, mereka pun bisa di-order untuk urusan ranjang. Tarifnya pun tidak jauh berbeda, antara Rp. 2 juta sampai Rp. 3 juta untuk sekali transaksi one short time. Di situlah letak seninya bisnis cinta cowboy dancer. Mereka tidak saja mahir menggoda hasrat wanita dengan tariantarian seksi, tapi mereka juga piawai menyuguhkan pelayanan full-service di tempat tidur. Dan itulah yang terjadi di pesta pribadi di rumah Tante Sus. Ketika pesta usai dan hampir semua tamu larut dalam dunia khayal karena minuman, hasrat pun bergelora. Saya tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi di rumah mewah tu. Entah wanita mana yang pada akhirnya mendapatkan ketiga penari itu untuk dijadikan pasangan kencan, menghabiskan malam untuk merengguk kenikmatan dunia, larut dalam pesta cinta semalam. Ya, inilah wajah negeri, negeri Jakarta. Mungkin benar, ketika banyak teman saya berseloroh: Jakarta sudah menjadi kota tak kenal dosa. Apa iya?{}
15
Until Drop Party
Super Madame
Until Drop Party
Super Madame
Sebuah diskotek berkelas Internasional. Tersedia ruangan VIP untuk mereka yang inginprivacy. Entah dengan menenggakecstasy atau jatuh dalam pelukan'super madame' berwajah khas Mandarin hingga dini hari.
Dentuman musik full-house itu terus saja menghentak di dalam ruangan yang kapasitasnya muat untuk 5.000 orang. Sabtu malam, pemandangan layaknya pagelaran musik yang digelar secara apik segera tergambar. Sekitar 2-3 ribu pengun-jung berdesak-desak sambil menikmati sajian musik full-house yang berdentum memekakkan telinga. Dentuman musik itu akan lebih terasa begitu berada di tengah area dance floor. Toh, ratusan pengunjung yang berjoget, tetap asyik. Sambil terus menggoyang-goyang-kan kepala mereka melewatkan malam. Padahal, orang normal mendengar den-tuman musik yang meraung-raung dijamin pengang. Saking kerasnya, dada bisa berguncang. Toh, ratusan pengunjung yang stay-in, seperti tak menghiraukan. Mereka terus saja larut mengikuti gelom-bang irama. Sementara suasana di sekitar bar dan puluhan meja bundar yang dipajang mengelilingi area dance floor, ratusan pasang mata tak kalah asyiknya. Sambil mengamati polah tamu lain, mereka bergoyang di tempat duduk.
Itu memang bukan pesta yang dirancang khusus dengan tema spesial. Tapi lebih merupakan rutinitas dari kehidupan malam di klub diskotek LM, Jakarta Barat. Lantaran suasana LM yang nyaris tak pernah sepi pengunjung, dan mereka pada umumnya selalu larut dalam gebyar suasana yang meriah, pantas kalau disebut pesta. Goyangan mereka nyaris seperti orang yang lupa daratan. Bahkan, beberapa tamu nekad mendekati sound-system yang meraungraung keras. Pesta yang terjadi di arena dance-floor yang luasnya mencapai setengah lapangan bola itu, meriah namun tidak murah. Tiap pengunjung mesti bayar cover chargeRp. 35 ribu per orang. Itu hanya untuk biaya masuk saja. Belum lagi harga minuman yang di atas rata-rata dan obat penyerta untuk larut dalam musik. Pesta tidak saja berlangsung di area dance floor. Di lantai satu, tepatnya di beberapa ruangan khusus, puluhan tamu pun menikmati aneka suguhan malam di LM, malah dengan pelayanan plus. Ruangan yang jumlahnya mencapai 25 buah penuh oleh tamu. Lamat terdengar canda manja beberapa gadis, bercampur dengan suara serak seorang laki-laki yang tengah menyanyi. Di ruang lain, tampak beberapa pasangan berjoget sambil memandang lepas ke bawah. Ruangan dengan jendela terbuka itu memudahkan tamu untuk melepas pandangan ke seluruh sudut lantai dance floor.
peilRo
Spcaom. Pesta itu baru berjalan semarak ketika malam menjemput melewati pukul
22.00 Wib. Kami sengaja mengendarai mobil dengan kecepatan pelan di bawah 60 km per jam. Dari arah kafe GD di kawasan Senayan, kami melaju ke arah Jl. Gajah Mada di wilayah Jakarta Barat.
Mudah sekali mencari LM karena lokasinya berada di pusat kota. Malah, berada di sentral bisnis dan hiburan Jakarta. Hampir di sepanjang jalan dimana terletak LM, di situ berjajar beberapa tempat hiburan malam.
Pintu masuk secure parkingdijejali antrean mobil. Gedung LM memang menyatu dengan beberapa counter perbelanjaan. Di atas jam 21.00 WIB kebanyakan sudah tutup. Jadi bisa ditebak, antrean mobil itu memang hendak ke LM. Persis di bawah logo LM, petugas valeyyang jumlahnya tak lebih dari 10 orang itu tampak keteter me-layani tamu yang datang tak pernah henti. Kami naik lift menuju top roof bersama beberapa tamu lain. Mereka kebanyakan bermata sipit. Kalaupun ada wajah pri-bumi, paling-paling jumlahnya tidak seberapa. Beberapa sekuriti berbaju safari berjaga di pintu masuk. Tiap tamu mesti membeli cover chargesebesar Rp. 35 ribu. Suasana meriah. Logo LM dengan warna emas tampak menyala di bawah siraman lampu. Logo keemasan itu dipahat di tembok bercat cream dan di sisi kanan-kiri dihias patung. Ruangan LM layaknya gedung pertunjukan dengan balkon melingkar. Interiornya khas meditarian. Di beberapa sudut ruangan dihias dengan patung-patung besar. Salah satunya patung besar berbentuk kepala singa yang diletakkan di sudut kanan atas ruangan. Tangga naik ke lantai satu terbuat dari besi hitam dengan lantai warna cokelat semu hitam. Lampu-lampu berkilat warna-warni dalam ukuran besar menyorot ke seluruh ruangan. Sebelum berangkat, kami sudah janji dengan salah seorang eksekutif muda, sebut saja Ronald, 29 tahun, anak seorang pengusaha retail yang punya outlet hampir di seluruh Indonesia.
Kami sengaja memilih meja yang dekat dengan pintu masuk, sedikit menjauh dari area dance floor yang sesak oleh tamu dan musik yang meraungraung. Kurang dari lima belas menit, Ronald muncul di pintu masuk. Beberapa sekuriti tampak memberi salam hormat. Rupanya, bujangan yang doyan nongkrong di kafe dan mal itu selepas jam kerja itu cukup familiar di kalangan LM. Bersama Ronald, kami langsung menapaki tangga menuju lantai satu. Rupanya, ia sudah pesan ruangan VIP. Kami disambut langsung oleh manager floor dan langsung diantar ke ruangan. Ruangan VIP itu lebarnya tak lebih dari 10 X 10 meter persegi dilengkapi dengan kamar mandi, perlengkapan mejakursi dan dua buah televisi 24 inci. Ruangan VIP inilah, yang menjadi daya tarik LM, selain suguhan musik dan ekslusifnya interior dalam. Bagi para tripe mania, berada di area dance floormengikuti tiap bait irama yang merangsak masuk lewat telinga barangkali lebih menantang dan enjoy.Sebagian besar memang lebih suka berjejal di area dance floor. Namun, mereka yang suka privacy, disediakan ruangan khusus. Layaknya sebuah gedung pertunjukan, ruangan khusus itu berada persis di atas area dance floor. Begitu masuk, waiter wanita langsung memberi daftar menu makanan dan minuman. Tak lama setelah pesanan itu tersedia di meja, seorang wanita berblazer hitam muncul dengan sopan. " Apa lagi ini?" pikir kami. Ah, ternyata wanita itu seorang "mami". Ia menawarkan beberapa gadis yang bisa menemani kami selama di ruangan VIP. Ronald hanya mengangguk dan wanita itu pergi. Rupanya, Ronald termasuk istimewa makanya dengan anggukan saja, wanita itu sudah mafhum. Sambil menunggu, kami menikmati hidangan malam sea food khas masakan Cina dan mendengarkan lagu-lagu pop melankolis di layar televisi. Sementara di televisi yang satu lagi kami disuguhi tontonan fashion show langsung dari Paris.
0 0 0
Mandarin Girl.
Wanita itu datang membawa sepuluh wanita. Kami sedikit terkejut karena yang dibawa hampir berwajah Mandarin. Hanya tiga diantaranya yang berwajah khas Melayu. Mereka berdiri berjajar di depan sambil tersipu-sipu tapi tetap mengembang senyum. Ketika Mami memperkenalkan nama satu per satu, masing-masing meng-angguk. Beberapa diantaranya malah memberi senyum manis pada Ronald. Tampak sekali kalau mereka sudah saling kenal sebelumnya. Semua mengenakan busana serba hitam. Ada yang mengenakan rok mini dipadu dengan baju U Can See atau celana ketat dengan kaos dan jaket kulit.
Setengah bercanda, Ronald meminta kami memilih. Kami hanya tertawa dan menyerahkan semua urusan padanya. La berbisik pada wanita yang menjadi mami mereka. Lima orang segera keluar dari ruangan dan lima lainnya tinggal di tempat.
Kelima-limanya bermata sipit. Kami kaget juga ketika Ronald membookinglima orang, padahal kami hanya bertiga. Rupanya, dua temannya lagi akan menyusul. Ya, sudah jadilah kami mulai membuat pesta kecilkecilan. Bernyanyi, minum dan bercanda layaknya sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara.
Dua teman Ronald muncul juga. Keduanya
langsung bergabung dan memilih pasangan masing-masing. Tiga diantara gadis yang menemani kami malam itu bernama Carol (22), Aling (24) dan Icha (24), sebut saja begitu. Dua lainnya, kami tak begitu ingat.
Selama berada di ruang VIP, kami terlibat duduk satu sofa dengan Carol dan Aling. Sementara Ronald dan dua temannya asyik dengan pasangan mereka. Pesta kecilan-kecilan segera digelar. Dari nyanyi bareng sampai menenggak alkohol. Ekspresi kemanjaan, rayuan, yang semuanya penuh daya goda tump ah dari Icha Cs. Ya, apalagi yang mereka harapkan kalau tidak berusaha mendapat tipdalam jumlah besar.
Maklum, tarif per jam mereka untuk menemani tamu tak lebih dari Rp. 75 ribu. Darimana lagi mereka mengeruk uang kalau tidak dengan mengeluarkan rayuan maut disertai tingkah menggoda.
Beberapa percakapan kecil yang kami lakukan dengan Carol dan Aling rupanya sarat informasi. Terutama ihwal dominasi gadis Cina yang menjadi ladies-night LM. Kami jadi tahu kalau jumlah teman satu profesi mereka mencapai angka 100.
Penasaran, kami iseng-iseng mendekati Ronald dan menanyakan apakah di LM juga disediakan ruang display. Tapi dia menggelengkan kepala. Ia mengatakan, kalau ingin tahu lebih jauh soal LM terutama wanitanya, ia akan memanggil salah satu mami dari wanita-wanita itu.
Kami mengiyakan. Dan tak kurang dari lima menit, wanita yang tadi mengantar Carol dan Aling serta ketiga temannya datang. Kepada wanita itu, Ronald hanya mengatakan, kalau kami ingin melihat koleksi wanita LM dan pelayanan lain. Tampaknya, Ronald benar-benar member guest VIP. Terbukti, tanpa berkeberatan, wanita itu langsung mengiyakan.
Kami turun tangga menuju area dance floor. Jam sudah lewat pukul
00.00 WIB. Suasana makin riuh. Gemuruh musik ful house benar-benar memekakkan telinga. Kami terpaksa melewati kerumunan tamu yang berjubel di sana-sini. Setelah melewati bar, kami menemukan pintu masuk bertuliskan selain karyawan dilarang masuk.
Begitu terkuak, astaga, pemandangan yang tampak tak lain puluhan wanita dalam busana serba hitam. Ada yang asyik bercanda, tertawa. Ada juga yang menikmati sajian acara di layar televisi. Yang membuat kami terkejut, mereka banyak yang berwajah khas Mandarin. Tentu saja, wajah Melayu ada, tapi jumlahnya tidak begitu banyak. Dalam taksiran kami, saat itu sedikitnya ada 40 wanita. Sebagian besar memang sedang menjalankan tugas. Maklum, malam Minggu jadwal bokingan penuh.
Kami hanya bisa melihat mereka dari jarak sekitar 3 meter. Di dalam ruangan yang luasnya sekitar 12 X 12 meter persegi itu, memang tidak skat penghalang. Jadi pandangan dengan leluasa bisa mengamati gerak-gerik mereka. Kedatangan kami tentu saja dalam perkiraan mereka isti-mewa, karena tidak semua tamu bisa langsung memilih pasangannya dengan bertandang ke ruangan khusus itu.
Tentu saja kami tidak bisa berlama-lama berada dalam ruangan khusus itu. Aktifitas transaksi boking berjalan dari menit ke menit. Berulang kali kami berpapasan dengan beberapa orang mami yang mengantar anak didiknya. Sekali jalan, satu mami bisa membawa 4-5 orang.
Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke ruang VIP bersama Ronald Cs. Ruangan utama LM makin malam makin penuh sesak. Untuk berjalan saja, tamu mesti melewati kerumunan tamu. Mau tidak mau, terjadi adu gesek yang berkesinambungan antara tamu yang satu dengan tamu lain.
Pemandangan itu berjalan terus menerus. Pemandangan yang tampak malam itu tak ubahnya seperti pesta. Ratusan orang menggoyangkan kepala sekeras-kerasnya larut dalam musik. Pria wanita berbaur jadi satu. Bisa dibayangkan, ratusan manusia dalam keadaan fly, kebanyakan on karena ecstasy, sebagian lagi mabuk alkohol, menyatu dalam satu area dan berjoget bersama.
Masuk ke lorong di lantai satu, kami menemukan suasana yang berbeda. Sepanjang lorong, tampak beberapa tamu berjejer di pagar besi. Sementara di ruangan VIP yang penuh, terdengar suara-suara tamu pria wanita yang tengah berpesta. Untuk bisa menggunakan ruangan itu pada hari-hari weekend mesti reservasi sehari sebelumnya. Tidak heran, kalau malam itu semua kamar sudah terisi. Beberapa tamu, ada juga yang mengadu untung dengan boking di tempat. Artinya, ia menunggu tamu lain keluar hingga gilirannya tiba. Beberapa ruang khusus itu, mainstreampelayanan yang diberikan lebih spesial.
Ruang VIP sebelah kiri dan kanan rupanya puny a ciri pelayanan yang ber-beda. Ruang sebelah kiri yang langsung menghadap ke area dance floor menjadi ruang khusus untuk on kelas VIP. Tamu bisa langsung menyaksikan polah ribuan tamu yang berjoget di dance floor dari jendela yang dibiarkan terbuka. Musik housetak kalah menyentak terdengar.
Di ruang inipun, tamu bisa memilih pasangan wanita yang telah disediakan LM. Mereka juga bisa diajak untuk menik-mati surga gedhek ke
awang-awang bersamasama. Pemandangan yang kami saksikan selintas malam itu, memperlihat-kan semangat pesta pria wanita yang sudah terbelenggu obat-obat setan. Tak perlu rasanya kami ceritakan secara detail, bagaimana tamu pria yang memboking gadis-gadis bermata sipit berpesta pora. Sementara di ruang sebelah kanan, ruang VIP lebih difokuskan untuk tamu yang ingin bersantai dengan ditemai wanita cantik dan suguhan minuman yang memabukkan. Dan itulah yang dilakukan Ronald Cs. Begitu kami kembali ke ruangan mereka, aroma alkohol bercampur dengan polah tingkah yang menjurus ke adegan cinta kecil-kecilan berulang kali terjadi. Berulang kali kami menahan nafas menyaksikan polah Ronald Cs bersama tiga pasangan wanitanya. Sedikitnya terdapat tiga botol wine dan sebotol tequila serta dua botol Chivas Regal tergeletak di meja. Pantas saja, mereka sudah tak begitu sadar. Bait lagu yang mereka nyanyikan hanya sebagai pelengkap aksesoris pesta. Di banding Ronald Cs, ketiga wanita itu boleh dibilang masih cukup sadar. Maklum, tugas mereka selain mengeruk tips sebesarbesarnya juga sebisa mungkin membuat tamu spend-money untuk minuman. Carol dan Aling untungnya tidak begitu larut dengan kegilaan Ronald Cs dan pasangannya. Rupanya, mereka setia menunggu kedatangan kami kembali. Dan percakapan panjang menjadi kegiatan yang kami lakukan hingga menjelang subuh. Di sudut lain, terjadi aktivitas lain yang biasa dilakukan layaknya kekasih kalau tengah bertemu dan melepas rindu.
ServicePlus.
Dari percakapan kami dengan Carol dan Aling, kami mendapatkan banyak informasi. Wanita-wanita yang ada di LM pada prisipnya punya tugas yang tidak jauh beda dengan ladies night yang ada di tempat-tempat hiburan malam lain.
Selain melayani tamu bak raja semalam, mereka juga punya satu pelayanan khusus. Di SD yang lokasinya tidak begitu jauh dengan LM misalnya, di ruangan VIP selain fasilitas karaoke, tamu bisa mendapatkan pelayanan lain berupa transaksi cinta di tempat. Juga pelayanan tarian striptease live dari ladies night yang diboking. Semua wanitanya, menawarkan jasa pelepas dahaga malam yang sama. Atau di diskotek ME yang juga menyediakan ruangan VIP untuk berkaraoke. Para wanitanya selain menyuguhkan pelayanan istimewa tapi juga menawarkan paket pelesir ke tempat tidur. Tentu saja tidak dilakukan langsung di tempat, tapi dibawa keluar. Begitu juga dengan DG, kawasan Kota Tua dan KB, kawasan Sudir-man, yang wanitanya juga menyuguhkan tarian syahwat standar internasional.
Di LM lain lagi. Pelayanan striptis, tidak ada. Tapi, gadis-gadis LM siap menemani tamu on sampai pagi. Tidak hanya itu, kelebihan lainnya adalah mereka didominasi wajah-wajah sipit alias gadis Cina. Pelayanan seksual memang tidak diberikan langsung di tempat. Tapi bukan berarti mereka menolak ajakan plesir cinta di lain lokasi. Pada jam-jam kosong, mereka biasa menerima tawaran mar dari tamu-tamu LM.
Carol sendiri mengaku, kalau dalam seminggu ia hanya bekerja empat hari. Tiga hari lain, ia memilih stand-bydi kontrakannya di sebuah rusun semi apartemen di kawasan BC, Kota. Nah, selama hari off itu, akunya, ia biasa menerima tawaran lain yang sifatnya lebih khusus. "Kalau nggak menemani tamu dinner, paling-paling diajak pergi ke luar kota," akunya. Kebanyakan, tamu yang membokingngnya adalah memberguestLM. Beberapa tamu lain adalah pelanggan setia di mana dulu ia bekerja. Gadis yang mengaku sebagai WNI keturunan kelahiran Jakarta itu mengatakan, kalau profesi sebagai ladies-nightitu sudah cukup lama ia tekuni. Pada awalnya ia bekerja di pub-karaoke MJ sebagai singer. Bukan penyanyi dalam arti yang sebenarnya, tapi sebagai peneman tamu yang ingin bernyanyi di ruang karaoke. "Tapi belakangan tamunya makin sepi. Kebetulan ada tempat baru, aku pindah," ujarnya. Lama di MJ, gadis berambut lurus sebahu dengan kulit kuning langsat itu, mengaku hanya mau menemani tamu yang satu ras dengan darahnya. Kecuali ada tamu-tamu special yang menjanjikan lembaran lima puluh ribuan. Toh, lambat laun kebiasaan itu berubah lantaran tamu MJ yang datang amat beragam. Jumlah WNI keturunan dengan pribumi sebanding. Mau tidak mau, pada akhirnya ia menerima bokingan dari pria manapun. Setelah ia pindah ke LM, tamu setianya banyak juga yang menjumpainya. Meski dengan tarif yang sedikit mahal, tamutamunya itu seperti tidak ada masalah. Lantaran makin hari kebutuhan sehari-hari meningkat, ia mulai melayani order plus yang lebih menjanjikan uang banyak.
Namanya juga tamu. Permintaan dari mereka pun amat beragam. Menurut Carol, pelayanan yang diminta tamu terkadang banyak yang nyleneh. Tidak semua ingin berhubungan cinta, ada juga, katanya, yang hanya ingin ditemani makan malam. "Apa saja lah, yang penting duitnya jelas," sergahnya. Begitu juga dengan Aling. Dunia yang ia tekuni sekarang ini sudah tak asing lagi dengan kehidupan sehari-hari. Pasalnya, ia bersama keluarganya hidup di tengah kawasan yang dipenuhi aneka tempat hiburan yang menyuguhkan aneka pelayanan, dari yang biasa sampai luar biasa. Gadis yang bercita-cita jadi model itu terpaksa menjadi ladies-night karena kebutuhan keluarganya yang tinggal di kawasan Mabes, makin meningkat. Awalnya, ia hanya ikut teman-temannya yang sudah lama berkecimpung di dunia malam. Biasanya, teman-temannya yang sudah banyak mempunyai tamu langganan yang ingin ditemani pergi ke satu tempat. Dari ke diskotek, karaoke sampai bermain judi. Nah, dari merekalah, awal mula Aling mulai menjelajah kehidupan malam. Bukan apaapa, menemani orang berduit bermain judi atau pergi ke diskotek relatif lebih enak karena biasanya mereka tidak begitu me- musingkan urusan seks. Dan sejak pertama order itu datang, ia sudah mempertegas diri tidak melayani urusan yang satu itu.
Dari kerja sambilan itu, Aling mengaku mulai mendapat pendapatan lebih. Unsur uang jualah yang akhirnya membuat gadis bertinggi 169 cm itu memutuskan terjun secara profesional. Meski hanya tamatan sebuah SMU, toh pergaulan luas menjadikannya sosok matang, terutama dalam hal komunikasi. Terbukti, ia mudah bersosialisasi dengan tamu yang multi ras. Pertamakali ia bekerja di klub SR, Mabes. Statusnya seperti juga Carol sebagai ladyescortuntuk pria yang berkaraoke. Hampir dua tahun ia bekerja di SR, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk freelancedi beberapa tempat. Dua diantaranya, ME dan DG. Dengan freelance, ia lebih leluasa bergerak karena ia relatif sudah punya langganan tetap. "Kalau tamu ingin karaoke di satu tempat, biasanya telepon dulu. Terus, saya dijemput," tandasnya. Sampai akhirnya salah satu temannya mengajak bergabung di LM. Iming-iming tempat ekslusif dengan gaji yang lumayan besar, membuat Aling tergoda untuk menerima. Dan pada pertengahan 1999 lalu, ia resmi menjadi salah seorang lady-escortLM. Tentu saja Aling yang sekarang bukan sosok yang dulu. Sebagai profesional, ia mengatakan, siap memperlakukan tamu sebagai raja. Artinya, segala titah akan ia jalankan selama dalam tarap perjanjianbisnis yang jelas. Tentu saja, pelayanan yang diberikan di LM, sebatas menemani onatau tamu berkaraoke.
Di luar LM? Ia menerima order untuk pelayanan yang sifatnya sangat privat. Tapi itu pun tidak sembarang tamu, tapi tamu yang sudah ia kenal sebelumnya. Dan satu order yang pantang ia terima adalah menari striptis. "Saya terus terang nggak punya keberanian untuk yang satu itu. Yang lain sih, boleh-boleh saja asal bayaran cocok," kilahnya. Sementara kami terus bertukar cerita, Ronald Csmakin menggila. Entah sudah berapa gelas alkohol masuk ke perut mereka. Ketiga teman Carol dan Aling yang menemani mereka, nyaris kehilangan kontrol diri. Padahal, jam sudah menunjuk pukul 03.00 WIB dini hari. Toh, musik masih saja meraung di LM. Dan tamu-tamu sudah bermandikan keringat dingin. Pria dan wanita sama-sama basah dan kehilangan kendali. Ah, terkadang kami juga bingung apa yang sebenarnya mereka cari? Kesenangan semu yang tiada ujung pangkalnya. Namun itu menjadi santapan sehari-hari hiburan malam di Jakarta yang nyaris tiada pernah sepi dengan pengunjung yang kesepian. Entah sepi dari apa? Kami juga tak mengerti. ?[]
16
Seks Midnite
Gadis2 Burespang
Seks Midnite
Gadis2 Burespang
Sebagian pramusaji bar-karaoke bekerja dobel sebagai penjaja cinta profesional. Modus operandinya dilakukan usai jam kerja. Istilah ngetopnya Burespang. Ada juga Burescin dan Bureskor. Target utamanya, berburu Dollar!
Selepas pukul 01.00 WIB dini hari, awasan Melawai di wilayah Jakarta Selatan, ramai bak pasar malam. Puluhan taksi antri panjang menunggu penumpang, sementara mobil-mobil pribadi hilir mudik silih berganti keluar masuk pelataran parkir. Ada juga mobil-mobil jemputan yang standby menunggu di luar. Kawasan yang terkenal dengan tempat-tempat hiburan alam, terutama restoran plus karaoke khas Jepang, Cina dan Korea itu berhias bakperawan malam. Suara-suara manja beberapa gadis berbusana ketat terdengar di malam dini. Dari pintu klub DS, muncul tiga gadis cantik bersamaan. Mereka adalah Dona (24), Risca (23) dan Yanti (23), sebut saja begitu. Aha, ereka rata-rata berpenam-pilan seksi. Dona mengenakan rok mini dengan baju belahan di dada menonjol. Risca membalut betisnya dengan celana jins dan kaos bertali satu yang memperlihatkan perut dan pusar. Sementara Yanti mem-bungkus tubuhnya dengan kemben dan celana ketat. Sementar rambutnya dibiar-kan terurai jatuh menutup bahunya. Tentu saja mereka bukan remaja ABG yang baru saja dari kafe-kafe gaul. Atau sejumlah anak-anak gaul yang baru saja berajojing ria di lantai disko. Tidak sama sekali!. Mereka tak lain adalah gadis pramusaji yang saban malam menemani tamu di pub-karaoke. Tawa renyah menyembul. Tiga pria, rupanya sudah menunggu mereka di dalam mobil. "Hallo?Kita langsung cabut saja ya?" Dona menjatuh diri di kursi mobil. Aneka mobil yang menjejali area parkirdi kawasan Melawai itu amat beragam. Dari kelas mini bus sampai mobil mewah.Selain Dona, Risca dan Yanti, tampak juga puluhan gadis yang baru saja pulang kerja. Sebagian ada yang langsung masuk ke mobil jemputan, sebagian lagi tampak asyik bercengkrama di luar sambil menikmati aneka makanan yang ditawarkan penjaja kaki lima yang tersebar hampir di tiap sudut jalan. Mobil-mobil lain banyak juga yang hilir mudik. Penumpangnya rata-rata lelaki. Sorot mata mereka menebar pandangan. an ketika berpapasan dengan gadis-gadis cantik, terdengar suara tawaran mengajak. Ada juga yang keluar pub-karaoke dengan pasangannya dan langsung menuju mobil pribadi.
Burespang &B
Bureskor.
Suasana pagi
dini hari itu adalah gambaran sekilas tentang Burespang, kepanjangan bubaran restoran Jepang. Entah darimana istilah itu.
Yang jelas, sebutan itu menjadi bahasa baku
bagi kaum laki-laki yang hendak mencoba berpetualang di waktu malam mencari gadis-gadis cantik.
Gadis-gadis cantik itu tentu saja berasal dari pub-karaoke. Bagi laki-laki petualang, gadis-gadis itu sudah tak asing kebanyakan punya profesi ganda. Pertama, ya sebagai lady-escortatau pramusaji restoran-karaoke.
Kedua, sebagai wanita yang siap menerima transaksi seksual. Selama jam kerja, mereka bertugas melayani tamu yang datang dari belahan penjuru negara di Asia. Dari Jepang, Korea, Taiwan sampai Cina. Tentu saja, laki-laki pribumi pun tak ketinggalan menjadi tamu setia. Tugas utama mereka sebenarnya, hanya melayani tamu di sofa dan membuat mereka spend-money untuk minuman sebanyak-banyak.
Selama menemani, mereka diperbolehkan untuk ikut makan dan minum selama dalam batas kewajaran. Artinya, jangan sampai ikutan mabuk bersama tamu. Di kawasan Melawai dan Mangga Be-sar, mereka ini usai restoran tutup biasanya telah siap menunggu antrean mobil-mobil dari berbagai merek yang para lelaki di dalamnya siap mengajak mereka berkelana ke negeri passion. Para lelaki petualang itu punya bahasa slank yang memudahkan komunikasi di Seks Midnite Gadis2 Burespang antara sesama 'penderma' Dollar. Kalau Anda tahu apa itu 'Burespang' dan 'Bureskor', berarti Anda sudah terbiasa mengajak gadis-gadis yang sore harinya bekerja sebagai waiter di restoran. Burespang adalah Bubaran Restoran Jepang, sedangkan Bureskor adalah Bubaran Restoran Korea. Nah kalau Burescin adalah Bubaran Restoran Cina. Artinya, Burespang adalah gadis-gadis pramusaji dari restoran Jepang yang setelah usai kerja masih nyambi kerja badaniah lainnya. Berbeda dengan para wanita pekerja seksual 'asli' —yang pekerjaan profesionalnya memang menjajakan pelayanan seksual— para waiter ini bolehlah disebut amatiran atau tepatnya pekerja paruh waktu alias part timer. Maksudnya, tidak setiap malam mereka mencari atau bersedia memberi pelayanan ekstra itu. Karena itu, mencari cewek Burespang atau Bureskor tidak semudah mencari pekerja seks profesional yang full-timeryang setiap saat bisa diajak kencan semalam. Tidak setiap gadis yang keluar dari restokaraoke Jepang bisa diajak kencan. Pasalnya, dalam hal memilih pasangan, mereka selektif. Mereka tidak sembarang memilih tamu. Biasanya, mereka lebih suka tamu yang sudah dikenal dan akrab, lagi-pula sudah jadi member.
Bagi Dona, menjalani profesi sebagai waiter di pub-resto Jepang lebih gampang menjaring uang daripada di restoran biasa. Ini dirasakan benar oleh gadis yang merantau jauh dari Palembang itu. Menurutnya, ia pernah bekerja sebagai di resto-kafe. Pendapatan sebulan dari gaji plus tip tamu, akunya, tidak sampai Rp. 1 juta. "Padahal, duit segitu di Jakarta apalah artinya," ceplos gadis yang gemar dengan baju-baju seksi itu. Nah, begitu ia bekerja di pub DS, ia mendapatkan uang lebih besar. DS yang saban malam selalu dipenuhi pria-pria ekspatriat dari Jepang, Korea dan Cina itu memang menjanjikan rezeki berlimpah. Menurutnya, tipsyang diberikan tamu, jauh dari gaji per bulan. "Pinter-pinternya kita aja merayu tamu," ungkapnya. Keuntungan ganda sering didapat di DS. Masalahnya, makin besar tamu mengeluar- kan uang untuk makan dan minum, bonus yang diterimanya juga makin besar. "Tipstidak masuk hitungan kasir. Langsung masuk kantong pribadi dong, masak masuk "kantong" yang lain," kilahnya, setengah bercanda. Bagaimana dengan transaksi seks? Ia mengakui, tuntutan itu selalu ada. Tapi, ia tidak mesti menuruti keinginan semua tamu. Artinya, ia punya beberapa pertimbangan. Ujung-ujungnya sih ke duit juga. "Kalau mau bayar US$100-200, biar jelek, ya masak ditolak," aku gadis berdada besar ini. Namun ranjang memang bukan segalagalanya.
Dengan sedikit berargumen ia mengatakan, transaksi cinta baru ia akan lakukan kalau kebutuhan hidup makin meningkat. "Ya nggak harus ranjang melulu. Toh, di karaoke kalau kita pinter, dapatnya gede juga," tandasnya. Lain lagi dengan Risca. Gadis kelahiran Jakarta, 24 tahun itu, termasuk primadona di MJ, pub-karaoke di Melawai. Meski tidak terlalu tinggi, hanya 162 cm, tapi ia memiliki tubuh seksi dan wajah yang selintas mirip Cina keturunan. Karuan saja, Risca punya member-guestyang lumayan banyak. "Kebanyakan dari Korea dan Jepang," ungkapnya. Dengan terus terang ia mengakui, selama menjalani tugas sebagai lady escort yang tugasnya tak ubahnya seperti pramusaji, tak jarang ia juga sering menerima jobluar. Artinya, setelah jam kerja ia siap menerima ajakan kencan. "Asal sesuai permintaan kenapa tidak?" sergahnya, menantang. Punya wajah cantik cukup menguntungkan Risca. Terbukti tak jarang ia diajak tamunya ikut bepergian ke luar negeri. Baru-baru ini saja misalnya, ia diajak ke Singapura selama tiga minggu. Dan selama tu, ia dibayar per hari sesuai dengan tarif yang ia minta. "Satu hari saya minta US$100. Ya, itungitung hasil semalam kalau bekerja di MJ," akunya. Di MJ sendiri statusnya hanya freelancer. Jadi, ia tidak mesti masuk tiap hari. Di MJ, dia dibawahi seorang mami, yang mengontrol jam kerja dan operasinya sehari-hari. "Seenaknya saja. Kecuali kalau memang sudah ada yang boking, jadi mesti datang. Jaga langganan," tukas gadis berambut pendek ini.
ooo
Pemburu Dollar.
Semua orang sudah paham kalau restoran adalah tempat makan dan minum. Karaoke adalah tempat bernyanyi sambil nonton teve. Tetapi kalau resto dan karaoke digabung —apalagi kalau itu adalah resto-karaoke Jepang, Korea atau Cina— konotasinya bisa ber-beda. Tidak
hanya makan, minum dan ber-nyanyi, tapi dalam prakteknya juga bisa memperoleh jasa berlebih. Pelayanan seksual. Namanya juga bisnis, restoran tentu tak bisa hidup tanpa pelayan. Tetapi restokaraoke Jepang, Korea, Cina ini, benarbenar akan ditinggalkan pelanggan kalau tak menyediakan waitress-plus.Dan boleh jadi, omset yang diraup oleh para waiterini tak kalah tingginya dengan yang resmi didapat pihak restoran. Keberadaan mereka boleh jadi masuk dalam kategori 'prostitusi' terselubung. Resminya, mereka ini tugasnya hanya menemani tamu sitting,tak hanya menemani ngobrol tapi juga 'merayu' untuk terus menerus minum. Yang tidak resmi, ya pelayanan seksual itu tadi.
Aktivitas resto-karaoke ini mulai marak dan sejak pukul 21.00 WIB. Sementara para waiteritu sendiri sudah mulai masuk kerja pukul 19.00. Waktu bekerja di resto Jepang, Korea dan Cina ini, memang berbeda dengan waktu kerja restoran biasa yang sejak sore sudah buka.
Status para 'waiter plus' ini tidak selalu terdaftar sebagai pegawai atau karyawan restoran. Antara waiter yang terdaftar di Depnaker dan yang riil bekerja di restoran tersebut bisa berbeda jauh jumlahnya. Kebanyakan freelancer. Seperti Yanti, ia Cuma mendaftar kepada manajer resto. Setelah sedikit petunjuk, ia langsung menjalani pekerjaan. Kalau ia merasa oke, selanjutnya bisa terus menerus 'bekerja' di resto tersebut. Hebatnya, di tengah krisis yang sampai saat ini belum juga berakhir, penghasilan mereka tidak berkurang. Bahkan meningkat, akibat perbedaan nilai kurs. Maklum, sebagian besar pendapatan mereka memang dalam Dollar atau mata uang asing lainnya, terutama Yen dan Won. Bagai-mana tidak kalau mayoritas tamu mereka adalah pengusaha asal negara-negara Timur Jauh atau ekspatriat lainnya. Sekali-sekali, seperti biasa, dapat rombongan pelaut dari negerinegeri Macan Baru Asia itu. Peredaran Dollar di beberapa restokaraoke sangat deras. Chaca (24), waiter resto-karaoke Korea MSK di kawasan Melawai misalnya, yang tinggal di sekitar Depok, dari profesinya sudah bisa membeli rumah, tanah, sampai mobil pribadi. Yanti malah ke mana-mana menggenggam ponsel genggam dan pulang pergi diantar supir. Uang yang dikeruknya dalam semalam bisa ratusan Dollar. Kalau pun uang itu diberikan dalam bentuk Rupiah, jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Beberapa waiter-plusmenyebutkan, penghasilan mereka lebih dari cukup. Adek (20), waitress di resto Jepang LL, penghasilannya memang naik turun, tidak sama setiap malam. "Karena duit itu diperoleh dari besarnya tips yang diberikan tamu," tandasnya. Lajang yang tinggal di kawasan Slipi ini menyebutkan, tugas intinya hanya menemani tamu dan membuatnya minum sebanyak-banyaknya. Dan selama bekerja, akunya, ia kerap kali mendapatkan tipsdollar.
"Rata-rata sih US$50-100. Pernah sih ada yang ngasih sampai US$300," jawabnya. US$100 saja kalau dikurskan dengan Rp. 10.000, ya Rp. 1 juta," jelasnya. Apa yang dikatakan Adek, tidak beda dengan keterangan Ivon (25), teman kerjanya. Janda beranak satu yang masih sintal ini mengaku rata-rata uang tipyang masuk ke dompetnya sebesar Rp. 200-500 ribu. "Ya beberapa kali pernah dapat di atas Rp. 500 ribu," sambungnya sambil tersenyum manja. Ehm! Dan kata Ivon, jumlah itu biasanya diberikan oleh tamu reguler yang sudah akrab. "Duitnya lebih sering Dollar. Yen, Wong, jarang-jarang. Kalau seperti sekarang, ya untung gede juga," tambahnya, lagi-lagi sambil tertawa dan mencubit Di resto-karaoke HL di Ancol, menurut penuturan Susi (21), peredaran uang di sini lebih besar. Dalam semalam ia bisa menemani tiga sampai lima tamu. Rata-rata tipDollar yang ia terima antara US$100-200 Dollar. "Ya, pinter-pinter aja nyenengin tamunya," akunya blak-blakan. Jadi, sebatas menemani makan-minum tamu di resto?
"Ya, tidak!" aku Eka (19), waiter di resto Korea MJ, kawasan Melawai, yang menjadi teman seprofesi, Risca. Menurut penuturan Eka, pekerjaan pokoknya memang menemani tamu di dalam resto. Tapi setelah itu, ya terserah perjanjian antara kedua belah pihak. "Kalau bayarannya gede, kenapa tidak?" tukasnya.
T'op Three. Kalau Anda termasuk kebanjiran dolar dan ingin 'berderma' kepada para wanita yang serba seksi dan bahenol, ke mana harus mencari mereka? Paling gampang adalah menuju restoran plus karaoke. Di mana saja lokasi restoran yang menyediakan full serviceini? Paling tidak ada tiga lokasi utama yang saban hari tak pernah sepi dari serbuan para lelaki ekspatriat teman-teman anda. Kawasan Kemang? Bukan. Kemang boleh menjamur dengan kafekafenya, bahkan diklaim sebagai gudangnya ekspatriat (baca: barat). Tetapi Kemang tidak banyak menjanjikan pelayanan istimewa. Apalagi yang disebut istimewa itu kalau bukan wanita pramuseks. Yang paling terkenal di kawasan Selatan tentu saja kawasan Melawai atau Blok M, kemudian ada di Mangga Besar (Kota) dan yang paling ujung, ke kawasan Ancol. Aktivitas kawasan Melawai ketika malam dan siang, sangat jauh berbeda. Di siang hari, Melawai dipenuhi pedagang yang menjual aneka ragam produk. Tetapi ketika bulan merangkul bumi, Melawai terasa lebih bergairah dan meriah. Tak kurang dari sepuluh restoran-karaoke yang di dalamnya dipenuhi wanita pekerja seksual. Beberapa terletak dekat toserba Golden Truly. Yang lainnya tersebar di dekat bekas diskotik sepatu roda, atau bersebelahan dengan Bank BCA.
Siang hari, sebagian besar resto ini cuma buka beberapa jam di sekitar waktu lunch. Setelah itu tutup sampai maghrib. Menjelang pukul 19.00 WIB pun, baru satu-dua tamu datang. Akan tetapi di akhir waktu dinner, tamu malah ramai datang berbarengan. Sambil supper, mereka ditemani 'pelayan restoran' sambil berkaraoke ria. Ajaibnya, meski berstatus waiter, namun mereka bisa saja meninggalkan restoran untuk pergi bersama tamu, entah ke mana. Atau menghabiskan malam dan dini hari di restokaraoke, lalu begitu resto tutup, waiter itu bertandang ke tempat tertentu bersama tamu yang sedari tadi ditemaninya. Dari sisi fisik, sebagian resto-karaoke ini tak ubahnya restoran biasa. Malah ada yang bangunannya seperti ruko. Akan tetapi sebagian yang lain serba gelap, tak mirip sama sekali dengan restoran yang biasanya serba terbuka. Bukan hanya ber-kaca gelap, tapi pintu pun selalu tertutup. Seakanakan tidak menerima tamu. Satu-satunya penanda bahwa itu adalah resto adalah pengumuman dalam bahasa Jepang atau Korea. Interior resto-karaoke ini umumnya agak belepotan. Tidak seperti umumnya kafe yang konsep tata-ruangnya jelas dan tunggal, resto-karaoke ini biasanya serba gado-gado atau norak. Sedangkan restokaraoke yang kebanyakan menerima tamu asal Jepang, Korea, Hongkong dan Taiwan, biasanya memajang pernik-pernik khas kultur Jepang atau Cina, seperti lukisan vertikal serba bambu. Lucunya, meski di depan kelihatan sebagai resto Jepang atau Korea, hiasannya berkultur Cina.
Karakter resto-karaoke yang serba gelap dan semi tertutup ini juga menjamur pula di kawasan Mangga Besar. Kadang-kadang, ada penanda lain yang menggam-pangkan anda untuk menuding apakah resto-karaoke itu menyediakan wanita pekerja seksual atau tidak. Satu-dua resto tersebut memasang pengumuman di depan pintu masuk. Biasanya dalam bahasa Inggris, disertai bahasa Jepang atau Mandarin. "You must be over 21 years!" Ketertutupan resto-karaoke ini juga sudah jamak di kawasan Ancol. Hanya saja, biasa-nya tulisan karaoke yang terpampang di dinding luar, sengaja dibuat dari lampu neon berwarna cemerlang yang terus menerus berkedap-kedip sepanjang malam hingga dini hari. Berbeda dengan tiga tempat tersebut, resto-karaoke di kawasan Pluit jauh lebih terbuka. Siang hari, biasanya mereka juga buka seperti biasa dan dengan pengunjung yang tak kalah ramainya. Kadang-kadang, resto-karaoke ini, di siang hari, malah menjadi tempat makan sekeluarga. Beberapa resto malah menjadi favorit, karena hidangannya memang enak. Kebanyakan restokaraoke di Pluit ini untuk mereka yang berbahasa mandarin, entah memang ekspatriat atau pengusaha asal Taiwan, Hongkong, Makao, Cina atau ya pengusaha yang tinggal sekitar Pluit sendiri. Restokaraoke ini ada yang sengaja membatasi jam beroperasinya. Bagaikan jam malam. Tetapi, kalau hasrat sudah menggenang, jam malam pun diterabas. Ya kan?[]
17
"Tukar Kelamin"
Party Of The Year
"Tukar Kelamin"
Party Of The Year
Vesta masygul kaum gay di kalangan jetset. Berdandan ala bintang sensual Hollywood dengan hadiah berlibur ke Hawai. Penyelenggaranya justeru wanita terhormat dari keluarga kaya raya.
Sebenarnya pesta kaum gay sudah beberapa kali kami lihat dan saksikan. Di diskotek di Jl MG, Jakarta Barat atau kafe LJ di Jakarta Selatan, secara rutin, walau-pun tanpa publikasi, pesta para laki-laki 'kemayu' itu berlangsung meriah. Disitulah, para lelaki homoseksual bertemu dan mencari pasangan. Di kafe LJ malah ada keunikan sendiri. Karena ternyata, pengunjung wanita tak kalah membludak dibanding laki-laki gay.
Tapi kali ini, pesta sejenis justru diselenggarakan di rumah pribadi. Dan pemiliknya kami kenal sebagai wanita normal dan terhormat. Ny Erika (31), nama disamarkan, yang bergerak di ladang bisnis garmen dan mempunya beberapa butik elit di Jakarta. Suaminya, Bagus (39), seorang pengusaha dari kalangan pria keturunan yang membidangi bisnis ekspor-impor orderdil mobil. Punya wajah lumayan ganteng dan termasuk pria normal.
"Ini pesta khusus dan terbatas, Gay Night Party 2002," ujar Erika ketika kami konfirmasi-kan lewat telepon.
Tukar Kelamin. Malam Sabtu, pukul 22.00 WIB, kami berada di Jl. DL, daerah pemukiman elit di kawasan GT. Tak jauh dari sini, terdapat sebuah rumah bergaya Romawi yang dikelilingi tembok setinggi 4 meter dan pintu gerbang kayu dengan ukiran gambar naga. Ruang tamu seluas 9 X 9 meter persegi disulap menjadi ballroom. Ada sekitar 20 tamu sudah berkumpul di bawah siraman lampu yang cukup terang. Tapi yang menarik, tamu wanita berdandan laki, sedangkan laki-laki berdandan wanita. Kalau saja mereka hanya kaum gay, boleh jadi lumrah. Tapi, Ny Erika, hampir tak kami kenali. Malam itu, wanita yang di-kenal di kalangan selebritis sampai ibu-ibu pejabat itu tampil dengan busana khas laki-laki. Kemeja putih dipadu celana hitam dengan topi Charlie Caplin di kepala. Kumis tipis palsu menghias di atas bibirnya yang tanpa polesan lipstick.
Tangan kanan mencengkeram sebilah tongkat, sementara tangan kiri memegang cerutu. Sedangkan suaminya, Bagus mengenakan kemben putih dengan kain melilit di sepanjang kaki. Bibirnya disepuh lipstick merah. Begitu juga dengan sejumlah tamu lain. "Malam ini kita 'tukar kelamin', he he," celetuk Erika. "Kalau mau ikut, ada baju di kamar." Kami menggelegak. Inikah rupanya keunikan pesta ini. Tapi unik apanya? Di garden terrace memang sedikitnya ada 12 tamu wanita. Ah, bukan wanita murni. Mereka pria berbadan atletis tapi gaya bicaranya lemah gemulai. Semua berdandan layaknya wanita. Dan mereka pun mengenakan busana wanita yang serba gemerlap. Ada juga sedikitnya 5 orang wanita betulan berdandan lakilaki. Di antara sekian tamu undangan, kami tertarik dengan tiga tamu yang mengenakan busana khas bintang Hollywood.
Erika mengenalkan tiga tamu sebagai Jojo (24), Raymond (26), Priambudi (29) dan Anton (25). Keempat pria itu di dunia model cukup populer. Jojo kerap muncul dalam beberapa peragaan fashion. Pria berkulit putih dan dalam kesehariannya selalu tampil trendyadalah salah satu mantan peraih predikat cover boypada 1998. Namun sudah menjadi rahasia umum, kalau Jojo bukan pria yang punya perilaku seks normal. Ia termasuk kelompok pria gay. Gosip yang beredar tentang hubungan cintanya dengan salah seorang desainer terkenal, kerap menjadi perbincangan media masa maupun kalangan model. Dalam suatu kesempatan, sebelum pesta dimulai, Jojo sempat 'curhat' pada kami ihwal hubungannya dengan desiner terkenal itu. Katanya, ia lagi sedih lantaran hubungannya sudah tidak harmonis lagi. Bahkan terakhir, hubungan itu bubar. "Cowok gue kepelet sama lekong Blok M," ungkapnya kesal. Gara-gara 'lekong (baca=pria) itulah, lanjut Jojo, hubungannya berantakan.
"Padahal, dibanding gue, dia tidak ada apa-apanya. Makanya, kalau gue bilang, lekong gue kena pelet," tandasnya penuh percaya diri. Sementara Priambudi sendiri selama kurang lebih tiga tahun menjadi asisten seorang desainer kenamaan. Pria berkulit hitam sawo matang dan berbadan atletis itu kini punya bisnis sendiri. Katanya, ia sudah hengkang dari 'bos'nya dan memilih berjalan sendiri. "Sudah satu tahun ini, aku di Afrika," akunya. Di negara itu, ujarnya, ia sibuk membuat acara fashion kelas internasional.
"Bulan-bulan ini, aku lagi mempersiapkan/fashion kelas dunia. Nelson Mandela sendiri yang minta. Sekarang aku lagi liburan di Indonesia," ungkapnya meyakinkan. Berbeda dengan Priambudi dan Anton. Pria keturunan itu, memang bukan model. Tapi dalam kesehariannya, mereka bergaul dengan beberapa pria model. Jojo dan Raymond adalah dua diantara teman-teman terdekatnya. Mereka dalam ke-sehariannya tetap berperilaku seperti laki-laki kebanyakan. Siapa sangka kalau dalam kehidupan yang sebenarnya, mereka adalah pria yang suka sesama jenis. Kalau diamati sekilas, badan mereka tegap dan berisi. Tidak tampak citra 'gemulai' layak-nya wanita. Wajah tampan dan selalu ber-usaha tampil prima. Yang membedakan barangkali dari cara mereka berbicara yang kadangkadang begitu terdengar lembut dan gemulai. Apalagi kalau pembicaraan itu terjadi antara 'gank'mereka. Tapi malam itu, mereka berubah menjadi wanita. Yang berjenis kelamin pria menjadi wanita, sementara wanitanya menjadi pria. Jojo, Raymond dan Priambudi malah tampak seperti wanita betulan. Gaya dan penampilan mereka dalam keseharian yang memang lebih banyak mencerminkan jiwa kewanitaannya, makin lengkap begitu tubuhnya terbungkus gaun-gaun pesta. Sementara beberapa wanita yang berdandan ala pria, tak kalah hebohnya. Mereka berkumpul di ruang tamu yang sudah disulap menjadi mini ba -roomdi bawah siraman lampu terang.
Kontes Hollywood.
Pesta dimulai dengan dinner yang dilanjutkan dengan acara pembukaan botol white wine,red winedan beragam jenis minuman beralkohol lain. Dengan diiringi musikmusik berirama RnB dan Classic Disco, mereka mulai menenggak minuman sampai tidak ada sisa botol yang tersisa.
"Minum dulu yang banyak biar tambah pede," ceplos Jojo. Erika dan suaminya yang bertindak sebagai tuan rumah, dengan ramah mempersilakan tamu sekaligus temantemannya itu untuk menikmati aneka suguhan yang dihidangkan.
Selang sepuluh menit kemudian, dari arah pintu masuk muncul dua pasang priawanita. Erika memperkenalkan mereka sebagai adik-adiknya. Sama seperti dandanan Erika dan suaminya, dua pasangan itu berdandan terbalik. Si wanita mengenakan baju pria, sementara prianya dengan baju wanita. Mereka segera disambut tamutamu undangan lain dengan tawa meriah. Acara dinner plus minum-minum berlangsung sekitar satu jam. Mendekati pukul 23.00 WIB, Erika mengundang semua kontestan untuk berkumpul di ruang tamu.
Begitu terkumpul, kami menyaksikan pemandangan yang lain dari biasanya. Bayangan pertama kami selintas lalu ingat akanbeberapa 'pria punya selera' yang saban malam kerap menjajakan diri di ka-wasan Taman Lawang. Tapi, sama sekali mereka yang di sini tampil beda. Baju yang mereka kenakan rata-rata bermerek. Jojo mengenakan busana khas Solo. Kain melilit dengan kebaya, sementara di kepala ada gelungan dengan hiasan bunga melati layaknya puteri keraton. Bibirnya disepuh lisptick merah. Tangannya memegang sebuah kipas bermotif bunga-bunga.
Di sudut lain tampak Raymond dengan busana ala Madona dalam film In The BedWith Madonna.Seksi karena ada beberapa bagian tubuh yang terbuka lebar. Priambudi berubah dengan dandanan ala penyanyi Cher. Gaun yang dikenakan ber-warna hitam lengkap dengan asesoris bulu panjang dan belahan lebar di punggung. Yang paling berani adalah Anton. Ia hanya mengenakan baju bikini serba hitam seperti yang dikenakan Demi More dalam film Striptease. Kulit kuning langsatnya tampak bersih tanpa cacat. Rambutnya dicat pirang dengan polesan lipstick hitam di bibir. Tamu-tamu undangan lain tak kalah beraninya. Ada yang berdandan persis Broke Shield. Seorang pria berkulit hitam yang berdiri tak jauh dari Jojo malah nekad meniru dandanan model Pamela Anderson dalam serial VIP. Entah bagaimana caranya, dua payudara pria itu tampak begitu menonjol di belahan baju warna pink yang ia kenakan. Suami Erika dan dua adik istrinya yang merubah kelamin menjadi wanita, tampak masih malu-malu.
Erika sendiri bersama dua adiknya, ikut bergabung bersama kontestan. Kontes terbagi menjadi dua. Pertama, mereka yang memilih untuk mengikuti lomba catwalk dan kedua, mereka yang lebih suka lipsing dengan membawakan lagu pilihan. Sebelum kontes dimulai, Erika lebih dahulu mengumumkan tiga juri yang akan menilai. Hadiah utama yang di-perebutkan malam itu adalah berlibur selama satu minggu ke Hawai. Bertepatan dengan jarum jam menunjuk pukul 23.15 WIB lomba catwalk dimulai. Mula-mula seluruh kontestan naik ke lantai satu. Lampu tetap dibiarkan menyala terang. Selang beberapa menit kemudian, satu per satu sekitar 12 kontestan mulai menuruni anak tangga dengan gaya dan aksi. Lagulagu populer seperti Mambo No.5 Bailamos, If You Had May Love, No Scrub dan Genie In The Bottle menjadi pengiring selama catwalk.
Menyaksikan mereka berjalan, tak ubahnya seperti menonton fashion show betulan. Jojo yang memang berprofesi sebagai model, dengan manisnya menggerakkan kaki, menari, melenggok dengan indah. Kipas di tangannya sesekali mengudara bergerak dinamis. Begitu juga dengan kontestankontestan yang lain. Dua adik Erika bersama suaminya, ikut dalam sesi pertama ini. Dengan sedikit malu-malu, mereka berusaha tampil maksimal. Tentu saja mereka hanya sebagai peserta pe-lengkap. Aksi mereka yang tak lebih dari 2 menit itu, menjadi 'lawakan' segar. Sesi kedua menjadi kontes yang paling heboh. Kali ini, pertunjukan dengan cara one man show. Mula-mula, Raymond tampil dengan diiringi lagu Take A Bowmilik Madonna. Dengan tarian erotis, Raymond mengekspresikan gaya dan aksi Madonna ketika di atas panggung. Genit, liar dan berani. Menjelang akhir lagu, Raymond mulai mempreteli satu per satu baju yang melekat di badannya hingga tinggal bra dan celana dalam yang tersisa. Tamu yang datang bersorak histeris menyaksikan ulah Raymond. Tak kalah beraninya adalah aksi Priambudi. Dengan dandanan ala Cher, ia beraksi dan berakting dengan menyanyikan lagu Believe.Belahan menganga di punggung Priambudi tampak mengalir keringat. Aksesoris bulu yang melingkar di sekujur tubuhnya, dikipas ke kanan ke kiri.
Bulubulu itu sebagian rontok dan beter-bangan di lantai marmer. Untuk membuat aksinya makin panas, ia membubuhi goyangannya dengan gerakan ala striptis yang vulgar. Tamu yang memenuhi ruang tamu berulang kali bersorak memberikan applaus panjang. Di tengah sorak yang menggema, Jojo maju ke tengah mendekati Priambudi sambil membawa segelas white wine. Dengan senyum cerah ia menyambut segela white wine itu dan meneguknya separuh. Dengan gelas di tangan, ia menuang sisanya ke beberapa bagian tubuhnya. Keringat dan wine bercampur jadi satu. Para tamu yang datang hanya membelakkan mata disertai tawa menyaksikan ulah Priambudi. Aksi Anton menjadi klimaks dari pesta gay itu.
Dengan iringan lagu house-music, ia menari dengan gerakan dan liukan striptis. Badannya yang hanya dibalut bikini, tak ubahnya seperti penari-penari profe-sional yang bisa menyuguhkan 'tarian syahwat' di beberapa tempat hiburan 'mesum' di Jakarta. Dari balik bra yang dikenakan, ia mengeluarkan sebungkus cairan. Dengan perlahan dan gerakan genit, ia mulai mengoleskan carian minyak itu ke seluruh tubuh. Sesekali, tangannya dengan genit menarik celana mini yang membungkus auratnya. Tapi hanya sepa-ruh, pada gerakan berikut, ia kembali menarik celana mini itu pada posisi semula. Dan dengan berani, ia mendekati beberapa tamu, berjoget vulgar. Selama hampir sepuluh menit, Anton membuat tamu undangan lain, tak tahan untuk tidak berteriak. Beberapa tamu di antaranya, sampai terbengongbengong.
Erica yang berkumpul bersama saudara-saudaranya, tak ada hentihenti tertawa lepas. Persis menginjak pukul 00.00 WIB, Erica meminta semua kontestan untuk berhenti beraktifitas. Mereka berkumpul membentuk lingkaran. Dipimpin Raymond, mereka berdoa di penghujung tahun 2001. "Meski hari ini, kita berdandan seperti ini, tapi kami yakin, Tuhan tidak melihat penam-pilan saja, tapi hati kita. Semoga kita bisa lebih bahagia dan sukses di tahun 2002." Begitulah garis besar doa yang mereka panjatkan. Suasana haru itu tak berlangsung lama. Berikutnya, musik dan tawa meledak. Meski kontes telah usai dan tinggal menanti saat pengumuman pemenang, musik terus saja diputar dan semua tamu bergoyang. Pada saat itulah, dari arah pintu masuk, muncul penyanyi wanita kenamaan MA, yang sempat menelorkan lagu hitjenis pop di tahun 1998. Kehadiran MA disambut beberapa tamu kontestan. Rupanya, MA juga tak asing dengan Jojo, Raymond dan Anton. Ia pun segera ikut bergabung di tengah kerumunan tamu yang berubah 'kelamin' itu. Satu- satunya yang tidak merubah diri, ya MA. Maklum, katanya ia baru saja menyanyi di salah satu 'kafe' di Jakarta, jadi terpaksa ia masih mengenakan gaun pentas. Untuk menyambut MA, Anton bersama Raymond mempersembahkan tarian 'gila' yang tak kalah vulgar. Menyaksikan gerakgerik mereka, MA berulang tertawa terbahak hingga matanya basah. Pada saat Anton beraksi dengan tarian erotis, dua pria mengenakan celana dan kaos ketat muncul dari pintu masuk. Dua pria ber-wajah klimis itu langsung disambut Jojo, Priambudi dan Raymond. Ah, rupanya, dua pria itu 'pacar' tetap Anton dan Priambudi.
Melihat 'pacarnya' datang. Anton mengendorkan aksinya. Keringat deras membasahi tubuhnya yang hanya terbalut beberapa helai baju. Ia menghampiri pacarnya dan memberikan ciuman mesra seperti yang biasa dilakukan pasangan muda-mudi yang lagi kasmaran. Tawa, musik dan denting minuman terus saja merangsak malam hingga dini menjelang. Anton tersenyum lega karena tiket ke berlibur seminggu di Hawaii berada di genggaman. Ia duduk bersama pacarnya di kursi sofa. Sementara Jojo, Raymond dan Priambudi, masing-masing mendapat uang cashRp. 3 juta. “Lumayan, itung-itung buat ganti ongkos make-up dan baju," sergah Priambudi. ooo
Gay Jetset.
Dalam pesta gayitu, Jojo, Raymond, Priambudi, Anton dan beberapa gay yang lain, tampak begitu bebas mengekspresikan diri. Mereka begitu merdeka melakukan apa yang mereka inginkan. Kalau selama ini kaum gay kebanyakan menutup diri, maka yang kami saksikan malam itu benar-benar beda. Erika bersama suami dan adik-adiknya yang ratarata berperilaku seks normal, dengan senang hati membuka diri terhadap kelom-pok mereka.
Dalam pesta itu, mereka diterima apa adanya. Mereka dibiarkan berekspresi tanpa melihat faktor perbedaan seksual. Tidak hanya itu, tamutamu lain yang notabene berperilaku seks normal, ikut bergabung bersama mereka dalam suasana pesta yang lepas dan penuh suasana keakraban. Dalam ukuran strata sosial, mereka termasuk dari keluarga the have. Malah boleh dibilang, dari segi kekayaan, orang tua mereka serba berkecukupan. Tidak heran, kalau Jojo, Raymond, Priambudi dan Anton tidak begitu susah dalam hal uang. Saban hari bermobil, makan dan minum di kafekafe elit dan mengenakan baju bermerek.
Tapi dalam hal bergaul, mereka tetap memilih. Mereka lebih suka berada bersama kalangan yang punya perilaku seks senasib. Bukan soal berani apa tidak berani kalau sosok seperti Jojo lebih suka berada di 'kelompok'nya sendiri. Begitu juga dengan Raymond, Priambudi dan Anton. Bagi Jojo, apa yang ia lakukan bersama teman-teman satu gankbukan ekslusif.
"Kami bukan tidak tahu. Orang seperti kami ini belum sepenuhnya diterima semua kalangan," ungkapnya. Menurut Jojo, di kultur Timur, gay itu masih dianggap aneh dan menyalahi norma.
"Siapa yang ingin dilahirkan seperti gue. Kalau disuruh milih, gue juga pengen seperti pria-pria normal," sambungnya. Ungkapan senada juga dilontarkan Raymond dan Priambudi. Mereka mengakui kalau tanda-tanda menuju ke gay itu sudah ada sejak dulu.
"Jadi, bukan karena ikut-ikutan," sergahnya. Kalau ternyata, lanjut mereka, sampai kini, masyarakat belum bisa menerima kehadirannya, mereka hanya bisa pasrah saja.
"Mau ngomong apa. Di sini, siapa yang berani mengaku gay secara blakblakan. Paling satu dua. Karena bagaimanapun, di sini, gay belum diterima. Kami nggak mau juga dikucilkan," tandas mereka.
Pesta gay yang diadakan Erika itu, bagi mereka dianggap sebagai satu bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap mereka. Bagaimanapun, timpal Anton, mereka juga makhluk Tuhan yang membutuhkan perlakuan yang sama. "Kalau orang seperti Erika, mau menerima kami, itu satu penghargaan besar buat kami," tegasnya. Entahlah!. Bisa jadi, Erika adalah salah satu wanita kaya dan terhormat yang 'bisa' menerima kehadiran kaum gay. Atau ia sekadar ingin membuat pesta yang berbeda dari biasanya. Karena baginya, pesta hurahura antar teman seprofesi dan sejawat, sudah biasa.[]
18
Lulur Tripel X
Salon-salon Eksekutif
Lulur Tripel X
Salon-salon Eksekutif
Salon-salon berlabelX dengan paket istimewa.Dari lulurtripel X sampai 'service luar dalam'XXX.Layanan kemanjaan untukpria-pria eksekutif muda!!!
Beberapa tahun terakhir, banyak salon hadir dengan membawa label sebagai salon gaul. Dan peminatnya, ternyata cukup membludak. Tidak saja dari ka-langan anak gaul sendiri, tapi juga tak ketinggalan para esmud gaul. Tapi, salon gaul masih tergolong biasa karena jasa layanan yang diberikan memang sejalan dengan aturan sebenarnya.
Yang menarik, selain ada salon berlabel 'biasa', ternyata banyak juga salon-salon yang berpraktek miring. Tidak saja memberikan layanan seperti creambath gunting rambut, cuci blow dan lain-lain, tapi lebih dari itu, juga menyediakan paket istmewa yang notabene memang khusus pria pecinta 'kemanjaan'.
Kalau salon gaul ramai karena nuansa yang dikemas berhasil menarik gadis-gadis cantik dan pria-pria ganteng yang terbiasa gaul di sejumlah kafe, pub, bar dan mal, maka salon-salon yang berlabel X ini, mempunyai daftar menu special yang ujung-ujungnya memang tak jauh dari transaksi seksual.
0 0 0
Lulur XXX.
Salah satu salon yang menawarkan paket spesial untuk kalangan pria itu antara lain, salon CA. Sebenarnya, saya tak sengaja berkunjung ke salon CA, kalau bukan karena ajakan seorang teman. Sebut saja, Bayu, berusia 29 tahun dan sehari-hari menjadi Project Director di sebuah perusahaan periklanan. Sebagai lelaki, layanan kemanjaan seperti pijat, rasanya jadi rileksasi yang tepat penghilang burn-out, capek dan stres. Makanya ketika pada satu sore, Bayu mengajak saya 'bersantai' sejenak di salon CA, saya pun mengiyakan.
"Mau pijat ada, lulur juga ada. Mau pilih yang mana, terserah kamu. Duaduanya menyenangkan, " tukas Bayu ketika kami sampai di tempat. Saya masih belum 'ngeh' kenapa Bayu memilih salon CA. Yang saya tahu, begitu berdiri di meja resepsionis, saya baru tahu kalau salon CA ternyata tidak hanya sekedar salon, tapi juga dilengkapi fasilitas untuk massage, steam dan sauna. Salon CA terletak di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tepatnya berada di Jl. TH, tak jauh dari pusat pertokoan yang kerap menjadi incaran pembeli karena barang-barang yang diperdagangkan tergolong murah. CA berada di lantai dasar dari bangunan berlantai tiga dengan cat warna putih. Salon CA menempati ruangan dasar yang luasnya sekitar 10 X 10 meter persegi terletak di bangunan sisi kanan. Sementara di sisi bangunan sebelah kiri, terdapat tempat untuk sauna dan steam.
Di lantai 2 dan 3, terdapat kamar-kamar yang dileng-kapi fasilitas AC. Ada kamar tipe biasa, ada juga VIP. Pelayanan yang diberikan salon CT seperti halnya salon-salon kebanyakan. Hanya bedanya, di CA tidak ada petugas salon pria. Semua wanita. Dan cantik-cantik! Mereka semua mengenakan se-ragam. Para petugas salon yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang itu biasanya mengenakan seragam warna ungu yang terdiri dari stelan baju dan rok mini. Selama ini, selain dikenal sebagai center of massage, CA juga populer dengan paketpaket istimewa yang bisa diberikan dari petugas salon. Dari fasilitas yang diberikan dan ditilik dari harganya, CA memang tergolong ekslusif. Tidaklah heran kalau yang datang ke salon CA hampir semua pria-pria kelas menengah ke atas. Hampir semua membawa mobil. Ini terlihat dari area parkir yang dipenuhi beraneka ragam merek mobil. Ditilik dari harga satu perawatan saja, tampak sekali perbedaannya dengan salonsalon biasa. Untuk paket pelayanan creambath- cuci-blowsaja mencapai Rp. 100 ribu. Belum lagi paket lulurnya. Inilah yang menjadikan salon CA eksklusif. Rupanya, lelaki seperti Bayu sudah tak asing dengan paket-paket istimewa yang ada di saloan CA.
Menurut penuturannya, dari sekian perawatan yang ditawarkan, yang paling digemari para pria adalah perawatan lulur. Kenapa menjadi primadona, karena pelayanan yang diberikan bukan sekedar lulur biasa tapi lebih dari itu lulur 'luar dalam'. "Beberapa teman menyebutnya lulur tripel XXX, he...he...," ujar lelaki yang doyan clubbingini. Paket perawatan yang satu itu, biasanya terkait pelayanan sauna. Jadi, sebelum bermandi uap panas, tamu minta salah satu awak salon, yang pasti wanita cantik, untuk melulur. Tentu saja selama menjalani proses lulur, telah disediakan kamar khusus yang terjamin keamanan dan kebersihan-nya. Kamar khusus itu luasnya tak lebih dari 3 X 3 meter persegi dilengkapi dengan meja dan kursi mini. Bisa dibayangkan apa yang bisa terjadi ketika dua manusia lain jenis bertemu di satu ranjang, private! Namun biasanya, untuk alasan privasi, beberapa tamu lebih menyukai kamar VIP yang disediakan. Karena selain lebih luas, kamar VIP juga dilengkapi kamar mandi dalam. Berbeda dengan kamar biasa, dimana kamar mandinya berada di luar. Di kalangan pria petualang, paket lulur spesial itu populer dengan sebutan lulur tripel-X. Maksudnya, ya apalagi kalau bukan perawatan lulur yang pada akhirnya berakhir di tempat tidur.
Sebutan tripel-X sebenarnya hanya untuk menggambarkan puncak dari praktek perawatan lulur itu sendiri dimana tamu bisa mengumbar hawa nafsunya dengan bebas dan merdeka. "Logikanya, lulur itu pasti sekujur badan tanpa terkecuali. Tinggal pikir saja apa yang terjadi ketika dua makhluk lain jenis berada dalam satu ruangan tutup. Ya, apalagi kalau nggak ujung-ujungnya 'begituan'," ujar Bayu mencoba bersikap logis. Dan sebagai salah satu pelanggan salon CA, Bayu bukan sekedar omong kosong. Meski harga paket lulur tripel-X itu relatif lebih mahal dibanding harga massage,toh, tetap saja banyak tamu memburunya. Harga bandrol untuk paket lulur yang terpampang di daftar cuma Rp. 145 ribu. Itu hanya untuk lulur saja. Kalau mau menambah paket sauna, berarti mesti keluar uang Rp. 45 ribu lagi. Itu juga masih harga yang tertera di bandrol. Untuk mendapatkan paket lulur tripel-X-nya, tentu saja tidak melalui resepsionis karena sebenarnya paket itu 'hanya' diberikan sejumlah petugas salon wanita ketika sudah berada di private room. Di situlah transaksi berlangsung. Dan harga standar yang berlaku, biasanya tak kurang Rp. 300400 ribu untuk mendapatkan paket tripel-X. Paling tidak, itu diakui Vivi, salah seorang wanita salon CA.
Resiko bekerja di salon, memang sejak awal sudah dapat ia dibayangkan. Apalagi, kalau pekerjanya wanita cantik sepertinya, yang punya wajah cantik. Selama kurang lebih satu setengah tahun bekerja di CA, gadis asli Manado yang merantau ke Jakarta itu, bukan tidak tahu resikonya berhadapan dengan para pria genit. Toh, ia tetap saja menjalani profesi itu tanpa risih. "Semua pekerjaan punya resiko," kilahnya. Dan resiko yang kerap dirasakan Vivi tidak lain ajakan beberapa tamu untuk transaksi cinta. Kali pertama bekerja di CA, ia mengaku sudah siap segalanya. Mula-mula ia menyesuaikan diri dengan hanya menerima pekerjaan cuci rambut, creambath sampai blow. Pada gilirannya, ia sampai juga pada tahap melulur pria yang sifatnya memang sangat pribadi. Di kamar khusus dengan tamu pria. Hanya berdua! Di salon CA, Vivi tergolong cantik. Tidak heran ia menjadi primadona. Dengan kulit kuning langsat, tinggi 165 cm dengan rambut hitam lurus, banyak tamu pria yang ingin dilayaninya. Tamu-tamu yang datang hampir 90% member-guest. "Mereka sudah tak asing lagi dengan lulur 'luar dalam' itu," akunya. Sekali terjun, menyelam sekalian. Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali. Kirakira begitulah tekad Vivi. Dilatarbelakangikebutuhan ekonomi yang terus mendesak, ajakan 'pom-pom' —bahasa sandi yang berlaku di kalangan petugas salon yang berarti 'bercinta'— di kamar khusus tak bisa ditolaknya. "Lagi pula, 'pom-pom'sudah bukan rahasia lagi," sergahnya. Dari praktek 'pompom'itulah, dalam sehari, ia bisa mengantongi uang sedikitnya Rp. 300500 ribu untuk sekali transaksi 'pom-pom'. Temu Kencan. Kalau salon CA terkenal dengan paket lulur tripel-X, maka salon PY populer di Jakarta sebagai ajang rendezvous untuk kencan sesaat. Salon YP, paling tidak, di kalangan anak-anak muda, namanya cukup diminati. Tempatnya hampir tersebar di semua wilayah Jakarta.
Lokasinya pun selalu strategis, kalau tidak di mal, pastilah berada di pusat kota. Salon PY memang bukan salon 'miring'. Salon itu dikenal sebagai salon bersih. Pelayanan yang diberikan seperti halnya salon-salon kebanyakan. Dari potong rambut, cuci-blow,medikur sampai lulur. Tetapi, dalam perkembangannya, lokasi strategis ternyata membawa dampak lain bagi salon PY. Salah satu salon PY yang ada di kawasan Jakarta Selatan, tepatnya berada di sebuah mal di kawasan Blok M misalnya, dalam perkembangannya men-jadi ajang tongkrongan anak-anak muda. Mal itu sendiri berada di kawasan yang kalau malam dikenal sebagai tempat mangkalpuluhan 'wanita & pria bayaran' yang mencari mangsa. Nah, rupanya para wanita & pria bayaran atau lebih kerennya pekerja seks profesional itu juga menjadi pengunjung tetap mal. Mereka malah punya tempattempat mangkal sendiri. Salah satunya, ya di salon PY. Kalau siang hari, mereka tak segan-segan datang berkelompok ke salon PY untuk sekedar melakukan perawatan diri atau bercengkrama dengan kawan satu profesi. Banyaknya 'wanita & pria bayaran' yang saban hari mangkal di salon PY ini ternyata mengundang beberapa lelaki petualang cinta untuk datang.
Tidak saja pria pribumi, tapi pria bule pun banyak yang bertandang. Magnet 'wanita & pria bayaran' ini tentu saja membuat salon PY tak pernah sepi. Coba tengok sekali di kala happy hours. Salon PE akan penuh sesak dengan pengunjung laki-laki yang tengah mencari teman tidur untuk one night stand. Mereka sudah tak asing lagi dengan kehadiran sejumlah wanita & pria bayaran itu. Justru mereka inilah yang manjadikan salon PY, ramai setiap saat. Tentu saja, selama dalam proses pencarian, para pria petualang akan 'nyalon' terlebih dahulu. Sekadar cuci atau potong rambut. Di ruangan yang luasnya tak lebih dari 12 X 12 meter persegi itu, biasanya, wanita & pria bayaran itu akan menjalankan aksinya dengan memberi sinyal-sinyal. Misalnya saja, salah seorang wanita dengan begitu berani dilulur badannya di muka umum. Atau dengan gaya lepasnya mereka mengobral omongan sensual seputar hubungan laki-laki dan perempuan. Gaya omongan yang genit ditopang dengan perilaku menggoda. Untuk sampai pada tahap transaksi, biasanya para pria yang matang dalam dunia perwanitaan akan langsung pada sasaran.
Tapi, ada juga yang lewat 'petugas' salon yang beberapa diantaranya merang-kap sebagai makcomblang. Kebanyakan dari mereka adalah lelaki klimis yang gemulai. Tampak sekali keakraban antara wanita bayaran dengan petugas salon. Bahkan, canda lepas kerap mengisi ruangan yang fu AC itu. Sebagai salon, dalam prakteknya PY memang tidak memberi pelayanan 'ekstra' kepada para tamunya. Yang terjadi di PY, memang tak lain hanyalah 'rendezvous'-nya antara pria petualang dengan wanita bayaran. Rendevous itu tak lain berujung di transaksi cinta. Yang menarik, transaksi cinta itu tidak terjadi antara wanita dan pria saja. Tapi juga sebaliknya, pria dengan pria, wanita dengan wanita.
Tidak aneh. Transaksi cinta yang terjadi antara sesama jenis di salon PY memang bukan hal yang luar biasa. Maklum, selain menjadi pusat mangkal beberapa wanita plus, PY juga sering kedatangan tamu-tamu familiar dari kelompok binan (baca=gay). Bisa dipahami, sebab mal dimana PY berada, sejak dulu terkenal sebagai markas para binan. Kalau siang hingga petang, mereka biasa 'shopping' di area mal untuk sekadar havingfun atau mencari pasangan baru. Kalau malam menjelang, mereka mangkal di sebuah restoran di kawasan Jl. MM, persis berada di belakang bangunan mal. Disitulah mereka membuka praktek secara terangterangan dengan memasang badan di pinggir jalan mencari 'pria' yang akan membokingnya. Menurut pengakuan salah seorang staf salon PY, sebut saja Jay, 26 tahun, yang sehari-hari menjadi capster, selama bekerja di salon PY cukup membuatnya mafhum dengan perilaku kaum pria yang doyan berdandan. Dengan logat bahasa yang luwes, Jay mengatakan kalau kebanyakan pria yang 'nyalon', bisa dipastikan kalau mereka tidak sekedar punya misi perawatan diri. "Banyak juga lho yang sambil nyari-nyari teman tidur," kilahnya. Selama kurang lebih dua tahun bekerja di PY, ia malah punya beberapa pria memberguest yang tiap kali datang tanpa segansegan lagi mengatakan maunya. Begitu datang ke salon dan mendapati beberapa wanita yang mengobral gaya dan bicara, ujar Jay, tamu prianya akan lang-sung menanyakan 'bisa dibawa' atau tidak. Kalau jawabannya ya, dia lah yang menjadi makcomblang untuk sampai pada tahap transaksi cinta. "Rata-rata, tamu pria yang datang nakalnakal. Tapi nggak semua,lho," sambungngya. Namun pekerjaan sebagai mak-comblang itu malah menguntungkan dirinya secara finansial. Dalam satu kali transaksi, ia bisa memperoleh keuntungan dari kedua belah pihak. "Dari tamu dapet, dari wanitanya sendiri, biasanya juga bagi-bagi rejeki kalau transaksi selesai," jelasnya. Menurutnya, PY sejauh ini memang hanya menjadi tempat untuk membuat janji temu saja, lain tidak. Setelah mendapat pasangan yang diinginkan, sang pria akan melanjutkan petualangannya sesuai dengan kesepakatan. "Soal tempat aku nggak ngerti. Tapi kalau denger cerita dari mereka, yang paling sering mereka diajak ke hotel kelas short time,"tukasnya. Banyaknya tamu pria yang mempunyai misi lain ketika datang ke salon, diakui Jay sebagai hal yang wajar. "Namanya juga laki-laki. Siapa sih yang tidak butuh seks. Aku aja doyan laki, he.. .he," akunya, blak-blakan. Soal citra dan nama salon lantaran praktek tersebut, Jay mngaku tidak begitu memikirkannya. Pasalnya, selain terkenal sebagai salon transaksi cinta, PY juga populer sebagai ajang bertemunya kelompok pria gay. "Biarkan saja orang mau ngomong apa. Yang penting, di sini tidak menjual jasa seks langsung," tegasnya.
0 0 0
Highclass.
Kalau CA punya paket lulur tripel-X dan PY populer sebagai ajang transaksi kencan, maka salon FL tak kalah gaungnya. Salon yang berada di kawasan Gunung Sahari, letaknya berada tak jauh dari sebuah mal perbelanjaan di dekat perempatan yang menghubungkan jalan ke arah Mangga Dua tersebut terkenal sebagai salon kelas atas. Yang menarik, salon FL ternyata memang bukan sembarang salon karena tenaga wanita yang melayani tamu, hampir semua wanita dan mereka bukan sem-barang wanita. Dari fisik, wajah dan penampilannya, mereka jelas masih di atas jika dibanding dengan ladies-escort yang mengisi sejumlah karaoke elit di Jakarta. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala ketika untuk pertama kali, saya bersama seorang rekan, sebut saja Yan, mampir untuk membuktikan kebenarannya. Yan, berusia 28 tahun, selama ini sedikit banyak membantu saya dalam memberi informasiinformasi terbaru dari dunia malam Jakarta. Pekerjaannya sebagai PR & Marketing Communications di salah satu perusahaan yang menggeluti jasa artist management dan showbiz, membuatnya banyak berkenalan dengan orang-orang dari dunia malam. Belum lagi, pekerjaan sampingannya sebagai model dan artis sinetron.
Meski hanya menjadi pemeran pembantu, ternyata pekerjaan sampingan-nya tersebut, cukup membuatnya dikenal sebagian khalayak ramai. Dan pada sore itu, ketika Yan mengajak saya mengecek kebenaran kabar 'wanitawanita' salon FL yang terkenal akan kemolekan dan kecantikan, mana mungkin saya tolak. Gedung FL lumayan besar, berderet dengan sejumlah perkantoran dan pertokoan. FL menempati sebuah ruangan lebar dengan setting interior serba modern. Halaman parkir yang berkapasitas tak lebih dari 12-16 mobil tersebut, tampak penuh. Saya dan Yan terpaksa parkir sedikit menjauh. Begitu masuk, ruangan FL terasa begitu nyaman. Ruang tamu dilengkapi sofa panjang plus meja kaca. Di dalam, sekitar 10 wanita tengah menjalankan tugasnya melayani tamu yang kesemuanya pria.
Ada yang sibuk menggunting rambut, medikur, bahkan ada yang cuma 'mengobrol' santai sementara tangan si gadis lembut memijat kepala. Saya dan Yan menjadi pasien yang ke-11 dan 12 sore itu. Kami dilayani dua gadis yang sama-sama memiliki paras ayu dan bodyyang aduhai. Mereka tak mengenakan seragam layaknya pegawai salon. Rata-rata mereka mengenakan baju-baju trendy. Tak heran kalau semua wanita yang bertugas di FL, rata-rata cantik. Ternyata, FL selain beroperasi sebagaimana layaknya sebuah salon, di sisi lain, FL juga menjadi arena transaksi cinta. Boleh percaya, kesemua wanita yang bekerja di FL, siap menjalani transaksi boking. Pelayanan creambath, cuci rambut dan medikur, sebenarnya tak lebih dari proses mempertemukan klien dengan 'gadis' yang diinginkan. Justru disinilah letak keistimewaan salon FL. Tamu diberi keleluasan memilih pasangan kencannya secara lang-sung. Toh, kalau tamu tak melanjutkannya menjadi kencan, tarif harga untuk sekali creambath saja sudah di atas rata-rata Rp. 200 ribu! Pantas saja, tamu pria yang datang sore itu, rata-rata bermobil bagus.
"Cuma mau creambath saja, Mas, nggak mau ngajak saya makan malam," bisik Wina,yang bertugas melayani saya. Dari kalimat Wina itulah, saya mulai bisa mem-buka tabir salon FL yang sebenarnya. Pria mana yang tahan menolak ajakan seorang gadis cantik, berdada bagus, tinggi dan berkulit putih seperti Wina. Tampaknya, pria yang datang nyalon ke FL, tujuan utamanya sudah bisa ditebak. Ujung muaranya memang tak lebih seks. Padahal, untuk sekali kencan, tamu mesti membayar Rp. 1 juta. Belum termasuk tips, biaya hotel, makan malam dan entah biaya apa lagi yang mesti dipenuhi. Pantas memang, kalau FL dikenal sebagai salon highclass. Menilik dari perilaku sejumlah pria yang 'nyalon' sore itu, tampak sekali kalau mereka kebanyakan adalah pelanggan tetap. Meski sudah dilayani seorang gadis misalnya, tetap saja para pria itu menyem-patkan diri bercakapcakap dengan gadis salon di sebelahnya. Rupanya, antara tamu dan ladies salon tersebut sudah pernah kenal, minimal pernah terjadi transaksi sebelumnya. Yan memang memilih untuk melanjutkan creambath-nyamenjadi kencan semalam. "Penasaran saja pengin coba. Lihai gak ya 'main'nya," bisik Yan sambil tertawa. Jakarta & Solo. Solo dan Jakarta tidak ada bedanya. Di kota yang terkenal dengan semboyan Solo Berseri itu ternyata juga dijejali puluhan salon yang menawarkan service 'luar dalam'. Malah, seni menjajakan barang dagangannya lebih unik di banding Jakarta. Sekali waktu, melintaslah di Jl. Cipto Mangunkusomo, kawasan Turisari. Di situ terdapat salon YL yang namanya sangat terkenal di kalangan pria-pria petualang.Tidak saja yang ada di Solo tapi juga luar kota. Tapi, di salon yang dikomandani Mbak YY itu jangan harap bisa menemukan paket perawatan gunting rambut, cuci-blowsampai creambath. Tidak ada pelayanan seperti itu. Boro-boro bisa gunting rambut atau cuci-blow, menemukan alat-alat salon seperti gunting, kap salon dan alat-alat kecantikan lain tidak akan ketemu. Jadi apa pelayanannya? Apalagi kalau bukan jasa wanita yang bisa menghapus dahaga cinta para lelaki. Itulah jualan utama salon YL. Modus operandinya tidak beda jauh dengan beberapa tempat hiburan di Jakarta yang menyediakan wanita-wanita pemuas nafsu. Ketika tamu datang, mucikari Mbak YY, yang semua laki-laki, akan mengumpulkan anak buahnya di ruang display seluas 6X6 meter persegi. Mereka duduk di sofa yang dibentuk model U. Tamu dibebaskan memilih wanita yang ingin dikencani. Sesi pertama, biasanya Mbak YY akan mengeluarkan koleksinya enam wanita. Kalau ternyata tamu belum menemukan pilihan yang cocok, mucikari Mbak YY akan mengeluarkan sesi kedua. Begitu seterusnya. Begitu tamu menemukan pilihan, mucikari Mbak YY akan menawarkan jasa angkutan siap antar. Di salon YL memang tidak menyediakan kamar. YL tak lebih dari tempat penampungan untuk rendevous. Untuk sekali short-time, tarif yang dipasang antara Rp. 200-300 ribu belum termasuk biaya jasa angkutan. Untuk memudahkan tamu, mucikari Mbak YY biasanya akan memberikan daftar nama-nama hotel yang biasa memasang tarif untuk short-time. Teman kencan yang menjadi pilihan tamu, bisa dibawa pada saat itu juga atau diantar. Semua terserah keinginan tamu.
Para pelanggan tetap, biasanya lebih suka memesan via telepon. Tentu saja untuk tamu pemula, lebih suka datang untuk melihatlihat koleksi terbaik milik Mbak YY. Para wanita yang menjadi koleksi Mbak YY itu bukan seperti gambaran gadis Solo yang selalu tampil luwes dan sopan santun. Mereka tidak ada bedanya dengan gadisgadis penghibur di Jakarta. Pakaian trendy, seksi dan dandanan memikat. Maklum, mereka rata-rata bukan asli Solo. Kebanyakan datang dari daerah-daerah seperti Ngawi, Boyolali, Madiun, Sragen dan daerah sekitar. Bahkan, ada juga yang datang dari luar Jawa Timur seperti Kalimantan dan Jawa Tengah. Tamu yang datang ke YL tidak seperti suasana di beberapa panti pijat di Jakarta yang umumnya selalu ramai menunggu giliran dipanggil untuk kencan di kamar yang tersedia. Di YL, ada empat sampai enam tamu itu sudah banyak. Ini terjadi lantaran tamu yang datang lebih suka menjadi pembeli model cash-carry.Datang dan pergi. Lagi pula, tamu juga bisa pesan melalui viatelepon. Begitu cepat arus datang dan perginya para tamu di YL. Jadi jangan berharap bisa mendapatkan suasana ruang tunggu yang enak seperti di lobi hotel. Untuk mendapatkan suguhan segelas softdrink saja, seperti tidak ada waktu. Jarang sekali tamu yang berlama-lama di YL. Untuk memudahkan tamu mengamati wanita yang akan dikencani, di YL tidak ada pembatas antara ruang tunggu dan display. Tamu bisa langsung mengamati sepuasnya bahkan kalau perlu bercakap-cakap pun disahkan sekedar berkenalan. Suasananya memang dibuat sedemikian rupa, sehingga tamu bisa leluasa meneliti dan menentukan teman kencan yang diminati. Lagilagi ini berbeda dengan model tempat hiburan di Jakarta yang lebih suka memasang wanita di ruang display yang tertutup kaca dengan jarak cukup jauh. Salon-salon model YL ternyata jumlahnya tidak hanya satu. Di Jl. Sriwijaya atau di Jl. Adi Sucipto, terdapat beberapa salon yang menawarkan pelayanan serupa. Sebut saja salon LR dan PA. Keduanya tidak kalah terkenal dibanding YL. Pesaing YL yang tak kalah populernya adalah AG. Salon yang juga berada di Jl. Cipto Mangunkusumo, tepatnya di Gang DR itu tempatnya boleh dibilang cukup mewah. Bangunan rumah berpagar tinggi dengan taman mini di halaman depan. Seperti halnya salon YL, tamu yang datang ke salon milik Mbak LK akan disambut para mucikari. Tamu datang, para wanita koleksi Mbak LK akan segera dipanggil ruang display.Begitu seterusnya. Salon-salon penawar cinta yang menghiasi kota Solo entah sudah berapa jumlahnya. Kabarnya, di hampir tiap kecamatan di wilayah Solo terdapat salonsalon sejenis. Selain di Jl. Cipto Mangunksumo, di beberapa jalan besar seperti Jl. Yos Sudarso dan Jl. SRN yang terkenal sebagai kawasan elit itu juga berjajar beberapa salon setipe YL. Solo tampaknya makin berseri dengan salon-salon penawar dahaga cinta para pria petualang. Tampaknya, bisnis seks melalui salon, sudah menjadi trade-markdi kota-kota besar.
Buktinya, Jakarta dan Solo sudah tak ada bedanya. Keduanya tampil dengan wajah serupa. Wajah berpoleskan bedak dan lipstick wanita-wanita penjaja cinta. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar